A MAN BEHIND THE MIRROR

By reijung9

24.3K 3.2K 1.8K

SHADOW SEQUEL More

1
2
3
4
5
5.1
6
7
8
9
10. [REBORN]
11. [ 미로 ] - Milo - Labirin
12. [ 이름 ] - Ileum - Name
13. [ 밤 ] - BAM - NIGHT
14. [숨바꼭질] - SUMBAKKOGJIL - HIDE & SEEK
15. [눈 ] - NUN - EYES
16. [ 구해줘 ] - Guhaejwo - Save Me
17. [ 게임 ] - Geim - A Game
18. [ 목소리 ] - Mogsoli - Voice
19. Heart, Mind and Soul
20. [ 비밀 ] - Bimil - The Secret
21.
22. [ 꿈 같은 ] - Kkum Gat-eun - Dreamlike
23.[ 놀자 ] - Nolja - Let's Play
24. [ 악마 ] - Agma - Devil
26 : [ 악마 ] - Agma - Devil - 3
27. [ 악마 ] - Agma - Devil - 4
28. [ 협력 ] - Hyeoblyeog - Cooperation
29. [ 역습 ] - Yeogseub - Counterattack
30. [되든 안되든] - Hit Or Miss
31. [ 위장 자 ] - Wijang ja - The Disguiser
32. [ 갇힌 ] - Gadhin - Trapped

25.[ 악마 ] - Agma - Devil - 2

393 62 31
By reijung9

Setelah melakukan perundingan singkat dengan  kepala polisi dan Komandan Park Taejin, jaejoong kembali ke ruangannya. Dalam perjalanannya dia menyuruh salah satu anak buah dai divisinya untuk memanggil Yoochun dan Wonho berkumpul di ruang data. Yesung yang berada di ruang data dan tengah serius meneliti setiap berkas, terlonjak di tempat duduknya ketika Jaejoong mendorong pintu dengan sangat kasar sehingga pintu menabrak dinding di belakangnya.

Yesung mengamati Jaejoong bergantian dengan pintu ruang data yang tergolong berat karena terbuat dari logam berpikir bagaimana atau lebih tepatnya apa yang dapat memicu Jaejoong sampai Jaejoong dapat membanting pintu besi terbuka sama seperti pintu kayu.

"Detective Kim?"

"Jangan bertanya. Aku akan bicara jika semua orang sudah ada di sini." Jawabnya datar sambil mendudukan dirinya dengan kasar di kursi dan menekan pelipisnya menggunakan tangan kanan yang berpangku di lengan kursi. dan sebagai orang tanggap dengan situasi, yesung pun kembali melakukan pekerjaannya tanpa perlu di perintah atau bertanya lebih jauh kerena jawaban yang diberikan oleh Jaejoong sudah sangat jelas.

"Divisi khusus." Pikirnya. "Kelompok cybercrime... organisasi gelap... Kenapa bisa mereka muncul dalam waktu yang bersamaan? Lalu kasus kematian dua orang akuntan firma yang salah satunya memiliki orang tua yang sempat akan maju menjadi calon anggota parlemen. Kemungkinan melibatkan anggota parlemen yang saat ini aktif atau mungkin baru saja akan menjabat. Apa keuntungan yang mereka dapat dari kematian kedua akuntan itu. Apa yang mereka coba untuk tutupi. Kedua kasus ini memiliki skala yang sangat besar. Kemunculan kedua kasus ini pun memiliki selang waktu yang tidak terlalu jauh. Apakah kedua kasus ini memiliki hubungan satu sama lain? Tapi aku masih tidak dapat menangkap benang merah yang menghubungkan keduanya."

Jaejoong mulai menggigiti kuku ibu jarinya.

"Dari bukti dan hasil penyelidikan yang telah terkumpul sampai saat ini, aku dapat meyimpulkan jika secara garis besar memang ada anggota parlemen yang terlibat. Im Younghan dan Han Sangjin. Kemungkinan campur tangan kedua orang itu sangatlah besar. Tapi siapa diantara mereka yang menjadi otak dari kasus kematian Yoo Kijong dan Kang Jihyun? Dan kenapa mereka memilih cara menghabisi keduanya dengan menyiksa mereka sebelumnya? Apa yang mereka inginkan dari keduanya? Pesan wasiat yang diberikan oleh Kijong pada Kihyun pun masih belum jelas apa maksudnya. Sebenarnya ke mana Kijong ingin menuntun Kihyun? Apakah dia ingin Kihyun  menemukan tempat di mana dia menyimpan sesuau yang membuatnya terbunuh? Apa yang dia sembunyikan? Apa?"

BRAK!!!!

Jaejoong memukul meja dengan kepalan tinjunya, sehingga Yesung dibuat kaget untuk kedua kalinya ahnya dalam waktu tidak lebih dari lima menit sejak kedatanan Jaejoong.

"De-Detektif Kim?"

Namun Jaejoong yang terlanjur tenggelam dalam pemikirannya sama sekali tidak mendengar suara terbata Yesung.

"Jika memang kedua kasus ini berhubungan apa keuntungan yang mereka dapat dengan menciptakan kekacauan yang menarik perhatian publik seperti ini? Tidak mungkin jika mereka menciptakan kekacauan sebesar ini hanya untuk mengalihkan perhatian publik dari kasus kematian dua orang akuntan. Walaupun kedua akuntan itu bekerja pada firma yang sangat besar, tetapi menciptakan kekacauan dengan cara menunjukan adanya dua kubu yang berseteru justru akan menimbulkan  kerugian yang besar jika polisi mulai turun tangan. Kecuali mereka sangat yakin jika polisi sama sekali tidak akan dapat menyentuh mereka sama sekali. Sampai mereka berani melakukan hal yang sangat beresiko tinggi seperti ini. "

Kelopak mata Jaejoong terbuka lebar, memperlihatkan kedua bola mata doe-nya yang bergetar hebat.

"Kami dari divisi khusus meminta pihak kepolisisan untuk tidak ikut campur dalam kasus ini."

"Jika divisis khusus yang menangani kasus ini kemungkinan kasus ini akan lenyap tanpa bekas."

Ketika Jaejoong mengingat percakapan yang terjadi di kantor komandan Park Taejin beberapa saat lalu.

"Mungkinkah?" Gumamnya.

"Mungkin apa?"

Jaejoong sontak menoleh pada suara yang berasal dari pintu dan melihat Yoochun masuk ke dalam ruangan bersama Wonho mengikuti di belakangnya.

"Akan kujelaskan setelah kalian berdua duduk." Jawab Jaejoong dengan mengembalikan ketenangannya.

Yoochun menatap Jaejoong seperti sedang meminta penjelasan namun Jaejoong mengalihkan pandangannya. Tanpa berkata lagi Yoochun mengambil tempat duduk yang paling dekat dengan Jaejoong, menarik ke belakang kursinya dan meletakkan buku note kecil dengan pulpen terselip diantara halaman buku di atas meja. Sementara Wonho menempati kursi yang bersebrangan dengan kursi Yoochun.

"Di mana Siwon-ssi?" Tanya Yesung.

"Dia akan kemari sebentar lagi."

"Kalian mendapatkan sesuatu?" Tanya Jaejoong.

Yoochun menoleh pada Jaejoong. "Bukan mendapatkan tapi mengkonfirmasi permintaanmu."

"Kuharap aku tidak ketinggalan pesta kalian."

Keempat pasang mata yang berada di dalam ruangan tertuju ke arah pintu dalam waktu yang nyaris bersamaan dan mendapati polisi dari bagian cybercrime berbadan besar itu memasuki ruangan dengan satu kantung plastik berisi minuman dan satu kotak donat di tangan yang lain.

Jaejoong tersenyum miring. "Wah perhatian sekali kau."

"Yeah. bisa dikatakan aku memang orang yang peka. Dan kurasa ini waktu yang tepat untuk menunjukkan kepedulianku pada kalian." Jawabnya sambil meletakkan minuman dan donat yang dia bawa di atas meja seteah menyingkirkan setumpuk berkas yang menutupi meja.

Dibantu oleh Yesung, Siwon membagikan minuman pada rekan-rekannya yang berada di sana, membuka kotak donat dan menaruhnya di tengah-tengah.

"Apakah sudah ada laporan tentang data pasien yang masuk ke dalam rumah sakit kota?" Tanya Jaejoong sambil membuka penutup botol minumannya.

"Aku telah mendapatkan laporan dari petugas yang sedang berada di rumah sakit." Jawab Yoochun sambil meletakkan minumannya di atas meja lalu membuka buku catatan kecilnya. "Jumlah korban ada 54 orang. Kebanyakan dari mereka menderita luka berat seperti patah tulang, luka sayatan, kehilangan banyak darah. Namun dari semua korban yang terdata di rumah sakit sampai saat ini tidak ada korban yang meninggal. Rentang usia mereka antara 23-30 tahun."

"Background?"

"Petugas di sana masih melakukan penyelidikan tentang itu. Karena banyak dari mereka yang saat ini masih tidak sadarkan diri, petugas di di sana kesulitan untuk menemukan identitas karena mereka tidak membawa kartu identitas. Hanya ada sekitar 30 orang yang saat ini terindentifikasi dan telah di dampingi oleh pihak keluarga di rumah sakit." Yoochun berkata sambil menutup buku catatannya, mengambil satu donat dan menggigitnya hingga tersisa setengah donat saja setelah dia mengigitnya.

"Kurasa keadaan di sana pasti sangat kacau. Mengingat bagaimana pendemo yag ada di sini." Timpal Siwon.

Yoochun mengangguk sambil megunyah.

"Tapi dari pasien yang sudah terindentifikasi dan dapat ditanyai apakah ada petunjuk atau orang yang dapat dijadikan tersangka?" Tanya Wonho.

Yoochun menelan donatnya dengan susah payah.

"Pertanyaan bagus." Yoochun meraih botol minumannya dan segera membanjiri tenggorokannya dengan minuman agar donat yang telah dia telan dapat meluncur mulus ke perutnya. "Percaya atau tidak dari semua korban yang telah ditanyai tidak ada satupun dari mereka yang mau bicara. Tidak mengenai alasan mereka di serang. Tidak tentang bagaimana kejadian itu terjadi. Dan siapa orang yang mereka curigai."

"Mwo?" Tanya Wonho dengan alis berkerut.

Jaejoong menarik nafas dalam-dalam, membawa kedua tangannya dan melipatnya di depan dada.

"Tidak ada satupun?" Tanyanya pada Yoochun.

Yoochun mengangguk mantap.

"Apakah petugas di sana tidak meminta bantuan dari kerabat untuk melakukan pendekatan sehingga mereka dapat menyanyai korban?" Kini Siwon yang bertanya, murni karena rasa penasaran yang menggelitik.

Yoochun mendecakkan lidahnya. "kau lihat bagaimana massa di depan gedung tadi. Bahkan di rumah sakit keadaan di sana tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya jika di sini mereka terang-terangan melakukan demo. Sedangkan di sana mereka menghalangi polisi untuk mendekati korban."

Siwon memiringkan kepala dan wajahnya menunjukkan ekspresi binggung yang nyata. "Mereka berdemo di depan kantor polisi karena menganggap polisi tidak becus bekerja. Tapi mereka juga menghalangi polisi di lokasi untuk melakuakn pekerjaan mereka. Mereka sangat aneh."

"Sebenarnya tidak terlalu aneh." Yesung yang sejak tadi diam ikut bicara.

Keempat orang yang ada di sana kemudian menatap yesung, meminta penjelasan lebih lanjut pada Yesung melalui isyarat mata mereka.

"Permasalannya sebenarnya sangat sederhana. Yaitu soal kepercayaan. Mereka tidak percaya pada polisi karena mungkin dalam pemikirannya polisi lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga terjadi kejadian besar semacam ini. Oleh karena itu mereka menganggap kehadiran polisi tidak diperlukan di sana, karena pada akhirnya polisi dianggap tidak akan dapat menyelesaikan permasalahan, seperti polisi yang tidak dapat mencegah kejadian itu."

Yoochun mendengus, meletakkan tangan kirinya di atas meja dan menatap Yesung. "Yya. apakah kau pikir polisi dapat menghalangi semua tindak kejahatan sebelum kejahatan itu terjadi? Bahkan superhero selalu datang belakangan."

Siwon yang mendengar pernyataan Yoochun memutar bola matanya malas.

Yesung balas menatap Yoochun. "Tidak semua orang tahu bagaimana sistem bekerja seorang polisi. Terlebih untuk orang-orang yang kerabatnya menjadi korban tindak kejahatan. Mereka akan bertindak menggunakan perasaan daripada logika."

"Kau-"

"Sunbae." Wonho memanggil Yoochun sedikit lebih keras.

"Yoochun yang dikatakan oleh Yesung ada benarnya." Jaejoong ikut menengahi. "Dia hanya mengungkapkan pendapat. Tidak ada yang perlu perdebatkan soal itu."

"Kenapa kau berbeda?" Lanjutnya.

Yoochun membuka bibirnya seakan ingin menjawab tapi kemudian menutupnya lagi. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi. "Hanya lelah."

Meski Jaejoong yakin ada yang disembunyikan oleh Yoochun, namun dia tidak mencoba untuk mengoreknya, untuk saat ini. "Kita semua lelah." Katanya dengan hembusan nafas panjang.

"Jaejoong-ssi, kulihat tadi kau pergi ke ruangan Komandan Park Taejin. Apa yang kau bicarakan dengannya? Soal kasus Kijong atau penyerangan?" Tanya Siwon.

"Penyerangan. Dan hal itu yang sekarang mau aku bicarakan."

Semua mata dan telinga kemudian terpasang dan tertuju pada Jaejoong seorang. "Saat aku datang ke ruangan komandan. Di sana aku bertemu dengan seseorang bernama Lee Eunhyung yang mengaku sebagai perwakilan dari divisi khusus."

"Divisi... khusus?" Ulang Siwon.

Jaejoong mengangguk dan melanjutkan bicara tanpa memperhatikan ekspresi Yoochun yang berubah kian keras. "Divisi yang dibentuk di bawah persetujuan dari presiden."

"Aku belum pernah mendengar ada divisi khusus sebelumnya." Gumam Yesung.

"Apa yang dikatakan oleh perwakilan dari divisi khusus? Dan kenapa mereka kemari?" Tanya Siwon.

"Dia datang untuk kasus penyerangan. Dari yang dikatakan olehnya, korban-korban yang saat ini berada di rumah sakit adalah anggota dari sebuah kelompok cybercrime. Dan orang yang menyerang mereka adalah organisasi gelap."

"Cybercrime?" Lagi- lagi Siwon membeo apa yag diucapkan oleh Jaejoong  dan mendapatkan anggukan kecil dari Jaejoong.

"Dia meminta polisi untuk tidak ikut campur dalam urusan penyelidikan kasus ini dan menarik petugas yang telah bertugas di lapangan, serta menyerahkan hasil penyelidikan yang telah dikumpulkan sampai saat ini." Lanjutnya dengan suara yang tenang.

"Kenapa mereka melakukan itu?" Tanya Wonho binggung.

Jaejoong menggeleng.

"Dari kabar burung yang pernah aku dengar." Tiba-tiba Yoochun  bicara, mengundang perhatian yang lain tertuju pada dirinya. "Divisi khusus menyelesaikan masalah yang dianggap terlalu berat untuk diselesaikan oleh polisi. Sejenis dengan FBI. JIka perwakilan divisi khusus datang kemari dan meminta polisi untuk tidak ikut campur, kurasa kasus ini bukan kasus sederhana tentang perselisishan dua kelompok kriminal."

"Kau tahu tentang divisi khusus?" Tanya Jaejoong.

"Antara ya dan tidak. Lagipula kabar burung yang aku dengar tidak dapat dipastikan kebenarannya jadi tidak mungkin aku percaya seratus persen pada info itu."

Wonho memiringkan kepalanya. "Selama aku menjadi polisi, aku tidak pernah mendengar adanya divisi khusus semacam ini. dan kenapa mereka tiba-tiba muncul?"

"Itu juga menjadi pertanyaan besar bagiku." Sahut Jaejoong. "Komandan Park sempat mengatakan jika kasus ini ditangani oleh divisi khusus maka kasus ini akan menghilang tanpa bekas."

"Jadi..." Yesung memajukan tubuhnya dan menaruh kedua tangannya di atas meja. "Divisi khusus ini menangani masalah tanpa membeberkan fakta yang mereka temukan di depan publik dan menyimpannya sebagai rahasia divisi mereka. Seperti itu?"

"Kurasa." Sahut Jaejoong cepat. "Dan mereka ada hubungannya dengan kasus kematian Yoo Kijong dan Kang Jihyun."

"Mworago??" tanya Siwon.

"Mungkin aku belum bercerita padamu jika aku melihat orang yang seharusnya telah mati hidup kembali."

"Hah?!" Yesung terbelalak. Sementara Yoochun dan Wonho saling bertukar pandang penuh arti tersembunyi.

"Beberapa tahun yang lalu, aku dan Yoochun menangani sebuah kasus pembunuhan berantai terhadap yeoja-yeoja. Dari hasil penyelidikan kasus itu, kami dibawa pada fakta bahwa ada indikasi peredaran obat-obatan terlarang dan menjadikan yeoja-yeoja itu sebagai kelinci percobaan. Sebelum mereka dibunuh pelaku mendekati korban dengan cara yang sangat halus dan berpura-pura memiliki perasaan terhadap korban. Lalu mencekoki korban dengan obat terlarang bautannya."

"Butterfly?"

Jaejooong mengangguk pada Siwon.

"Tunggu." Yesung memotong sebelum Jaejoong sempat mengeluarkan suara. "Apakah yang kau maksud dengan orang yang seharusnya telah mati itu ...." kalimat Yesung berhenti, dia tidak mampu untuk memyelesaikan kalimatnya.

"Jung Yunho." Jaejoong menyelesaikannya untuk Yesung. "Benar. Dia." Tiba-tiba suasana ruangan itu menjadi hening.

"Jaejoong...."

Jaejoong menoleh pada Yoochun yang memandangnya dengan mata menyiratkan kekhawatiran.

Jaejoong melemparkan senyum tipis. "Gweanchan-a."

"Jung Yunho memakai nama Yoo Eunho dan muncul di rumah duka Yoo Kijong. Mengaku sebagai saudara jauh Yoo Kihyun. Kami tidak sengaja bertemu dengannya ketika aku, Yoocun dan Wonho datang ke sana."

"Jadi mereka juga campur tangan dalam kasus kematian dua akuntan itu."

Jaejoong mengangguk. "Tidak seperti kasus penyerangan kali ini yang membuat mereka harus menerjunkan seorang perwakilan untuk bicara langsung pada pihak kepolisian, tetapi mereka diam-diam mengirimkan seseorang untuk masuk ke dalam lingkungan keluarga korban dan orang itu adalah Jung Yunho. "

"Menurutmu apa tujuan mereka mengirimkan seorang agen," suara Siwon melemah saat menyuarakan kata terakhirnya dengan nada tak yakin. "di lingkungan keluarga korban. Apakah mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui tentang Kihyun ini?"

"Itu bisa saja menjadi kemungkinannya." Jawab Jaejoong.

Di sisi lain wajah ekspresi wajah Wonho mengeras, perlahan tangannya mencengkram badan botol minumnya lebih erat.

"Ini baru menjadi pendapat pribadiku dan belum ada bukti konkrit untuk mendukung dugaanku ini. Aku pikir ada kemungkinan jika Kihyun secara sadar atau tidak sadar, telah mengetahui rahasia yang disembunyikan oleh Kijong. Hanya saja dia belum menyadari atau dia memang tidak menyadari clue yang diberikan oleh Kijong kepadanya."

"Ma-maksudmu?" Yoochun menyela.

Jaejoong menoleh pada Yoochun.

"Surat wasiat Kijong."

~~~~~

TREK

Kihyun meletakkan cangkir kopi di atas meja sambil mencuri pandang ke arah Hyungwon yang tengah memusatkan perhatiannya pada sebuah buku yang dipengangnya.

"Ung~"

Hyungwon menurunkan sedikit bukunya ketika dia mendengar suara Kihyun.

"Wae?" Tanyanya singkat.

"Er- " Kihyun yang mendapatkan tatapan mata yang dia artikan sebagai sesuatu yang tidak terlalu bersahabat dari Hyungwon kemudian mengalihkan pandangannya. Dia kemudian berdeham satu kali untuk menghilangkan kegugupan di hadapan namja kurus itu.

Hyungwon menutup buku, menaruhnya di meja dan mengambil cangkir berisi kopi yang dihidangkan oleh Kihyun.

"Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan. Katakan saja." Katanya tanpa melihat ke arah Kihyun.

"Er- maafkan aku jika ini terdengar tidak sopan tapi-"

Kihyun memberi jeda pada kalimatnya untuk memperhatikan Hyungwon yang sedang menikmati kopinya tanpa menghiraukan keberadaan Kihyun, meski Hyungwon adalah orang yang beberapa detik lalu menyuruhnya untuk bicara.

"Tetapi aku rasa kau tidak perlu menungguiku seperti ini hanya karena permintaan dari Eunho hyung. Karenaaku bisa menjaga diriku sendiri. Lagipula Minhyuk akan kemari nanti."

Hyungwon tersenyum miring sekilas sebelum meletakkan kembali cangkir kopi ke meja.

"Cafe ini tempat umum bukan?" Tanya Hyungwon sambil mengambil bukunya lagi.

Kening Kihyun berkerut binggung namun tetap menjawab dengan anggukan dan suara dengungan samar. "Eung."

"Dan itu artinya siapa saja bisa berada di sini selama yang dia mau asal membeli sesuatu. Benar begitu?" Lanjut Hyungwon, masih tidak menoleh pada Kihyun.

Kebinggungan Kihyun menjadi dua kali lipat besarnya.

"Te-tentu saja."

"Kalau begitu aku berhak untuk berada di sini. Di sini aku membeli sesuatu dan sedang menghabiskan waktu dengan bersantai."

Hyungwon melirik ke arah Kihyun. "Bukan berarti jika aku sedang menunggumu."

Wajah Kihyun sontak memerah saat menyadari senyum arogan Hyungwon dan dia pun segera membalikkan badan,  meninggalkan meja Hyungwon dengan rasa malu yang teramat besar.

Untuk beberapa saat lamanya Hyungwon memgamati Kihyun, tersenyum samar lalu menggeleng dan kembali membaca buku di tangannya.

~~~~~

"Surat wasiat? Tunggu." Yoochun membantah. "Surat wasiat itu bukankah tidak ada yang tahu selain oleh orang-orang yang ada di sini? Bagaimana bisa kau berpikir jika mereka mengetahui tentang keberadaan surat wasiat itu?!"

"Selain Jung Yunho, kita tidak mengetahui siapa saja anggota divisi khusus. Berapa jumlah mereka dan bagaimana wajah mereka bahkan identitas mereka. Kita tahu tentang Jung Yunho karena kita pernah menangani kasus yang melibatkannya. Selain itu kita buta."

Jaejoong memperhatikan satu persatu wajah rekannya.

"Jika mereka dapat menempatkan seorang agen untuk berpura-pura sebagai kerabat jauh dari saksi utama, bahkan mereka dapat menyiapkan latar belakang agen itu dengan sangat nyata dan tanpa cela. Menempatkan agen lain untuk membuntuti saksi utama, dalam hal ini Kihyun, pasti bukan perkara sulit untuk mereka."

Jaejoong menoleh pada Wonho. "Wonho, apakah kau ingat dengan namja bernama Chae Hyungwon. Namja yang datang  bersama Jung Yunho dan kita temui di sport center milik Shownu?"

"Nde." Wonho mengangguk singkat. "Namja tinggi dengan perawakan langsing seperti seorang model."

"Menurutmu ada yang aneh dari namja itu?" Jaejoong melanjutkan pertanyaannya.

Mendengar pertanyaan dari Jaejoong membuat Wonho diam dan berpikir.

"Kurasa tidak ada yang aneh dalam perilakunya. Tetapi saat itu aku sedikit bertanya-tanya bagaimana mereka bisa saling mengenal. Karena menurutku, hubungan mereka tidak seperti seorang teman. Bahkan aku berpikir mereka seperti orang yang belum terlalu lama mengenal." Tuturnya setelah dia mengingat-ingat kejadian di sport center waktu itu.

"Bagaimana menurutmu permainannya?"

"Eh?"

"Ung,,," Kening Wonho berkerut. "Setelah kau menyinggung soal itu. Aku ingat lemparannya waktu itu. Karena postur tubuhnya yang seperti model dan cara bermain yang malas seperti tidak mau berkeringat. Saat itu aku pikir dia bukan tipe orang yang suka olahraga dan tidak memiliki tenaga. Tetapi lemparannya waktu itu sangat kuat dan cepat. Lemparan yang dilakukannya memang bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Tetapi kekuatan dari lemparannya jelas hasil dari seseorang yang memiliki tangan yang kuat."

Jaejoong tersenyum simpul. "Lalu menurutmu kenapa dia bermain asal-asalan pada awalnya?"

Wonho menatap binggung pada Jaejoong. Namun melihat Jaejoong yang memandanginya dengan tatapan menunggu jawaban dia kembali berpikir.

"Mungkin dia tidak ingin bermain."

"Jadi menurutmu Chae Hyungwon, tidak memiliki hubungan pertemanan dengan Jung Yunho dan tidak bermain saa itu. Lalu kenapa dia tetap berada di sana?" Tanya Jaejoong lagi.

"Jaejoong, kenapa kau tiba-tiba membahas soal Chae Hyungwon ini? Bukankah kita sedang membahas divisi khusus?" Tanya Siwon.

"Sekarang aku akan bertanya padamu." Jaejoong memandang ke arah Siwon. "Menurutmu kenapa?"

"Hah?"

"Tidak berteman... tidak berniat main... tetapi tetap berada di sana... Jung Yunho... divisi khusus... " Gumam Yoochun sambil mengusap-usap dagunya.

Seperti dihantam oleh palu yang menyadarkannya, Yoochun berseru. "Karena keadaan. Dia terpaksa melakukannya. Karena mungkin dia..."

"Anggota divisi khusus?" Wonho melanjutkan kalimat Yoochun.

Mendengar pendapat dari kedua rekannya, senyum di wajah Jaejoong melebar. Dia kemudian mengangguk.

"Itu yang aku pikirkan. Seperti yang dikatakan oleh Wonho. Antara Yunho dan Hyungwon, aku tidak melihat jika mereka adalah teman. Tetapi anehnya meski dia tidak akrab dengan Yunho, dia tetap berada di sana. Seolah dia harus berada di sana karena alasan tertentu. Dan saat aku menjadi wasit, aku memperhatikan permainan mereka dari tepi lapangan. Meski terlihat malas bermain tetapi ada satu hal aku perhatikan saat itu. Dia dapat menghindari semua gerakan bola yang terlempar ke area teamnya. Menghindarinya dengan gerakan yang minim. Seperti seseorang yang terlatih. Dan kecurigaanku ini diperkuat saat dia melemparkan bola setelah menerima kalimat provokasi dari Yunho."

"Apakah menurutmu alasan dia ada di sana karena Haneul?" Tanya Yoochun berhati-hati.

"Ya." Jawab Jaejoong cepat, tanpa keraguan. "Seperti yang kau dan aku ketahui, jika Haneul memiliki sifat agresif dan tidak dapat ditebak. Dia juga berdarah dingin. Menjadikan Yunho sebagai anggota tim pastilah bukan hal mudah. Terutama jika Haneul yang muncul."

"Mereka seperti menyimpan bom waktu yang bisa saja mencelakai mereka sendiri." Imbuh Yoochun.

"Karena itu mereka menempatkan Chae Hyungwon sebagai," Kening Siwon terlipat. "semacam pengawas Haneul?"

Jaejoong mengangguk. "Kurasa."

Jaejoong mendorong kursinya ke belakang dan kemudian berdiri. Dia berjalan menuju whiteboard yang berada di dalam ruangan sambil berbicara.

"Divisi khusus menempatkan seorang agen di lingkungan keluarga korban dan saksi utama. Kemungkinan tujuannya adalah mereka menginginkan apa yang tengah diselidiki oleh Yoo Kijong atau mungkin yang disembunyikan oleh Yoo Kijong."

Jaejoong mengambil spidol dari dekat white board, menuliskan nama Kijong dan Jihyun bersebelahan. Setelah selesai menuliskan nama kedua korban dia berbalik badan dan menatap rekan-rekannya.

"Kedua orang korban adalah akuntan. Dari cara kematian mereka dan waktu kematian mereka yang nyaris bersamaan membuat kita berpikir jika kematian mereka disebabkan oleh terlibatnya kedua akuntan ini pada kasus penggelapan uang, pencucian uang dan sejenisnya. Dari cara kematian mereka yang disiksa sebelum dihabisi memperkuat dugaan kita sebagai polisi jika memang mereka terlibat suatu kasus."

"Dan bukti yang ditemukan semakin memperkuat dugaan itu. Namun belum ditemukan dengan jelas kasus itu apa dan siapa saja orang yang terlibat dalam kasus tersebut." Ungkap Yoochun.

"Benar. Sampai saat inipun ita hanya dapat menerka-nerka." Jaejoong menjawab setelah mengangguk terlebih dahulu.

Dia kemudian menambahkan tulisan lain di papan. "Penyelidikan berlanjut dan ditemukan indikasi jika Kijong memang mengalami ancaman sebelumnya namun tidak melaporkan hal itu pada polisi pada waktu itu. Dan kita mengetahui fakta lain bahwa Yoo Kijong tidak mempercayai polisi karena kasus yang dialami oleh orang tuanya."

Jaejoong menambahkan garis panah ke atas, menuju ke nama orang tua Kijong.

"Di sini kasus mulai bercabang. Kasus baru yang bersangkutan dengan kasus lama." Jaejoong melanjutkan. "Aku dan Wonho menyelidiki tentang kasus kedua orang tua Kijong. Dari hasil penyelidikan yang telah terkumpul sampai saat ini, aku memang menemukan keanehan dalam proses penyelidikan dan ditutupnya kasus itu. Kedua orangtua Kijong seperti menjadi korban dalam perseteruan politik yang kematiannya disamarkan menjadi sebuah kasus kecelakaan."

"Saksi yang memperkuat dugaan itupun sudah ditemukan." Wonho mengimbuhi. "Salah satunya adalah orang yang pernah meminta ayah dari Yoo Kijong untuk menjadi anggota parlemen dan satu yang lain adalah mantan dokter forensik yang mengotopsi jasad dari kedua orang tua Yoo Kijong."

"Dalam masa penyelidikan ini kita juga menemukan hal janggal lain selain divisi khusus yaitu orang yang mencoba menculik Siwon dan memiliki senjata yang sama persisi seperti senjata yang disita sebagai bukti perdagangan senjata di pasar gelap. Lalu tiga jasad tanpa identitas yang ditemukan pada malam saat terjadinya kasus kebakaran rumah Kijong." Jaejoong menambahkan kata organisasi bawah nama Kijong.

"Menurutmu orang yang menyerang Siwon dan tiga jasad itu berasal dari organisasi yang sama?" Tanya Yesung pada  Jaejoong.

"Orang yang berusaha menculik Siwon memiliki hubungan dengan organisasi penjualan senjata di pasar gelap. Itu hal yang bisa kupastikan. Tiga jasad tanpa identitas, masih kuragukan. Meski mereka ada hubungannya, tidak ada bukti kuat yang ditemukan untuk meyakinkan kecurigaanku. Di malam kejadian kasus kebakaran rumah Kijong ke tiga jasad itu ditemukan, aku menemukan satu bukti yang mengarah jika rumah itu sengaja dibakar. Kemungkinan untuk melenyapkan bukti kejahatan atau melenyapkan semua bukti yang dapat membantu penyelidikan polisi. Dari situ aku mengambil kesimpulan jika ketiga mayat itu berada di satu sisi yang sama dengan pelaku pembunuhan Kijong dan Jihyun."

"Lalu menurutmu siapa yang membunuh ketiga orang itu? Apakah divisi khusus? Atau organisasi?" Tanya Yoochun.

"Jika kau bertanya pendapat pribadiku aku mncurigai divisi khusus." Jawab Jaejoong sambil mengacungkan spidol ke arah dirinya sendiri.

"Wae?" Tanya Wonho.

"Karena selain kita, polisi, yang terlibat dalam putaran kasus ini adalah kelompok yang membunuh Kijong dan Jihyun, dan juga divisi khusus. Jika kelompok yang membunuh Kijong berusaha melenyapkan semua bukti yang dapat membahayakan mereka maka divisi khusus yang juga mengejar kasus ini akan bertindak."

"Tunggu." Siwon mengangkat tangannya ke udara sebelum Jaejoong melanjutkan. "Dari yang aku tangkap sampai saat ini, kau seperti berasumsi jika divisi khusus ada di pihak kita."

Jaejoong tersenyum tipis. "Apakah kau lupa jika kau yang menemukan bukti jika Kijong kemungkinan adalah seorang mata-mata?"

"Dia mata-mata divisi khusus??" Tanya Yoochun.

"Masih sebuah kemungkinan." Jawab Jaejoong santai. "Saat ini hanya hal itu yang dapat kupikirkan untuk menghubungkan divisi khusus dan kasus Yoo Kijong. Namun pikiranku bukan tanpa dasar."

"Tetapi bukankah Yoo Kijong tidak mempercayai polisi? Lalu kenapa dia mempercayai divisi khusus? Bahkan bekerja pada mereka." Tanya Yesung.

"Divisi khusus tidak masuk di dalam lembaga kepolisian. Dan dari informasi yang sampai saat ini kita dapatkan mengenai divisi khusus, aku menarik kesimpulan jika divisi khusus ini memiliki lingkup kekuasaan yang besar dan luas." Jaejoong berjalan mendekati meja dan mengistirahatkan panggulnya di meja. "Aku memang mengatakan jika ada kemungkinan jika Kijong bekerja sebagai mata-mata divisi khusus. Tetapi aku tidak mengatakan jika dia mempercayai divisi khusus. Lebih tepatnya tidak sepenuhnya."

"Maksudmu?" Tanya Siwon binggung.

"Karena divisi khusus masih mencari sesuatu yang disembunyikan oleh Kijong dengan menempatkan satu agen di sisi saksi utama." Sahut Yoochun tenang.

"Tepat." Jawab Jaejoong dengan senyum mengembang lebar dan tangannya menggerakkan spidol yang masih berada digenggaman.

"Itu artinya Kijong tidak membeberkan semua temuannya pada divisi khusus karena dia tidak percaya seratus persen pada divisi khusus. Karena itu divisi khusus mengambil tindakan dengan menempatkan satu agen di dekat saksi utama yakni adik korban, Kihyun, untuk mencari tahu apa yang disembunyikan Kijong. Benar begitu?" Tanya Wonho.

"Yes." Jaejoong menjawab. "Karena dengan begitu, Yunho dapat menanyakan hal-hal mendetail tanpa takut untuk dicurigai dan menyelidikinya dari jarak yang paling dekat."

"Oke aku paham dengan itu." Siwon berpendapat. "Mereka ingin menyelidiki masalah itu secara diam-diam dan menyelesaikannya sebelum polisi dapat mengungkap kebenaran dari kasus ini. Tetapi kenapa mereka juga muncul dalam kasus penyerangan ini? Bahkan secara terang-terangan di hadapan penegak hukum?"

"Karena kasus ini sudah menjadi rahasia publik. Jika mereka ingin menangani kasus ini tanpa gangguan maka mereka harus terjun secara langsung." Jawab Jaejoong.

"Apakah menurutmu kedua kasus ini berhubungan?" Wonho.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya. "Sedikit membinggungkan."

"Terlalu banyak point yang terlalu beresiko untuk diasumsikan saat ini." Sambung Yoochun. "Sampai saat ini praduga kita memang memiliki alasan yang kuat. Namun tidak ada bukti kuat untuk membuktikannya. Baik orang-orang yang berhubungan dengan kasus kematian Kijong atau divisi khusus."

"Benar. Jika dugaan awal kita tentang orang-orang politik terlibat dalam kasus kematian orang tua Yoo Kijong adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian Yoo Kijong. Maka hal ini akan menjadi semakin rumit." Jaejoong meletakkan spidolnya di atas meja.

"Karena divisi khusus dibentuk langsung oleh pemerintah yang artinya melibatkan tokoh politik dan orang yang kemungkinan menjadi otak utama kematian Kijong juga orang-orang politik?" Tanya Wonho dengan raut wajah was-was.

Jaejoong mengangguk. "Bisa jadi kasus penyerangan ini adalah kasus pengalihan yang sengaja dibuat oleh orang-orang politik untuk mengalihkan perhatian polisi dari kasus Kijong."

"Tetapi kasus penyerangan ini terlalu menyita perhatian publik. Bukankah hal ini terlalu beresiko?" Tanya Yesung.

"Dan kenapa mereka memakai dua kubu kriminal?" Timpal Siwon.

"Dan yang lebih aneh adalah Yoo Kijong. Kenapa dia bersedia bekerja pada divisi kriminal tetapi nekat untuk merahasiakan temuannya?" Yoochun mengimbuhi. "Akuntan ini mati karena data yang dia temukan. Mungkin dia menemukan data itu saat menjalankan tugasnya sebagai mata-mata. Tetapi kenapa dia juga berusaha untuk menyembunyikan data itu dari orang yang memperkerjakannya. Tidak mungkin dia melakukannya hanya karena dia tidak mempercayai divisi khusus. Mungkinkah jika dia mengetahui niat dari divisi khusus atas data yang dia temukan?"

~~~~~

"Why you didn't tell me right away?"

Jooheon berkata dengan gigi bergemuruk dan tangan yang mengepal erat sehingga urat-urat di tangannya menonjol keluar.

Mata sipitnya yang biasa terlihat teduh seperti anak-anak kini terlihat tajam,  garang dan penuh kemarahan.

"Walaupun aku memberitahumu lebih awal," Eunhyung mengangkat kepala dan balas menatap Jooheon. "Apa yang dapat kau lakukan?"

BRAK

Tiba-tiba Jooheon menggebrak meja kerja Eunhyung. Matanya kian garang menatap Eunhyung.

"X adalah tempat asalku. My home. Segala sesuatu yang terjadi pada rumahku, aku harus segera mengetahuinya."

"Aku mengerti. Karena itu juga aku sudah meminta orang-orangku untuk menyelidikinya."

"Huh." Jooheon menyeringai. "Not your people. I will."

"You have your own mission." Ucap Eunhyung dengan tegas namun menyiratkan tekanan.

"Fuck it. Even without your permission I will do it."

Setelah membuat keputusannya jelas dihadapan Eunhyung, Jooheon berbalik badan hendak meninggalkan ruangan Eunhyung.

"You know the consequences if you disobey my orders."

Jooheon berhenti di ambang pintu dengan tangan yang telah menyentuh knop.

"I am not afraid." Jawabnya mantap dan segera keluar dari ruangan dengan membanting pintu.

Begitu dia keluar dari ruangan dia berjalan menuruni tangga dengan langkah cepat dan lebar. Di bawah anak tangga terakhir ada Yunho yang menungguinya. Melihat wajah Jooheon yang menunjukkan ekspresi tidak biasa, dia segera tahu jika ada yang tidak beres. Sejak mereka tanpa sengaja melihat berita yang disiarkan oleh televisi besar yang terpampang di sebuah gedung dalam perjalanan pulang, Jooheon mendadak diam. Begitu mereka kembali, mereka bertemu dengan Eunhyung yang telah menunggu mereka dan langsung mengajak Jooheon untuk bicara empat mata. 

Sikap Jooheon yang mendadak berubah setelah mendengar berita tentang penyerangan terhadap sekelompok orang oleh orang tak dikenal dan kemarahan yang tergambar jelas dari gerak tubuhnya membuat Yunho berpikir jika Jooheon memiliki hubungan dengan orang-orang yang menjadi korban penyerangan.

"Hei ada apa?" Tanyanya sambil menjajari langkah Jooheon menuju ke ruang komputer.

"I must go." Jawabnya singkat.

"Huh? Where?"

"Help my family members."

"Kau memiliki keluarga? Di mana mereka?" Tanya Yunho lagi.

Namun dia tidak mendapatkan jawaban karena Jooheon terlebih dahulu memasuki ruang komputer dan menutup pintu sebelum Yunho memasuki ruangan. Untuk beberapa saat Yunho termenung di tempat sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menemui Eunhyung.

"Apakah tidak ada yang mengajarimu cara mengetuk pintu?" Tanya Eunhyung dari tempat duduknya.

"Apa yang terjadi pada Jooheon?" Tanya Yunho.

"Dia bukan lagi anggota dari tim ini."

Kening Yunho berkerut. "Kenapa?"

"Kau tidak perlu tahu alasannya. Kau hanya perlu mengikuti perintahku. Sekarang keluar dari sini karena aku harus melakukan sambungan pribadi."

"Ta-"

"No more talk. Get out."

Yunho mengepalkan tinju dan segera keluar dari ruangan Eunhyung untuk mencari Jooheon lagi. Dia terkejut ketika melihat Jooheon menyandang tas ransel di punggung dan satu tangannya digunakan untuk mengapit sebuah laptop mininya.

"Jooheon!" Seru Yunho.

Jooheon berhenti, menoleh pada Yunho dan tersenyum samar.

"Be careful hyung. Goodbye."

"Jooheon! Wait!" Yunho meninggikan suara dan mempercepat langkahnya tetapi dia tetap tidak dapat menghentikan Jooheon.

Ketika Yunho terdiam di tempatnya berdiri dia mendengar suara Haneul berbicara.

"That boy is indeed interesting."

"Kau tahu sesuatu?" Tanya Yunho.

"Maybe."

~~~~~~~

Mata doe Jaejoong membelalak ketika dia menyadari sesuatu. 

"Tunggu. Ruang kerja yang berantakan... ponsel kedua korban menghilang... komputer yang dihancurkan dan menghilang... korban yang disiksa sebelum dibunuh... kelompok cybercrime yang diserang..."

"Letnan, anda baik-baik saja?" Tanya Wonho dengan nada khawatir karena Jaejoong tiba-tiba meracau.

"Berhubungan." Ucapnya dengan lebih lantang.

"He?"

Dia kemudian menatap anggotanya satu persatu dengan mata penuh gairah.

"Semua kasus ini berhubungan." Dia mengulanginya lagi, lalu bangkit dari kursi, berjalan menuju papan dengan langkah cepat sehingga dia nyaris tersandung oleh kakinya sendiri.

Mengabaikan tatapan mata rekan-rekan yang melihatnya bertingkah seperti orang di bawah pengaruh narkoba, Jaejoong menulis sesuatu di papan dengan cepat.

"Mereka semua berhubungan!!" Serunya lagi.

"Err--k-kau baik-baik saja, Jaejoong?" Tanya Yoochun dengan wajah sangat khawatir.

Jaejoong mengibaskan tangan di depan wajahnya, dan menyingkir dari depan papan agar semua rekannya dapat melihat apa yang dia tulis di papan.

"Data...elektronik?" Gumam mereka membaca tulisan yang dibuat oleh Jaejoong.

"Benar. Itu yang disembunyikan oleh Kijong dan yang dicari oleh orang-orang itu. Kasus penyerangan ini bukan sebuah sebagai kasus pengalih perhatian tetapi mereka mencari orang-orang yang pintar dalam hal menggunakan komputer untuk membantu mereka. Karena itu kasus ini tidak memiliki korban jiwa." Paparnya berapi-api. "Karena mereka membutuhkan orang itu dalam keadaan hiduo agar dapat membantu mereka."

"Aku tidak ingin menyakitimu. Jadi tolong ikut denganku."

Tiba-tiba saja Siwon teringat dengan ucapan orang yang pernah dilawannya.

"Orang itu juga mengatakan hal yang serupa padaku." Ia menggumam dengan suara pelan namun cukup jelas untuk didengar oleh orang-orang di dalam ruangan itu.

"Mwo?" Yesung menoleh ke arah Siwon. "Jadi mereka ada dipihak yang sama? Itu artinya semua kejadian ini berhubungan?"

"Aku lupa bertanya pada kalian berdua." Jaejoong menghampiri kursi Yoochun. "Bagaimana dengan dokumen komputer Kijong dan Jihyun? Apa mereka klien dari Kijong dan Jihyun?"

"Baik Im Younghan dan Han Sangjin adalah klien dari Kang Jihyun tetapi mereka tidak memiliki hubungan kerja dengan Yoo Kijong. Catatan keuangan mereka tidak ada yang mencurigakan." Sahut Yoochun.

TRRRTTTTT

Jaejoong mengeluarkan ponsel dari sakunya ketika dia merasakan getaran yang nerasal dari ponsel yang dia simpan. Melihat pesan yang masuk ke dalam ponselnya dia tersenyum miring.

"Letnan?" Panggil Yesung.

Dia kemudian menyimpan ponsel di tempatnya semula.

"Aku baru saja mendapatkan pesan dari sekertaris Han Sangjin." Jaejoong menatap Yoochun dan Wonho bergantian. "Yoochun, Wonho. Kalian ikut aku. Sementara kalian berdua dapat pergi beristirahat." Lanjutnya saat dia mengalihkan pandangannya pada Siwon dan Yesung.

"Bagaimana dengan dokumen-dokumen ini?" Tanya Yesung dengan melebarkan tangannya di atas tumpukan dokumen di depannya.

"Percuma mencari ditumpukan sampah itu. Kita tidak akan menemukan apapun di situ." Jaejoong menyambar jaketnya. "Kajja."

Melihat Jaejoong bergerak, Yoochun dan Wonho pun mengikuti atasan mereka keluar dari ruangan. Meninggalkan Siwon dan Yesung yang saling bertukar pandang.

"Sepertinya tidak ada yang dapat kita lakukan lagi di sini. Kajja." Kata Siwon yang bangkit dari kursinya.

"Ke mana?" Tanya Yesung.

"Pulang."

~~~~~

Di dalam mobil, Yoochun yang duduk di samping Wonho yang mengemudi menoleh ke belakang, di mana Jaejoong sedang mencoret-coret notebook kecilnya.

"Apa kau tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku?" Tanyanya.

"Tentang?" Jaejoong balik bertanya tanoa mengangkat pandangannya dari permukaan notebooknya, bahkan hanya untuk melirik saja tidak dia lakukan.

"Kau tahu aku sedang membicarakan apa." Jawabnya.

"Jika kau membicarakan soal tumpukan sampah kertas di ruang data, itu memang sekedar tumpukan sampah sekarang."

"Kenapa?"

Jaejoong menutup notebooknya dan ditindih oleh tangannya, terjepit di antara paha dan tangan. Dia lalu menatap ke depan, ke arah Yoochun.

"Karena data yang dapat menjadi bukti dan penyebab kematian Yoo Kijong dan Kang Jihyun berupa data elektronik. Ingat, sehari sehari sebelum kita dapat mengambil semua berkas itu kita dihalangi oleh pihak firma?"

Yoochun mengangguk paham meski wajahnya masih menyiratkan kebinggungan. Jaejoong yang menangkap kebinggungan Yoochun menghela nafas panjang. Kasus ini memang rumit dan berbelit, mereka mungkin telah menangkap garis besar dari kasus. Namun kurangnya bukti yang konkrit, tak pelak membuat garis penghubung yang mereka temukan hanya sebuah dugaan belaka. Meski dia yakin dengan apa yang dia pikirkan, dia masih memerlukan bukti untuk menyeret orang-orang yang terlibat ke badan hukum.

"Pada hari di mana pekerjaan kita diganggu, aku menebak kemungkinan orang-orang dari divisi khusus memanfaatkannya untuk mencari, mengambil apa yang mereka inginkan. Karena itu--"

"Tapi Letnan, surat penangguhan itu dilayangkan oleh pimpinan firma sendiri pada kuasa hukum mereka untuk menghindari bocornya rahasia klien yang harus mereka jaga. Anda sendiri yang mengatakannya?" Sela Wonho.

"Yya!" Terselip sedikit nada kesal di suara Jaejoong. "Bisa kau berhenti bicara sampai aku selesai?"

"Hehe... Mian."

"Tapi yang dikatakan W-"

Jaejoong langsung melemoarkan tatapan mautnya pada Yoochun saat namja itu berusaha membela bawahannya. Yoochun yang menyadari arti tatapan mata Jaejoong segera tutup mulut.

"Good boy." Puji Jaejoong setengah mengejek Yoochun. "Dari keluarnya surat yang pengangguhan itu sampai pada saat kita mendapatkan ijin untuk menggangkut semua dokumen dari kantor kedua korban  memiliki rentang waktu yang cukup untuk dimanfaatkan oleh orang-orang dengan kepentingannya masing-masing untuk mengambil apa yang mereka butuhkan sebelum polisi, dalam hal ini kita, agar dokumen yang memiliki potensi meniadi bukti tidak jatuh pada di tangan polisi. Dan 'orang-orang dengan kepentingan masing-masing' di sini yang aku maksud adalah divisi khusus atau kelompok orang yang membunuh Yoo Kijong dan Kang Jihyun."

"Bagaimana mereka melakukannya? Dan bagaimana kau bisa yakin dengan pendapatmu itu?" Tanya Yoochun.

"Divisi khusus memiliki keistimewaannya tersendiri karena mereka berada di bawah pemerintah secara langsung. Bukan tidak mungkin jika mereka menyuruh orang untuk mendatangi firma, membawa nama atasan mereka atau surat perintah resmi dari pemerintah untuk melakukan penggeledahan seperti yang mereka lakukan hari ini di kantor polisi." Jaejoong mendecih. "Bisa-bisa dia mengancam kepolisian dengan membawa nama badan federal."

"Sementara kelompok orang yang membunuh kedua korban," Jaejoong melanjutkan. "Mereka adalah oenjahat yang berani membunuh orang. Menyusup masuk ke dalam sebuah gedung perkantoran dan mencuri data pasti hal yang mudah untuk dilakukan. Meski dengan resiko tertangkap, mereka pasti hanya akan mendapat tuduhan percobaan pencurian. Lagipula petunjuk yang kita dapatkan mengarah pada dugaan jika Kijong menyimpan data yang dia miliki dalam bentuk elektronik. Data elektronik lebih mudah untuk disembunyikan dan dibawa ke mana-mana daripada dokumen tertulis atau cetak.  Kemungkinan untuk menarik perhatian orangpun akan lebih sedikit karena dia bisa menaruhnya di mana saja."

"Hmmm." Yoochun mengangguk-angguk kecil. "Jika benar begitu, itu cukup masuk akal untuk menjelaskan kenapa ponsel dari kedua korban menghilang. Tapi kenapa komputer Kijong hanya dirusak sementara komputer Jihyun dibawa? Jika mereka menginginkan data yang ditemukan oleh Kijong, bukankah lebih masuk akal jika membawa komouter milik Kijong daripada Jihyun?"

"Menurutmu darimana asal data yang ditemukan oleh Kijong?" Tanya Jaejoong sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jadi maksud letnan-"

"Benar." Potong Jaejoong cepat.  "Jika dugaanku benar maka data yang ditemukan oleh Kijong ada hubungannya dengan Im Younghan dan Han Sangjin. Pemilu akan diadakan dalam waktu dekat. Dalam hal politik perputaran uang untuk kampanye adalah hal yang lumrah terjadi. Perencanaan pengelolaan dana kampanye pasti sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari sebelum pemilu berpangsung agar mereka dapat mengalami sedikit kerugian dan mrlemuluskan jalan mereka agar menang. Mungkin pada saat Jihyun mengurus rekening kedua orang itu, dia menemukan keganjilan dan membicarakannya dengan Kijong. Maka sebagai kekasih yang baik, Kijong membantu Jihyun untuk menyelidikinya. Namun saat itu dia justru menemukan fakta-fakta lain yang lebih besar dari apa yang ditemukan oleh Jihyun."

Sementara Jaejoong berbicara, Yoochun dan Wonho yang sedang menyetir tetap menaruh perhatian pada setiap pemikiran yang dikemukan oleh Jaejoong.

"Dan kurasa Kijong telah mengenali Im Younghan dan Han Sangjin sebelumnya sebagai orang yang ikut ambil andil dalam kematian orangtuanya. Saat aku menanyai Im Younghan tentang kasus Kijong dan Jihyun dia sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Namun saat aku mulai menanyakan tentang pasangan Yoo, dari caranya bicara padaku, dia seperti sedang mengintimidasiku."

"Dia merasa terancam?" Tebak Yoochun.

"Sepertinya."

"Jadi pengakuan yang diberikan oleh Minju tidak sepenuhnya hanya berdasarkan anggapan pribadi atau niat untuk menjatuhkan nama baik tokoh politik. Namun karena dia memiliki alasan yang kuat hanya saja dia tidak memiliki bukti nyata untuk menyeret Im Younghan ke pengadilan." Wonho menambahkan.

"Ya. Aku dengan sangat yakin dapat mengatakan jika orang itu terlibat. Namun tentu saja dia tidak membunuh pasangan Yoo dengan kedua tangannya sendiri, begitu juga dengan kasus Kijong dan Jihyun. Mengingat backgroundnya sebagai tokoh politik, maka dia akan meminjam tangan orang lain untuk menyingkirkan batu-batu dan hal-hal lain yang dapat menganggu jalannya. Jika benar dia adalah manipulator, mastermind dan raja dari kasus ini, maka yang kita perlukan untuk membuatnya berhenti dan jatuh adalah dengan menangkap jendralnya, eksekutornya. Dengan begitu jalannya tidak akan lagi mulus sehingga dia akan berhenti dan jatuh."

~~~~



- TBC -



~~~~~

Annyeong... annyeong...

chap ini penuh puanjang bener... udah usaha ngeringkas n bolak balik diubah tp chap ini penting....

huhuhuhu....

mian....T_T

mian jg chap ini btuh wktu yg luar biasa pnjang buat bsa di up...

selain kesulitan edit... ane jg kesulitan cri wktu buat nulisnya....

mian mian mian...

(deep bow)


























Continue Reading

You'll Also Like

643K 1.1K 22
Smexy One shots😘 Got deleted twice 3rd times a charm🤦🏻‍♀️😭
335K 19.3K 41
You live in a different time zone Think I know what this is It's just the time's wrong
38.2K 2.5K 61
𝐭𝐡𝐞 𝟐𝐧𝐝 𝐛𝐨𝐨𝐤 𝐨𝐟 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐨𝐥𝐢𝐯𝐢𝐚 𝐫𝐨𝐝𝐫𝐢𝐠𝐨 𝐚𝐧𝐝 𝐲/𝐧'𝐬 𝐦𝐞𝐞𝐭-𝐜𝐮𝐭𝐞𝐬/𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢�...