BLE MOU ✓

By Si_MiyuKi

268K 23K 711

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... More

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[18] New Members 2

5.4K 561 18
By Si_MiyuKi

Hollaa.. Ketemu lagi. Maaf baru bisa update. Masih ada yang nunggu kah? Wkwk

Cus aja lah, nggak usah kebanyakan bct :v

.

.

.

.

Kedua orang itu akhirnya sampai di depan gerbang mansion tertinggi dalam pack yang sedang mereka pijaki ini. Sang lelaki memberikan gestur menenangkan pada wanitanya yang terlihat gusar.

Perjalanan yang membutuhkan waktu satu hari satu malam itu cukup melelahkan. Setelah mendapatkan informasi dari Alphanya, bahwa Alpha Davion telah menerima suratnya, dan menyetujui permintaan mereka. Keduanya langsung berbenah dan segera melakukan perjalanan menuju Selenehydor.

Berdasarkan isi surat yang Alpha Dennis beritahukan, mereka harus langsung menemui Alpha Davion tepat setelah mereka sampai disana.

Selenehydor memiliki peraturan tersendiri dalam menambah jumlah kawanannya. Mereka harus mengunjungi Alpha dan melakukan ritual penandaan kawanan. Ritual singkat yang hanya dihadiri oleh para tetua serta para petinggi. Alpha, Luna, Beta, serta Gamma.

Tanda yang telah dimiliki akan menunjukkan bahwa mereka telah menjadi anggota wilayah itu. Aroma tubuh dan aura seseorang itu akan berubah setelah disematkannya tanda dari Sang Alpha. Sebagai identitas.

Kembali pada keadaan disana. Seorang pria menyambut keduanya di depan pintu utama. "Selamat datang Tuan dan Nyonya Arthur." sapanya.

Kedua orang itu, Jose dan Serena Arthur, tersenyum melihatnya.

Kemudian si pria memanggil seorang omega di dekatnya. Meminta si omega untuk menuntun sepasang suami istri itu untuk duduk di ruang tamu. Sementara dirinya akan memberitahukan hal ini pada Alphanya.

***

Davion baru saja menyelesaikan ritual mandinya di ruang kerjanya, ketika ia melihat seorang gadis sedang berdiri di dekat rak bukunya. Seperti sedang meneliti satu persatu buku yang berjejer rapi disana.

Alpha itu tetap berdiri disana menatap matenya dengan lekat. Pinggulnya menyender pada meja kerja di sampingnya.

"Sedang mencari apa?"

Elle langsung berbalik ketika suara yang dikenalnya terdengar. "Ak―"

Ucapannya terpotong kala melihat pria itu. Tubuhnya berdiri menegang di tempatnya. Bibir tipisnya masih sedikit terbuka dengan matanya yang tak berkedip.

Davion terkekeh melihatnya. Pasangannya sungguh menggemaskan. Ia mendengar bibir manis itu berucap 'wah' dengan lirih. Pria itu, yang sedang dalam keadaan shirtless, melangkah mendekat. Dan gadis itu masih tetap bergeming di tempatnya berdiri.

Ia mengecup hidung matenya singkat. Tapi sepertinya berhasil membuat gadis itu kembali ke alam sadarnya. Di detik berikutnya wajah seputih porselen itu memerah seluruhnya. Membuat kekehan Davion semakin terdengar.

"Apa yang kau lihat?" ucapnya seraya melangkah maju. Kedua tangannya terentang berniat memeluk tubuh mungil matenya.

Tapi gadis itu reflek memundurkan tubuhnya dan menubruk rak buku di belakangnya.

"Aw!"

Pria itu tertawa melihat gadisnya yang tertimpuk sebuah buku akibat rak yang sempat bergoyang. Sebelah tangannya menggantikan tangan gadis itu untuk mengelus pucuk kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Kemudian mengecupnya berulang kali.

"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk bersiap," tuturnya seraya masih mengelus rambut biru kesukaannya itu.

Elle mengangguk, "Tapi apa mereka harus selalu mengikutiku?" gumamnya.

Davion mengangkat sebelah alisnya bingung. Ah~

Ia terkekeh lagi, "Mereka akan membantumu bersiap, sayang. Tapi jika kau merasa tidak nyaman aku akan menyuruh mereka untuk pergi dan kau bisa bersiap sendiri." Lagi, gadis itu mengangguk setuju.

Mereka kemudian berjalan menuju kamar.

"Mandilah. Aku akan menunggumu di bawah." Elle menurut dan berjalan ke arah kamar mandi. Sedangkan Davion masuk ke dalam walk in closet untuk mengenakan pakaian resminya.

Dikarenakan tadi Betanya memberitahukan bahwa tamu mereka telah datang, ketika dirinya sedang menikmati tidur siangnya bersama sang mate, ia pun meninggalkan gadisnya yang sedang tertidur untuk bertemu dengan sepasang suami istri itu.

Kini keduanya sedang berada di mansion bagian barat yang memang dikhususkan untuk tempat tinggal tamu, sebelum malamnya melakukan ritual penandaan kawanan.

Davion pun berpikir mungkin ia juga akan melakukan penandaan kawanan pada matenya. Baru setelah itu proses pengangkatan Luna akan bisa dilaksanakan.

Kembali ke keadaan sekarang, sudah cukup lama Davion menunggu matenya turun dari kamar mereka, untuk menuju ke ruang upacara. Betanya serta yang lain pasti telah sampai dan menunggu mereka disana.

Baru saja ia berbalik untuk menuju kamar mereka, seseorang yang baru saja ditunggunya tengah berjalan ke arahnya. Ia tersenyum melihat penampilan matenya malam ini. Cantik, sangat cantik.


Dress out of shoulder itu sangat cocok dikenakan olehnya.

Davion melangkah mendekat. Matanya terpaku pada matenya yang berdiri salah tingkah di ujung tangga. Ia tersenyum kecil.

"Cantik," pujinya.

Rona merah muncul di kedua pipi gadisnya. Membuatnya terkekeh. Ia melingkarkan lengan kekarnya di pinggang sang mate.

"Cantik sekali," gumamnya seraya mengecup pundak mulus gadis itu. Membuat sang empunya meremang geli.

"Ayo," ajaknya. Mereka berjalan bersama menuju ruang upacara, dimana proses penandaan kawanan baru akan dilaksanakan.

Di depan pintu besar ruangan itu berdiri Deltanya. Pria itu menunduk hormat pada keduanya sebelum membukakan pintu, kemudian masuk setelahnya.

Dilihatnya semua orang telah berada disana. Betanya beserta matenya, Delta, Gamma, dan tetua yang ada, serta sepasang werewolf yang akan ikut dalam kawanannya.

Ia merasakan tubuh matenya sedikit tersentak ketika melihatnya. Gadis itu pasti telah melihat wanita disana, yang memiliki rambut yang sama seperti dirinya.

"Selamat datang Tuan dan Nyonya Arthur." Suara Alpha itu menggema ke seluruh ruangan. Membuat semua yang ada disana memusatkan perhatiannya pada sang junjungan yang tengah berjalan mendekat. Tak terkecuali kedua orang yang disapanya. Mereka berbalik, dan terkejut ketika melihatnya.

Davion tahu, perhatian keduanya tak mengarah padanya. Tapi pada seseorang yang berjalan di sampingnya. Matenya.

Ia menjabat tangan mereka. Kemudian memperkenalkan Elle. "Dia mateku." Keduanya tersenyum mendengarnya. Alpha itu beruntung bisa memiliki gadis sepertinya. Mereka tentu tahu seluk beluk wanita berambut biru yang terkenal akan kecantikan dan kebaikan hatinya.

"Proses ini hanya akan memakan waktu sebentar. Karena hanya ada tiga orang yang mengikutinya," ucap Davion memulai pembicaraan mengenai apa yang akan mereka lakukan malam ini.

"Tiga orang?" Salah seorang tetua bertanya padanya.

"Mereka, dan mateku. Dia akan kuikutkan agar setelah itu proses pengangkatan Luna bisa segera dilaksanakan." Mereka semua mengangguk mendengarnya. Lain halnya dengan Elle yang seketika menjadi khawatir. Apakah upacara itu akan menakutkan seperti yang ada di bayangannya.

Davion merasakan kekhawatirannya. Ia berbalik dan mengulurkan tangannya, menangkup wajah matenya yang terlihat pias.

Pria itu tersenyum mencoba menenangkan matenya. "Tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja." Kemudian mengecup dahinya. Elle mengangguk. Mencoba mengenyahkan perasaan aneh yang sejak tadi dirasakannya. Semoga semuanya memang akan baik-baik saja.

Semuanya bersiap, mengikuti kemana Davion berjalan. Melihat pria itu berhenti Elle pun ikut berhenti. Di depan mereka terdapat sebuah batu berukir rumit yang cukup besar. Sebuah simbol pack Selenehydor pun terpahat disana.

Elle merasa gugup karena banyak orang yang melihatnya. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Kedua tangannya saling meremas gugup, beberapa kali ia menarik napasnya.

Elusan di bahunya membuatnya sedikit terlonjak. Namun kemudian rasa tenang sedikit demi sedikit dirasakannya. "Tenanglah. Anda terlihat gugup," ucap wanita itu.

Elle tersenyum canggung. "Bi-bisakah Anda tidak perlu terlalu formal. Anda lebih tua daripada saya."

Sedang wanita itu hanya tersenyum maklum. Kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada Davion. Elle menghela napasnya sekali lagi dan ikut mengarahkan pandangannya pada pria itu.

Lagi, Elle merasa takut ketika Davion memegang sebuah belati yang tampak sangat tajam. Ia menelan salivanya berat saat Davion menyayat telapak tangannya dan meneteskan darahnya di atas batu itu. Mengalir mengikuti arah ukiran, hingga menetes di tengah simbol kerajaan itu.

Pria itu kemudian memerintahkan Tuan dan Nyonya Arthur untuk mengambil belati yang telah disiapkan. Kedua orang itu pun mengikuti apa yang dilakukannya tadi. Hingga kini tiba gilirannya.

Elle mendekati tempat dimana belati-belati itu diletakkan, mengambil salah satunya dengan tangan gemetar, dan melangkah ke hadapan Davion. Pria itu tersenyum menenangkannya sekali lagi. Mengangguk meyakinkannya.

Sekali lagi ia menarik napasnya. Tangan kanannya dengan gemetar diarahkan pada tangan kirinya. Ia mengeratkan genggamannya pada benda itu. Hingga cairan kental itu berhasil keluar, menetes ke atas batu.

Davion segera mendekati Elle setelah dirasanya cukup. Ia mengambil kain kecil di dalam jasnya dan mengelap luka matenya, yang sedikit demi sedikit mulai menyembuh.

Beberapa detik mereka menunggu hingga semua darah itu menjadi satu. Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari benda itu. Ukiran-ukiran yang ada disana ikut bercahaya. Membuat semua yang ada disana menutup mata karena silau. Setelah meredup barulah kejadian tak terduga terjadi.

Tiba-tiba Elle tak sadarkan diri. Davion yang berada di dekatnya langsung menangkap tubuh lemah itu agar tak membentur lantai. Perasaan khawatir langsung menyerangnya. Hingga ia sadar, bahwa bukan hanya Elle yang mengalaminya. Ia melihat pria itu juga tengah berusaha membangunkan matenya.

Wanita itu pun juga tidak sadarkan diri.

Apa yang terjadi?

***
TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

63.1K 6.2K 38
[FOLLOW SEBELUM BACA !!!!!!!] ------------------------------------------- Vanessa adalah wanita yang cantik, berkulit putih dengan rambut ikalnya yan...
151K 6.6K 27
INFO (Please don't read this Story. I'm still revising for better) Hidup Lydia berubah dalam sekejab ketika seseorang memanggilnya 'Anna' saat dia ka...
3.2M 188K 66
Briana yang awalnya adalah seorang Lady, harus terpaksa menerima lamaran sang Duke of Warwick, namun siapa sangka jika pria yang ia kira hanya seoran...
3M 440K 76
Perjodohan Tilly dan Aiden adalah monokrom, bak air tenang hingga Julian datang. Tiba-tiba membuat Aiden mengusulkan proposal perceraian. Tilly dimab...