BLE MOU ✓

De Si_MiyuKi

268K 23K 711

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... Mais

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[16] I'm fine

6.2K 563 26
De Si_MiyuKi

.

.

.

.

.


Pria itu masih berdiri di ambang pintu untuk beberapa menit. Bergeming di tempatnya seraya memandang seseorang yang masih terbaring di ranjang itu.

Teringat akan penjelasan sang dokter bagaimana kondisi matenya saat ini. Ia menghela napas beratnya. Mengambil langkah mendekati ranjang dimana matenya berada. Ia duduk di kursi itu, meraih sebelah tangan gadisnya dan mengecupnya lama. Merasa sedikit lega ketika bibirnya merasakan rasa hangat di kulit tangan itu. Tak sedingin sebelumnya.

Davion menoleh ketika mendengar pintu ruangan dibuka. Ternyata orang tua dan kedua adiknya datang lebih cepat dari yang ia kira.

"Bagaimana keadaannya?" tanya ibunya langsung.

Pria yang ditanya itu menghela napasnya, "Dia kehilangan banyak darahnya, tulang kaki dan tangan kirinya retak, dan proses penyembuhannya melambat karena racun." jelasnya secara singkat. Mengulang apa yang ia ketahui dari dokter.

"Kalau begitu Regan akan menggantikanmu sementara. Dia membutuhkanmu," tutur ayahnya. Davion mengangguk mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu.

***

"Tolong.. Kembalikan putri kami."

"Dia putri kami satu-satunya."

"Lupakan putri kalian. Dia sudah mati. Kembalilah ke rumah kalian dan lupakan semuanya."

Cahaya terang berpendar mengelilingi pasangan itu. Melingkupi tubuh mereka. Kekosongan di mata mereka terlihat nyata, sebelum hilang bersama sang cahaya.

Kembali ke peraduan mereka...

Melupakan semuanya...

Melupakan sang putri yang masih menangis dalam dekapan pria berjubah itu.

"Tenanglah anakku. Kau akan aman bersama ayah," ucapnya dengan suara lembut. Tangannya mengelus dahi bayi mungil itu, hingga suara tangisannya tak terdengar lagi.

Elle sedikit tersentak dari tidurnya. Kepalanya terasa pening karena tiba-tiba terbangun dan jantungnya masih berdetak dengan cepat.

Ia mengedarkan pandangannya. Lalu melihat ke salah satu tangannya yang terhubung dengan selang kecil berisi cairan merah.

Cklek

Suara kenop pintu membuatnya menoleh. Seorang wanita berpakaian serba putih masuk, terlihat sedikit terkejut, sebelum kemudian melanjutkan langkahnya mendekat.

"Selamat pagi, Nona. Bagaimana keadaan Anda?" Suara lembutnya mengalun. Tersirat nada lega di dalamnya.

Elle membuka bibirnya. Tapi tidak ada suara yang bisa keluar. Ia menelan salivanya dan meringis ketika perih terasa di kerongkongannya.

Wanita itu dengan segera membantu Elle meminum air putih. Ia mendesah lega setelah air itu mengalir membasahi kerongkongannya.

"Terimakasih," gumam Elle seraya tersenyum kecil.

"Bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya wanita itu.

"Hanya beberapa." Elle sedikit menggerakkan tubuhnya. Desisan kesakitan keluar dari bibirnya, membuat wanita di sampingnya menatapnya khawatir. "Tidak.. sepertinya, semuanya," lanjut Elle dengan suara tercekat.

"Kalau begitu jangan terlalu dipaksakan bergerak. Sepertinya jahitan di perut Anda juga belum sepenuhnya mengering," balasnya seraya menggenggam tangan Elle yang tidak tertancap jarum infus.

Ia melihat mata wanita itu berubah menjadi hijau. Menatap kosong pada tubuhnya selama beberapa menit. Kemudian melepas tangannya. "Tubuh bagian dalam Anda sudah membaik. Serigala Anda juga sudah mulai memulihkan diri," jelasnya.

"Sudah berapa lama aku disini?" tanya Elle.

"Ini hari kelima Anda disini," jawabnya. Kemudian ia teringat akan serigala abu-abu itu.

"Davion," gumamnya.

Dokter itu tersenyum mendengar gumaman calon Lunanya. "Alpha sedang keluar sebentar menemui Beta Regan. Saya sudah memberitahukan bahwa Anda sudah siuman, Alpha akan segera kemari."

Baru saja sang dokter menyelesaikan kalimatnya, pintu ruangan kembali terbuka. Davion masuk dengan sedikit tergesa.

"Bagaimana keadaannya?"

"Luka dalamnya sudah semakin membaik. Serigala milik Nona juga mulai memulihkan dirinya. Dan regenerasinya juga akan semakin meningkat."

"Saya permisi, Alpha, Nona," pamitnya sambil sedikit menunduk. Setelah mendapat anggukan dari junjungannya itu, ia kemudian keluar dari ruangan.

Davion mendekati ranjang dimana matenya berada. Ia merasa sangat lega ketika dokter itu memindlink bahwa Lunanya telah siuman.

Elle tersenyum semakin lebar ketika Davion mendekat. Ingin rasanya dia bergerak untuk merasakan dekapan hangat lelaki itu lagi. Tapi tubuhnya pasti akan terasa sangat sakit ketika sedikit saja digerakkan.

"Apa masih sakit?" tanya Davion. Jari-jari panjangnya bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah matenya. Rambut biru kesukaannya.

Elle mengangguk, sedikit mengerutkan bibirnya. "Tubuhku sulit digerakkan. Rasanya sakit sekali."

Davion menatapnya khawatir. "Maaf," ucapnya.

Elle mengerutkan dahinya. "Untuk apa?"

"Karena tidak bisa menjagamu," gumamnya. Ia tersenyum kecut. Merasa gagal. Hingga kejadian itu hampir merenggut nyawa matenya.

Gadis itu menggeleng pelan. "Tidak, ini bukan salahmu." Elle jadi menyesal berkata jujur tentang keadaannya tadi. Tapi kalimat itu muncul begitu saja, ia ingin menumpahkan segala keluh kesahnya pada pria itu.

"Kau sudah berusaha melindungiku. Aku merasakannya."

Davion tersenyum tulus. Meskipun rasa khawatir masih menggelayutinya. Tapi dia berusaha menekannya. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa matenya akan segera membaik. Sebisa mungkin ia akan terus berada di samping matenya.

Sebuah ketukan terdengar. Setelah Davion mempersilahkan, seorang perawat masuk membawa beberapa makanan.

"Setelah makan, Nona harus meminum obatnya," ucap perawat itu seraya menunjuk sebuah botol kecil berisi cairan putih pekat. Setelahnya, perawat itu keluar dan akan kembali lagi untuk mengambil peralatan makannya.

Davion beranjak dari duduknya, mengulurkan tangan ke bawah untuk menaikkan bagian kepala ranjang untuk memudahkan matenya makan nanti. Ia kemudian membantu Elle membenahi posisinya. Dengan sangat perlahan.

Seraya memeluk tubuh lemah itu, ia mengecup pelipis matenya ketika mendengar Elle mendesis kesakitan. Davion merasakan dadanya sesak. Rasa khawatir itu semakin menjadi dirasakannya.

Ia menghirup aroma matenya, menenangkan perasaannya dan serigalanya. Setelah itu kembali menegakkan tubuhnya. Membantu Elle memakan makanannya.

Beberapa menit berlalu, makanan dalam mangkuk itu tandas. Bertepatan dengan Davion yang juga selesai membantu Elle meminum obatnya, Regan masuk ke ruangan itu.

"Alpha, rapatnya akan segera dimulai." Davion menghela napas beratnya.

Meskipun urusan pack sementara dipegang oleh betanya, tetap saja ada hal-hal tertentu yang tidak bisa ia tinggalkan. Seperti saat ini, ia harus memimpin rapat untuk para Alpha lainnya. Ia harus meninggalkan matenya lagi.

Ia menunduk ketika merasakan sapuan lembut di lengannya. "Tidak apa-apa. Kau harus pergi kesana." Davion tersenyum kecil mendengarnya.

Tangan lembut itu mengelus rahangnya. Sang Alpha tersenyum semakin lebar. "Aku baik-baik saja. Berjanjilah setelah selesai kau akan segera kemari."

Davion mengangguk. "Aku akan segera kemari setelah urusanku selesai." Ia memajukan tubuhnya, mengecup dahi matenya.

"Mate saya akan menemai Anda disini untuk sementara," ucap Regan lagi. Ia membuka lebih lebar pintu itu, menarik lembut tangan matenya untuk masuk. Dikarenakan kedua adik Sang Alpha sedang ada urusan lain, maka ia meminta matenya untuk menemani calon Lunanya disini.

Setelah kedua pria itu keluar, gadis itu mendekat ke arah Elle dengan semangat. "Selamat siang Luna," sapanya sambil menunduk. Kemudian menegakkan tubuhnya kembali, menatap takjub pada calon Lunanya yang terlihat sangat cantik dengan rambut birunya.

Elle terkekeh pelan. "Tidak perlu berlebihan seperti itu. Cukup panggil aku Elle saja." Ia senang, gadis itu terlihat sangat bersahabat.

"Ah, b-baiklah." Ia kemudian duduk di kursi yang sebelumnya ditempati oleh Davion.

"Siapa namamu?" tanya Elle.

"Ili," jawabnya singkat. Elle mengangguk, kemudian mengalirlah pembicaraan mereka. Hingga ia tidak merasa bosan disana.

"Bagaimana kau bertemu matemu? Siapa?"

Ili terkekeh, "Regan. Kami bertemu ketika dia berkunjung ke pack kakakku."

"Kakakmu, Alpha?" tanya Elle dengan nada takjub. Ili mengangguk mengiyakan.

Elle menghela napasnya, kemudian tersenyum kecil. "Kau, beruntung sekali ya," gumamnya.

Gadis di sampingnya mengerutkan dahi bingung. "Maksudnya?"

Elle menggeleng pelan. Ia teringat akan mimpinya. Hanya gambaran-gambaran samar yang diikuti suara-suara yang menggema di pikirannya.

Ia mencoba mengingatnya, siapa ketiga orang dewasa yang saling berbicara di dalam mimpinya itu. Juga suara tangis bayi yang menyelingi perdebatan mereka.

"Tenanglah anakku. Kau akan aman bersama ayah."

Elle sedikit tersentak. Dia, memiliki ayah?

"Hei, Elle. Kau baik saja? Apa ada yang sakit?" Suara Ili yang terdengar khawatir memecah lamunannya.

Lagi-lagi gadis itu hanya tersenyum menenangkan. "Aku baik-baik saja."



***
TBC.



Segini dulu ya gais. Maklum kalau garing, soalnya lagi bingung mau gimana lanjutnya 😃

Continue lendo

Você também vai gostar

151K 6.6K 27
INFO (Please don't read this Story. I'm still revising for better) Hidup Lydia berubah dalam sekejab ketika seseorang memanggilnya 'Anna' saat dia ka...
1.5M 227K 44
Aquaplaning terjadi begitu cepat sehingga Electra tidak sadar dan salah melakukan antisipasi. Kendaraan yang dilajukan Electra hingga berputar arah d...
15.4K 1.3K 12
Perjalanan baru dimulai ketika Bele telah nyaman dengan kehidupan barunya setelah merasakan patah hati terbesar, penyebab rasa sakit itu muncul kemb...
1.1M 84.6K 58
[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjadi penerus kerajaan Demon, King of Demon...