Opacarophile

By Gadissnj

1.1K 77 29

***WARNING! Terdapat bahasa kasar, harap bijak dalam membaca*** Jika kamu pecinta kopi dan aku penyuka senja... More

Prolog
Jingga Aldera
Takut
Pertemuan
Jupiter Kembali
Rega & Regi
Masalalu
Candu
Coklat & Novel
Gelud
Rumah Sakit
Mengenal Jupiter
Suka?
Jauh
Kecewa
Ada Apa?

Senja Fahira

172 14 4
By Gadissnj

Hallo, silent readers👀
Happy Reading, luv u!

🐥🐣🐥
Kamu seperti senja. Yang datang memberikan kenyamanan, dan pergi membuat kerinduan.
-VN
🐥🐣🐥

Senja Fahira, siswi SMA Taman Harapan yang kini tengah duduk di kelas XI-IPS 4. Penyuka senja, juga matcha. Namanya Senja membuat dirinya semakin masuk ke dalam dunia senja, kecintaannya pada senja tak bisa terkalahkan. Ditambah lagi dengan suara deburan ombak serta angin sepoi-sepoi yang akan menemaninya di dermaga, itu adalah kebahagiaan tersendiri bagi Senja. Tak banyak orang yang mengenal Senja secara menyeluruh, masih dapat terhitung jari siapa saja yang benar-benar dekat dengan Senja. Tertutupnya ia dengan dunia luar itu sebab masalalunya yang kelam, terlalu sulit dijelaskan mengapa Senja tak suka pada keramaian.

Senja baru saja bangun dari tidurnya, setelah bersusah payah mengerjakan soal Matematika hingga larut malam. Gadis itu langsung beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi, seperti biasanya ia melakukan ritual paginya. Dirinya tak habis pikir, mengapa soal-soal yang diberikan gurunya sungguh menyusahkan. Terlebih lagi jika nilainya rendah dan harus melakukan remedial.

Tak butuh waktu lama bagi Senja melakukan ritualnya, kemudian ia bersiap-siap mengenakan seragam sekolahnya dan merapikan buku-bukunya. Setelah selesai, ia berkaca di meja rias. Warna hitam pada bagian bawah matanya sangat mengganggu wajah cantiknya, itu sebab ia sering begadang beberapa hari ini dengan alasan nonton drakor. Karena merasa warna hitam dibawahnya begitu mengganggu wajah cantik ciptaan Tuhan, Senja memberikan sedikit polesan bedak bayi serta lipbalm.

Merasa semuanya telah siap, Senja menuju meja makan yang berada di lantai satu. Ia menuruni anak tangga dengan gontai, ia sendiri tidak mengerti mengapa ia sangat enggan untuk masuk sekolah hari ini.

Senja menarik bangku di depan ibunya, lalu duduk berhadapan dengan ibunya. Tanpa pikir panjang, Senja langsung menyantap sarapannya.

Santi yang tak lain adalah ibunda Senja pun heran, mengapa hari ini buah hatinya sangat enggan untuk bersekolah.

"Kenapa sih? Enggak niat sekolah, ya?" tanya Santi yang heran dengan anaknya.

"Iya." Senja melanjutkan sarapannya tanpa memperdulikan ibunya.

Santi hanya menggelengkan kepalanya, ia tak mengerti dengan anak tunggalnya itu.

Tak lama, senja telah selesai dengan sarapannya, kini ia tengah bersiap memakai sepatu sekolahnya. Kemudian ia pergi ke teras rumahnya untuk menunggu temannya. Ia menatap arlojinya yang melingkar cantik di tangannya, waktu sudah menunjukan pukul enam lewat lima belas menit, namun temannya tak kunjung datang.

Senja masih terduduk di bangku terasnya, tetap menanti temannya belum juga datang. Senja menggigit bibir bawahnya, berharap tamannya segera datang.

Tak lama, motor vespa matic berhenti di depan rumahnya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Jingga, Jingga dan Senja sudah berteman lama sejak kecil. Ibunda Senja juga Jingga pun sama seperti mereka, itu sebab mengapa mereka menamainya dengan nama Jingga dan Senja.

Jingga membuka helm-nya dan memperlihatkan sederetan gigi putihnya.

"Huh, lama banget sih, pasti kesiangan. Iya, kan?" tanya Senja yang kesal dengan sahabatnya itu.

Jingga menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Hehehe, iya."

"Kebiasaan." tanpa basa-basi Senja naik ke motor vespa matic milik Jingga.
Jingga langsung melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata, ia melirik Senja yang sedari tadi tidak membuka suaranya. Padahal, biasanya pagi-nya selalu dihantam dengan ocehan dari Senja.

"Kenapa sih, diem aja," ucap Jingga yang fokus menyetir.

"PR Matematika belum selesai." Senja menyenderkan palanya di punggung Jingga.

"Lah? Kenapa enggak bilang kemaren kalo ada PR Matematika? Nantikan Jingga bantuin," ucap Jingga. Senja dan Jingga satu sekolah, hanya saja mereka beda jurusan. Senja masuk ke jurusan IPS, sedangkan Jingga masuk ke jurusan IPA. Senja akui bahwa kepintaran Jingga sangat diatas rata-rata, bahkan ia pernah memenangkan Olimpiade Sains tingkat Nasional. Senja dan Jingga selalu bersama di sekolah mereka, sebab Santi yang menitipkan Senja pada Jingga. Itu juga yang membuat banyak rumor di sekolahnya, tak sedikit yang mengira bahwa mereka berpacaran dan tak sedikit juga yang mengira bahwa mereka memiliki hubungan sedarah. Namun Jingga dan Senja tak memperdulikan itu, sebab itu hanyalah rumor yang tak benar dengan faktanya.

"Jingga bilang kemaren mau pergi sama temen, kan?" ucap senja seraya mengangkat kepalanya dari punggung Jingga.

"Ya, Jingga kan bisa aja ke rumah pulang dari pergi," ujar Jingga.

Senja diam sesaat, tiba-tiba terlintas sesuatu dipikiran-nya.

"Jingga," panggil Senja.

"Apa?" Lagi-lagi Jingga melirik Senja melalui spion motornya.

"Kita enggak usah sekolah yuk," ucap Senja dengan sangat pelan, tertakut jika nantinya Jingga malah enggan untuk ikut dengannya. Pasalnya Jingga adalah anak rajin di kelasnya, ia paling anti dengan bolos sekolah.

"Ehh??! Kenapa?" tanya Jingga yang terkejut, ia tak habis pikir kenapa tiba-tiba sahabatnya itu mengajaknya bolos sekolah. Suatu kegiatan yang paling tidak ia sukai.

"Senja males sekolah, kita jalan-jalan aja, yuk." Senja menyenderkan kepalanya di punggung Jingga lagi.

"Enggak ah, Jingga enggak mau. Senja tau sendiri kan, kalo Jingga enggak suka bolos sekolah? Jingga bilangin Bunaya, mau?"

"Ah, Jingga enggak asik." Senja memukul punggung Jingga dengan kesal, inilah hal yang tak Senja sukai dari Jingga. Selalu menyangkut pautkan keinginannya dengan ibunya.

Sudah pukul setengah tujuh lewat lima menit Jingga dan Senja masih dalam perjalanan, jalanan yang mereka lalu sedang dalam keadaan macet. Senja berharap bahwa kemacetan berlanjut hingga pukul tujuh, agar ia bisa dipulangkan dan tidak mengikuti pelajaran.

"Yah, macet Sen. Terus gimana?" tanya Jingga yang sedari tadi memperhatikan sekelilingnya, berharap kemacetan ini cepat berlalu.

"Yaudah, kita pulang aja. Lagian nyampe di sekolah juga pasti dipulangin, Senja juga enggak perlu bohong sama Bunaya," jelas Senja dengan hatinya yang berbunga-bunga.

"Yah, itu sih maunya Senja. Iya kan?" Jingga membenarkan spion motornya.

"Liat aja tuh, macet begitu sampe sekolah mau jam berapa?" ucap Senja sambil menunjuk kedepannya.

"Lagian kan, ini salah Jingga. Kenapa kesiangan? Kalo Jingga enggak kesiangan juga, enggak bakal kejebak macet kayak gini," lanjutnya. Senja tak heran mengapa sahabatnya sering kali bangun terlambat, itu sebab Jingga yang tak kenal waktu jika sudah bertemu Play Station.

Jingga menggaruk tengguknya, perkataan Senja ada benarnya. Mungkin jika semalam ia tak bermain Play Station hingga larut malam, bisa saja ia tak terjebak macet seperti sekarang.

"Iyadeh, trus sekarang kita mau kemana? Inget ya, ini buat pertama dan terakhir kalinya kita bolos," ucap Jingga, sifatnya yang paling anti dengan bolos sekolah membuat Senja tersiksa. Terlebih lagi jika Senja sedang ada masalah dengan guru BK, otomatis ibunya akan mengetahui masalahnya.

"Itu sih, tergantung Jingga. Senja ngikut aja." Senja merapihkan anak ramputnya yang terurai berantakan karena tiupan angin.

"Kita ke kafe aja, yuk. Mau matcha gak?" tawar Jingga, paham betul Jingga jika Senja sangat menyukai matcha. Ini sudah kesukaan Senja sejak Senja duduk di bangku kelas delapan, karena kala itu ia mencicipi milk shake milik temannya dengan rasa matcha.

"Ayuuuk!" Senja antusias dengan tawaran Jingga, tak biasanya Jingga mengajaknya ke kafe, paling mentok-mentok Jingga membawanya ke warteg bi Mirnah.

Oke gaes, hope u like it!
And if u like it, don't forget to pressat the bottom.
See u next chapter everyone!

Maap typo, no editing, auto publish.

(09-07-2019)

Continue Reading

You'll Also Like

9M 954K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
238K 22.4K 29
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
1.5M 108K 46
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.6M 139K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...