My Husband Is Devil √ [SUDAH...

By Yuli04_

25.1M 758K 43.8K

Perjodohan yang membawa seorang Aurel kedalam masalah yang tidak diinginkanya ini membuatnya harus rela bersa... More

PROLOG.
PART 1.
PART 2.
PART 3.
PART 4.
PART 5.
PART 6.
PART 7.
PART 8.
PART 9.
PART 10.
PART 11.
PART 12.
BUKAN CERITA!
PART 13.
PART 14.
PART 16.
PART 17.
PART 18.
PART 19.
PART 20.
PART 21.
PART 22.
PART 23.
PART 24.
PART 25.
PART 26 .
PART 27.
PART 28.
PART 29.
PART 30.
PART 31.
PART 32.
PART 33.
PART 34.
PART 35.
PART 36.
PART 37.
PART 38.
PART 39.
PART 40.
PART 41.
PART 42.
PART 43.
PART 44.
PART 45.
PART 46.
PART 47.
PART 48.
PART 49.
PART 50.
PART 51.
PART 52.
PART 53.
PART 54.
PART 55.
PART 56.
PART 57.
PART 58.
PART 59.
PART 60.
PART 61-END.
EXSTRA PART-1.
EXSTRA PART-2.
EXSTRA PART-3.
CUAP-CUAP AUTHOR♡
KENALAN AUTHOR!
CAST
INFO!!
UPDATE TERBARU!!!
PENGUMUMAN!
INFO PENERBITAN
VOTE
TERBIT 26 ✓
VOTE COVER✨🔥🎉
TERBIT HARI INI! 🥳🎉

PART 15.

364K 13K 774
By Yuli04_

Selamat Membaca!
. . .

"Masuk."

Aurel segera memasuki ruangan Ferel ketika mendengar suara perintah dari pemilik ruangan. Seperti perintah Ferel tadi, ketika waktu istirahat telah habis Aurel langsung bergegas menuju keruangan Ferel. Ntah untuk apa? Aurel tidak tahu.

"Maaf.. untuk apa bapak memanggil saya?" tanya Aurel ketika sampai dihadapan Ferel.

Aurel tidak mau berbasa-basi lagi. Jadi ia lebih baik langsung bertanya, karena untuk saat ini Aurel malas menatap wajah Ferel.

"Duduk dulu." ujar Ferel.

"Terimakasih, saya berdiri aja." tolak Aurel yang mendapat anggukan kecil dari Ferel.

"Oke, jadi mamah dan papah meminta kita untuk datang kerumahnya nanti malam." jelas Ferel tanpa ekspresi sama sekali membuat Aurel sedikit khawatir.

"Ada apa? Mereka baik-baik ajakan?" tanya Aurel takut jika ada sesuatu yang terjadi pada mertuanya.

"Mereka baik-baik aja. Mamah mengundang kita hanya ingin makan malam bersama." ujar Ferel membuat Aurel bernafas lega.

"Dan saya ingin kita terlihat seperti biasa layaknya seorang suami-istri, karena nanti malam kedua orang tua kamupun datang." sambung Ferel.

Aurel mengangguk mengerti. Jujur ia senang akan bertemu kedua orang tuanya nanti malam. Tapi ia sedikit gugup, karena sudah dipastikan mereka berdua akan beradu akting kembali didepan semua keluarganya.

Aurel menatap Ferel yang hanya diam, sepertinya sudah tak ada lagi yang perlu dibicarakan melihat Ferel yang kembali lagi sibuk pada pekerjaannya.

"Kalau begitu saya permisi kel-"

"Tunggu,"

"Ada apa lagi pak?"tanya Aurel sedikit heran melihat gerak-gerik Ferel yang sepertinya sedang mengambil sesuatu.

"Silahkan kamu gunakan kartu itu untuk kebutuhan yang kamu perlukan.." jelas Ferel menyimpan sebuah kartu dihadapan Aurel.

Aurel menatap kartu itu dan Ferel secara bergantian. Ia tidak membutuhkan uang. Keperluanya tidak ada yang kurang. Dan Aurel ragu untuk menerimanya, karena diperjanjian itu Ferel maupun Aurel tidak perlu melaksanakan kewajibannya masing-masing. Jika Ferel memberi kartu itu berarti Ferel melaksanakan salah satu kewajibannya sebagai seorang suami untuk menafkahi sang istri.

"Maaf tapi-"

"Gaada tapi-tapian. Kamu terima atau saya akan marah. Tenang saja, soal perjanjian itu sudah sedikit saya ubah."

"Maaf tapi saya menolak kartu ini pak.. saya gabutuh sesuatu dan kepenuhan saya sudah cukup tercukupi." jelas Aurel yang rupanya saat ini sedikit memancing amarah Ferel.

"Ck, bodoh. Kamu itu wanita seperti apasih? hanya tinggal enaknya saja, tapi belaga menolak. Saya gaakan marah kalau kamu sampai menghabisakan uang yang ada dikartu itu atau bahkan kamu berbelanja sepuas yang kamu mau dari kartu ini." kata Ferel seraya berdiri dari kursinya dan duduk dimeja yang berhadapan langsung dengan Aurel.

"Diluaran sana banyak wanita yang gaseberuntung kamu, yang bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Tapi kamu? Apa susahnya cukup menerima kartu ini?" sambung Ferel menatap geram Aurel yang sekarang hanya diam.

"Itu terserah bapak, saya persimi." ujar Aurel hendak berbalik namun lagi-lagi terhenti, ini bukan karena Ferel memanggilnya melainkan Ferel tiba-tiba mencekal lengannya dengan kuat.

"Siapa kamu berani membantah saya!!" ucap Ferel dingin tanpa mengurangi cekalan tangannya yang kuat itu.

"Sakit.." Aurel meringis merasakan ngilu dibagian lengannya yang sudah hampir membiru itu akibat terlalu kencang dicekal Ferel. Bayangkan saja, walaupun baru sebentar tapi tangan kokoh itu sungguh sangat kuat mencekal nya.

Sedangkan Ferel tidak memperdulikan ringisan Aurel. Ia seolah menulikan pendengarannya saat Aurel terus meringis dan meminta dilepaskan. Ferel dengan cepat menarik Aurel menuju pintu disalah satu sudut ruangan.

"Pak Ferel.. kita mau kemana?" tanya Aurel disela-sela Ferel menariknya.

Aurel hanya mengikuti langkah Ferel yang cepat sambil menarik tangannya itu memasuki salah satu pintu yang ada diruangan Ferel. Aurel bisa tau ketika ia dilempar dengan keras oleh Ferel katas ranjang. Yah ini kamar, kamar minimalis didalam ruang kerja Ferel.

Aurel memegangi pergelangan tangannya yang membiru. Ia menatap Ferel yang rupanya sangat marah padanya. Ia berfikir Ferel pasti marah karena dirinya membatah dan menolak kartu itu. Tapi kenapa Ferel bisa semarah ini? Pikir Aurel.

"Resign dari kantor saya."

Aurel mengerutkan keningnya bingung mendengar kalimat yang baru Ferel ucapan. Pasalnya apa yang Ferel bilang tadi sama sekali tak ada hubungannya dengan pikirannya saat ini.

"Saya tunggu surat pengunduran diri kamu besok dimeja kerja saya." ucap Ferel tajam dan dingin.

"Maksud bapak? Saya gamau keluar dari kantor ini." ucap Aurel cepat seraya berdiri dari duduknya.

Aurel tidak akan keluar dari kantor Ferel ini. Ia sudah nyaman bekerja disini. Ia sudah nyaman berteman dengan mbak Kinan dan mas Anton disini. Aurel tidak mau kehilangan semua itu.

Ferel menatap sengit kearah Aurel. Ia mendekati Aurel dan langsung menekan kedua pipi Aurel dengan kencang.

"Turuti saja ucapan saya." kata Ferel yang langsung menghempaskan pegangannya pada kedua pipi Aurel dengan kasar.

Aurel lagi-lagi meringis. Jari Ferel menyakiti kedua pipinya. Pipinya terasa nyeri karna Ferel terlalu kuat menekannya. Sungguh Aurel tak mengerti dengan keadaanya sekarang. Permasalahan mereka sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan hubungan kantor. Ditambah Aurel merasa sedih karena telah mencintai orang yang kejam seperti Ferel.

"Tapi- emmphhh."

Baru ingin membantah lagi Ferel dengan kejamnya membekap mulut Aurel dengan mulutnya. Tangannya menekan belakang leher Aurel. Aurel yang mendapatkan serangan kasar seperti itu menolak dengan menutup mulutnya rapat-rapat, tapi sialnya Ferel menjambak rambutnya yang tergerai kebelakang itu sedikit kencang membuat Aurel meringis kesakitan dan akhirnya membuka mulutnya membuat Ferel leluasa bermain dibibirnya. Tangan Aurel memukul-mukul dada bidang Ferel yang rupanya sangat dipenuhi kabut gairah itu, tapi nihil Ferel terus melumatnya dengan rakus.

Lama Ferel bermain dengan bibir manis Aurel akhirnya lumatan itu Ferel lepaskan, membiarkan Aurel menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Hah.. kamu gila? Saya gabisa nafas!!" ketus Aurel mendorong dada bidang Ferel seraya mengatur deru nafasnya yang saat ini tak beraturan.

Aurel rasa posisinya sekarang sedang tidak aman, ia harus kabur dari sini. Tapi sialnya, baru akan melangkah pergi dari ruangan itu, Aurel kembali lagi ditarik dan didorong dengan keras hingga terlempar keatas tempat tidur kembali.

"Jangan coba untuk kabur, manis." kata Ferel seperti berbisik seraya mengusap lembut pipi mulus Aurel. Dan itu seperti bisikan seorang iblis dipendengaran Aurel saat ini.

"Kam- mphhh.."

Ferel kembali lagi melumat bibir Aurel. Mata Aurel melotot tak percaya, ia sepenuhnya sadarkan diri. Sekarang Ferel benar-benar diatasnya. Menyentuh bagian tertentu yang Aurel punya. Dan tanpa Aurel sadari air matanya sudah turun membuat kedua pipinya basah. Mulutnya sudah terisak kala Ferel berhasil melepaskan kancing kemejanya yang pertama dan kedua. Aurel selalu memberontak dan mencegah apa yang akan Ferel lakukan, tapi sayang tenaga Ferel lebih kuat dibandingkan dirinya. Ia hanya berdoa dalam hati agar mereka tak sampai melakukan itu dan semoga saja ada yang menolongnya saat ini. Sungguh, Aurel belum siap untuk melakukan hubungan suami-istri apalagi ini melakukannya dengan cara terpaksa bukan karena cinta. Aurel tidak mau.

Tok!Tok!Tok!

Awalnya ketukan pintu itu tak menggagu aktivitas Ferel. Tapi semakin lama ketukannya semakin keras dan semakin kencang.

"Pak? Bapak ada didalam?" teriak seseorang dari arah luar.

Ferel menghentikan aktivitasnya. Aurel bisa melihat Ferel yang bangun dari atasnya lalu merapihkan kemeja abu-abunya yang terlihat berantakan itu.

"Rapihkan pakaian kamu." ujar Ferel melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Namun ketika sampai pintu Ferel kembali menoleh kearah Aurel yang masih duduk ditepi ranjang dengan menundukan kepalanya, menyembunyikan air matanya.

"Jangan keluar dengan keadaan seperti itu, dan jangan keluar ketika ada seseorang dirungan saya." pesan Ferel setelah itu benar-benar pergi menghilang dibalik pintu.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa tinggalkan jejak guys..

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 38.5K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
865K 52.1K 55
Tatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencia...
14K 784 57
Kisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya. Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya s...
771 157 13
cuaca sedang hujan saat semua itu terjadi. disc! .semua penulisan di cerita ini menggunakan lowercase