My Husband Is Devil √ [SUDAH...

By Yuli04_

25.2M 759K 43.8K

Perjodohan yang membawa seorang Aurel kedalam masalah yang tidak diinginkanya ini membuatnya harus rela bersa... More

PROLOG.
PART 1.
PART 2.
PART 3.
PART 4.
PART 5.
PART 6.
PART 7.
PART 8.
PART 9.
PART 10.
PART 11.
BUKAN CERITA!
PART 13.
PART 14.
PART 15.
PART 16.
PART 17.
PART 18.
PART 19.
PART 20.
PART 21.
PART 22.
PART 23.
PART 24.
PART 25.
PART 26 .
PART 27.
PART 28.
PART 29.
PART 30.
PART 31.
PART 32.
PART 33.
PART 34.
PART 35.
PART 36.
PART 37.
PART 38.
PART 39.
PART 40.
PART 41.
PART 42.
PART 43.
PART 44.
PART 45.
PART 46.
PART 47.
PART 48.
PART 49.
PART 50.
PART 51.
PART 52.
PART 53.
PART 54.
PART 55.
PART 56.
PART 57.
PART 58.
PART 59.
PART 60.
PART 61-END.
EXSTRA PART-1.
EXSTRA PART-2.
EXSTRA PART-3.
CUAP-CUAP AUTHOR♡
KENALAN AUTHOR!
CAST
INFO!!
UPDATE TERBARU!!!
PENGUMUMAN!
INFO PENERBITAN
VOTE
TERBIT 26 ✓
VOTE COVER✨🔥🎉
TERBIT HARI INI! 🥳🎉

PART 12.

360K 13.5K 920
By Yuli04_

Selamat Membaca!
. . .

Tok!Tok!Tok!

Aurel mengetuk pintu ruangan bos barunya itu untuk yang pertama kali. Sebentar lagi ia akan puas melihat wajah sibos yang membuatnya belakangan ini penasaran. Setelah terdengar suara agar dirinya diperintah masuk, Aurel langsung membuka pintunya dan menutupnya kembali ketika sudah masuk kedalam.

Benar kata mbak Kinan. Ruangan bosnya ini luas dan tentunya mewah. Wangi maskulin pria dirungan ini juga sangat nenusuk kepernapasan Aurel. Tapi Aurel bingung kenapa wanginya seperti familier sekali dihidungnya? Ini seperti wangi Ferel? Aurel mengangguk menyakinkan. Namun beberapa detik kemudian dia menggelengkan kepalanya. Mungkin hanya wanginya saja yang sama, tidak mungkin bosnya juga sama seperti suaminya.

Aurel berjalan kearah bosnya yang sedang duduk membelakanginya itu. Ia menyimpan laporan keuangan perusahaan yang sekarang menjadi bagiannya keatas meja sibos.

"Permisi, ini laporan yang bapak minta.." jelas Aurel yang ntah kenapa merasa gugup sekali ditambah tiba-tiba jantungnya berdetak cepat membuat ia semakin gugup.

Ketika kursi itu berbalik betapa terkejutnya Aurel saat melihat wajah bosnya yang ternyata sangat tampan itu, persis seperti apa yang mbak Kinan ucapkan.

"Kamu?"

Aurel hanya meneguk ludahnya sendiri kala melihat tatapan tajam dan dingin dari Ferel, suaminya yang sekarang juga mendapat jabatan sebagai bos barunya. Sungguh ia baru tau kalau bosnya itu Ferel, suaminya sendiri. Jika ia tau dari awal sudah dipastikan Aurel akan lebih dulu mundur sebelum mereka bertemu. Tapi sekarang semuanya sudah terlanjur, ia harus lanjut bekerja didalam perusahaan suaminya ini.

Aurel mencoba untuk tersenyum sopan. Ia tidak bertanya apapun. Aurel hanya menjelaskan apa yang sudah seharusnya ia jelaskan tentang laporan itu. Ia mencoba bersikap seprofesional mungkin didepan Ferel, jika boleh berteriak ingin rasanya Aurel meneriaki Ferel yang sedari tadi menatapinya membuat hati dan pikirannya tak karuan kala menjelaskan.

"Kalau gitu ada yang ingin bapak tanyakan?" tanya Aurel seusai menjelaskan hasil laporannya, takut jika Ferel ada yang tidak dimengerti.

"Ada," jawab Ferel yang hanya diangguki oleh Aurel.

"Silahkan pak, yang sebelah mana?" ujar Aurel namun mendapatkan gelengan dari Ferel membuat Aurel mengertukan dahinya bingung.

"Saya bukan ingin tanya soal itu."

"Lalu bapak ingin tanya soal apa?" heran Aurel yang aslinya sudah tak kuat ditatap seintens itu oleh Ferel.

"Soal kamu, kapan kamu kerja diperusahaan saya?" tanya Ferel dingin masih dengan tatapan tajam nya.

"Baru beberapa minggu ini pak.." jawab Aurel jujur.

"Kamu butuh uang sampai harus kerja disini?"

"Bukan.. saya kerja disini hanya mengisi waktu luang, dirumah saja saya bosan pak."

Ferel mengangguk mengerti, belum sempat mengajukan pertanyaan selanjutnya, Aurel sudah lebih dulu izin untuk keluar.

"Kalau begitu saya izin keluar, ada pekerjaan yang belum saya selesaikan.. permisi." ujar Aurel seraya tersenyum dan sedikit membungkukan badannya tanda menghormati sebelum akhirnya melesat pergi keluar ruangan Ferel yang menurutnya sangat sesak sekali untuk bernafas.

Aurel mendudukkan bokongnya dikursi kerjanya seraya menghembuskan nafas panjang. Ia masih menetralkan deru nafasnya akibat gugup yang tadi melandanya. Biarlah ia dikata karyawan tak tau diri karena berani-beraninya pergi begitu saja dari hadapan Ferel.

"Gimana? Laporannya dibuang ketong sampah?" tanya mbak Kinan.

Aurel menoleh kesamping menatap wajah mbak kinan yang sepertinya sangat penasaran apa yang sudah terjadi didalam ruangan tadi.

"Nggak.." jawab Aurel menggelengkan kepalanya.

"Ha? Serisus Rel?" ujar mbak Kinan yang mungkin tak percaya.

"Aurel serius mbak.."

"Mungkin Aurel masih karyawan baru jadi masih dibaik-baikkin.." jelas Aurel mencoba menghilangkan pikiran bingung mbak Kinan.

"Iya jugasi, bisa jadi." ujar mbak Kinan membenarkan ucapan Aurel.

Sekali lagi Aurel mengangguk dengan senyuman sambil menghembuskan nafas lega karena ia tak perlu mencari alasan lagi agar mbak Kinan tak curiga.

ooOoo

Ferel berdiri mendongakan kepalanya menatap langit hitam yang dipenuhi bintang itu. Pikirannya masih mengulang-ulang kejadian hari ini yang dia alaminya barusan. Bianca kekasihnya yang marah akibat tidak diizinkannya membeli pakaian kurang bahan itu. Dan Aurel istrinya yang tiba-tiba bekerja diperusahaannya.

Tiba-tiba otak dan pikirannya mulai membanding-bandingkan Bianca dan Aurel. Bianca yang selalu berpakaian seksi dan ketat serta makeup yang memolesi wajah cantiknya itu.  Sedangkan Aurel? Ferel rasa ia tak pernah melihat Aurel berpakaian seperti Bianca atau sekertarisnya dikantor. Ferel rasa Aurel berpakaian sopan dikantornya tadi, ia juga bisa melihat dengan jelas wajah Aurel yang tidak terpoles bedak itu masih terlihat cantik, hanya bibirnya saja yang terlihat berwarna ping pudar disana. Ferel pikir Aurel juga mempunyai senyuman yang manis, bahkan ternyata lebih manis dari Bianca.

"Stop!!" geram Ferel mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia sudah banyak memuji gadis sialan itu. Pikirannya sudah ternodai. Ferel tidak bisa berfikir jernih sekarang. Kenapa dirinya jadi membanding-bandingkan kekasihnya itu dengan istrinya? Ia tidak boleh melakukan atau memikirkan hal itu lagi! Jika tidak, sudah dipastikan Bianca akan pergi darinya nanti.

Ferel mendesah pelan seraya memasuki kamarnya. Perutnya lapar, dan Ferel ingin makan sekarang juga. Dengan segera ia turun kelantai dasar menuju dapur untuk melihat apakah ada makanan atau tidak. Ketika sampai dapur yang dilihatnya sekarang adalah Aurel. Yah Aurel, yang rupanya sedang  memasak melihat dari dapurnya yang saat ini sedikit berantakan.

Ferel menetralkan raut wajahnya menjadi datar, mencoba setenang mungkin untuk mendekati Aurel dan sekedar bertanya untuk berbasa-basi.

"Kamu lagi apa?" tanya Ferel membuat Aurel menoleh kebelakang.

"Saya lagi masak, galiat?" ujar Aurel kembali lagi menatap sayur soup didepannya.

"Saya liat, kamu masak apa?" tanya Ferel lagi memberanikan diri, padahal ia sudah malas sekali bertanya-tanya seperti ini apalagi pada Aurel. Tapi demi perutnya yang sudah meminta makan Ferel harus rela seperti ini dan menurunkan sedikit gengsinya.

"Soup ayam.." jawab Aurel seraya mengisi dua mangkuk yang ada diatas nampan itu.

Ferel hanya diam memperhatikan Aurel yang melewatinya, membawa dua mangkuk soupnya kearah meja makan.

"Ayo pak mari makan.. soupnya masih panas." jelas Aurel pada Ferel, ntahlah dari mana muncul keberanian ini untuk mengajak Ferel makan bersama yang jelas pasti Aurel tau jika Ferel saat ini tengah kelaparan.

disisi lain Ferel gengsi untuk mencoba soup itu. Ia ingin menolaknya mentah-mentah namun melihat Aurel yang memakan soupnya sepertinya sangat nikmat, membuat Ferel penasaran akan rasanya. Dan akhirnya dengan penuh kekuatan serta keberanian yang sudah ia turunkan Ferel menghampiri Aurel dan ikut duduk didepan Aurel, untuk mencoba soupnya.

"Gimana pak soupnya?" tanya Aurel penasaran kala Ferel sudah mulai mencicipinya.

Ferel tidak menjawab melainkan memakan lagi soup ayam buatan Aurel dengan diam. Dimeja makan itu juga ternyata sudah ada beberapa lauk yang dimasak Aurel untuk dimakan dengan nasi. Ferel maupun Aurel hanya makan dalam diam. Ferel juga tidak kalah untuk mencicipi semua masakan yang dihidangkan Aurel. Tanpa sadar itu adalah makan malam pertama bagi mereka berdua.

"Saya ganyangka cewe simpenan om-om kaya kamu jago masak.."

Aurel menatap Ferel dengan pandangan kesal. Ia kesal kenapa Ferel berkata sesadis itu? Ingin memuji dirinya jago memasak kenapa harus menggunakan kalimat pedas? Ia berdoa dalam hati semoga Ferel suaminya itu bisa berubah nantinya.

"Terimakasih atas pujiannya."

"Ck. Jangan kepedean dulu karna saya bilang kamu jago masak! Saya bilang begitu bukan berarti saya suka dengan masakan kamu." ketus Ferel saat melihat senyuman terpaksa terbit diwajah Aurel.

Aurel hanya diam tak meladeni ucapan Ferel lagi. Dan Aurel lebih memilih menganggap ucapan Ferel tadi adalah sebuah pujian yang diujarkan Ferel secara tidak langsung.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
2.6M 130K 49
Posessive Story 1. Trauma masa lalu membuat Rachel Anjani menjadi seorang gadis yang penutup dan tak tersentuh. Keluarga bahkan sahabatnya pun prihat...
752K 3.3K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
14.5K 787 57
Kisah seorang fangirl yang begitu mengidolakan biasnya. Bagaimana jadinya jika seorang Anissa Aurellia Thomas yang selama ini sibuk dengan dunianya s...