Kakak • lrh

ohsnapitshood tarafından

2K 490 164

"Kakak?" "Kakak kenapa harus pergi jauh?" "Kalo kakak pergi jauh, aku mau ikut, mau sama kakak... Kakak disin... Daha Fazla

Special thanks!
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Kaka🍒
Luke
Kaka-kakak🍒
Kaka
Luke
Jack
Jack
Ben
Kaka
Luke
Luke
Jack
Ben
Jack
Kaka
Calum
Calum
Calum
Kaka
Luke
Luke
Jack
Kaka
Jack
Luke
Kaka
Calum
Jack
Jack
Calum
Jack
Calum

Kaka

31 7 0
ohsnapitshood tarafından

"Ka, woy, bangun. Tidur apa mati suri lu?"

Aku mengerjapkan mata; berat banget rasanya, kayak abis dipakein lem tembak.

"Apa?" parauku, enggan bangun dari tempat tidur.

Aku baru bisa tidur jam lima pagi; sepuluh jam sebelum kak cal bangunin aku barusan. Aku nggak bisa tidur, jelas, terjaga semalaman hanya karena takut kakak begitu lagi.

Disampingku, ngga ada kakak. Entah ia kemana; pengen nyari, tapi rasanya ia juga nggak bakal kemana mana.

"Kak luke mana, kak?" Tanyaku, yang akhirnya tetap mencari juga. Aneh aja rasanya, kalo kakak ngga disini.

"Tadi sama tante liz sama om andy keluar, tau kemana." Acuhnya; lantas bangkit dari pinggir jendela.

"Ngebo mulu lu." Kak cal berjalan menghampiriku; menempeleng kepalaku begitu aja. "Udah jam berapa nih? Sekolah juga ngga, molor mulu. Ayo, katanya mau main bola."

Lah, emang hari ini ada sekolah? Bukannya libur?

"Emang sekolah kak hari ini?" Tanyaku, yang tiba tiba jadi kepikiran. Perasaan, kemaren dibilang libur, deh?

"Mana gua tau, lu yang sekolah, nanya gua." Ia mengedikkan bahu, mengambil bola futsal biru di sofa, melemparkan itu padaku tanpa aba aba. "Buruan, keburu malem!"

"Kak, masih jam tiga."

"Bacot ah, udah, mau main gak?!" Sergahnya, yang sebelum ia berubah pikiran lantas mengangguk, mengiyakan tawarannya.

"Kak, ih, tunggu!" Seruku, berjalan cepat menyusul kak Cal yang lebih dulu berjalan didepanku; ngga tau jalan, ngga tau setengah lari—ngga ada bedanya kalo kak cal yang ngelakuin.

"Gece, ah! Lama banget!"

Aku berdecak kesal, ih, selalu aja begini!

"Ka!"

Aku berlari secepat mungkin menyusulnya—yang tetep aja cepetan dia.
"Iya, kak!"

"Gece!"

"Iya!"

"Mana iya-iya, ngga sampe sampe!"

Beneran deh, harus pake ojek kalo ngejer dia.

"Ka!"

"Disamping!" Seruku; yang akhirnya sampe juga ngejer dia. "Aku disamping!"

"Lama lu!" Decaknya; kali ini menekan tombol lift. "Main di taman rumah sakit aja, ya. Males gua bawa motor."

"Mana aja lah." Sergahku, yang jujur ngga peduli mau main dimana aja, asal main.

"Lu mati suri tadi, ya? Ngga bangun bangun jir, udah gua pasang alarm segede bunyi gong padahal." Sahutnya, yang tumben bawel. Biasanya, kalo sama aku, pasti dia diem aja.

"Aku ngga denger apa apa." Jawabku. "Kak, nanti malem begadang, yuk?"

"Ngapain, gila? Mau tidur gua."

"Aku ngga bisa tidur, tadi udah kebanyakan tidur." Gelengku, yang nyesel juga kenapa harus tidur selama itu.

"Dl, ka."

"Dl apa, kak?"

"Derita lo."

Dihalah.

"Emang kalo begadang, mau ngapain?" tanyanya, kali ini melakukan juggling dengan kaki kirinya. "Liat, Ka, bisa gini gak?"

"Nonton, makan." Senyumku, yang kini sibuk memperhatikan kak Cal. "Bisa, lah."

"Lo kira jalan ke mall kali, nonton sama makan." Tawanya kecil, kemudian mengoper bola padaku. "Coba. Ngga usah sok bisa dah lu."

"Sampe bisa?" tudingku.

"Sampe ngga?"

"Jawab dulu, sampe bisa?"

"Ngga mau. Jawab gua dulu, sampe ngga?"

Ih, malah nanya balik.

"Pokoknya, sampe bisa?" Aku gak mau kalah, kali ini kembali menatapnya yakin.

"Sampe gak bisa?" Kak Cal juga ternyata gak mau kalah; ia balik menatapku tajam. "Pokoknya, liat aja sampe gak bisa. Sampe lo gak bisa, traktir gua eskrim."

"Liat aja sampe bisa." Ujarku, sok sinis; berusaha mengikuti gaya bicara kak Cal, kemudian mencoba juggling dengan kaki kanan; kalo kaki kiri nanti kemakan omongan dia.

"Iya, iya, iya!" Goda kak Cal, sembari aku melakukan juggling. Ia menjawil hidungku, menyentil dahiku, bahkan noel noel pipiku; gak ada habisnya.

Awas aja sampe bolanya lepas.

"Kak, diem!" Perintahku; jugglingku jadi berantakan, gara gara kak Cal godain terus! "Kakak, jangan megang megang, ih!"

"Punya idung pesek banget." Lagi lagi, ia menjawil hidungku, membuat jugglingku jadi makin berantakan. "Yaelah, ini pipi apa bola bowling?"

"Ka, milih pipi segede pantat, apa pantat segede pipi?"

Yaelah, Kak.

"Pantat segede pipi." Jawabku, masih berusaha tetap fokus pada bola; jangan sampe kemakan omongan kak Cal...

"Kenapa pantat segede pipi?"

"Kalo pipi segede pantat, ntar serem." Jawabku seadanya. "Kalo kakak, milih mana?"

"Dua duanya."

"Wow." Anggukku singkat, masih mati matian mempertahankan bola supaya nggak lepas dari kaki. Emang kak Cal tuh ada aja triknya, biar kita gagal. Aku udah tau.

"Ka, mau eskrim gak?"

Kan, liatin aja.

"Nggak, masih pagi." gelengku, membuahkan toyoran di kepalaku darinya; untung bolanya gak lepas.

"Masih pagi pala lu!" Ia tertawa. "Jam berapa, woy, sekarang?!"

"Hehe." Tawaku balik. "Jam 3 lewat, kali."

"Nih, udah ya, bisa aku!" Ujarku, tersenyum bangga lantaran gak kemakan omongan kak Cal. Yaelah, emang dia doang yang bisa?

"Kaki kiri dong. Kaki kanan mah nenek nenek kursi roda juga bisa." decaknya, yang pasti gondok karena aku gak kemakan omongannya.

"Bener, ya, bisa?" tanyaku, mengambil ancang ancang berjalan; mendekati nenek nenek yang duduk di kursi roda dengan cucunya di pangkuannya, gak jauh dari kita. "Samperin nih, minta ajarin?"

"Jangan, gila!" kak Cal lantas menarik tanganku keras keras. "Bikin gua malu lu ntar, anjir."

"Katanya bisa?" Tanyaku, kembali menatap nenek nenek tersebut. Mati, balik diliatin.

"Lu dulu, coba, gua mau liat." sergah kak cal, mengalihkan perhatianku dari nenek nenek tersebut. "Kan tadi gua udah, sekarang giliran lu."

"Aku bisa, cuma gak sekarang." cengirku. Iya, jujur, sebenernya aku emang gak bisa kalo juggling pake kaki kiri. Susah, coi.

"Bilang aja gak bisa."

"Aku bisa!"

"Mana?"

"Nih," Mau gak mau, bisa gak bisa, akhirnya aku melakukan itu; juggling dengan kaki kiri.

Baru dua kali, udah jatoh.

Waktu mungut bola, harga diriku ikutan jatoh.

"Gak bisa anjir!" Tawa kak cal puas; abis ini tamat aku dikatain. "Mana, katanya bisa?!"

"Kan aku bilang gak sekarang!" elakku, tentu gak mau kalah.

"Kapan?! Nunggu jerapah lehernya pendek?!" Ia kembali menoyor kepalaku. "Kalah lu, anjir. Sini, mana eskrimnya?"

"Eh, nggak, kan yang kanan tadi bisa!" elakku lagi. "Tadi kan janjinya kalo yang kanan gak bisa, baru eskrim!"

"Enggak, gua ngga bilang gitu." Gelengnya. "Gua bilang kalo sampe gak bisa juggling, lo traktir gua eskrim! Kan lo tadi kiri gak bisa, hayo?"

"Bisa! Dua kali, kan, tadi!"

"Dua kali mah nyundul anjir, mana ada juggling dua kali!" Kak cal balik mengelak. "Bodoamat njir, mana eskrimnya?"

"Ih, mana ada kayak gitu!" Ambekku. "Yang kecil aja ya, kak, tapi. Uangku gak cukup, kalo yang gede."

Iya, eskrim disini cuma ada baskin robbins; kalo bawa kak Mali kesini sih, gak apa apa. Kalo bawa kak Cal? Aku yang dirampok.

"Ayo, Ka." senyumnya tanpa dosa. "Kok diem aja?"

"Ih, ayo." Anggukku lemas, yang akhirnya pergi ke tempat es krim juga, disusul kak Cal yang akhirnya malah berjalan lebih cepat didepanku.

Nasib.

***

"Nyender mulu lu kayak gorengan. Geseran kek, ini bekas biji kucing nih sebelah gua, ah. Masih luas juga lu sebelah sana."

"Mepet kak, aku diujung. Kakak itu masih luas banget disebelah, ih, kenapa mepet kesini, sih?"

"Yaudah, ganti bangku aja, yuk?"

"Ganti kemana?" Aku menatap kak Cal bingung; bangku taman yang lain penuh semua, cuma ini satu satunya yang kosong-- dan dia malah duduk mepet banget ke aku, padahal sebelahnya kosong melompong.

"Mana aja."

"Penuh, kak."

"Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Yaudah ngga usah pindah."

Aku mengangguk acuh, padahal dia yang ngajakin pindah. Tapi, yaudahlah.

"Jangan digigit Ka, ntar cepet abis."

Akhirnya, kami beli eskrim yang double scoop, belinya nambah pake uang kak Cal; karena kak Cal tukang makan juga, dan gak yakin single scoop aja cukup buat kita berdua.

"Ka,"

"Hm?"

"Lu makan yang bawah aja napa?"

"Emang kenapa?"

"Yang atas kan punya gua."

"Katanya tadi kakak yang rasa coklat, aku yang cookies and cream?" Tanyaku, bingung. "Harusnya aku yang atas, kak."

"Kan gantian."

Lah, kapan dia bilang?

"Ngga gantian." Aku mengerutkan dahi. "Kakak ngga bilang."

"Tadi bilang."

"Kapan?"

"Barusan."

"Dih," gerutuku; membuatnya tertawa begitu aja, kemudian menjilat sebagian eskrim bagian bawah. Nah, kan, katanya dia yang atas?

"Ka," Ia menunjuk spontan pada sesuatu dibelakangku, entah apa. "Orang kecelakaan buntutnya sampe putus, Ka! Liat tuh!"

Aku menoleh kebelakang; gak menemukan apa apa, kecuali nenek nenek tadi dengan cucunya.

Mana yang kecelakaan?

"Kak, mana yang--"

Aku terdiam pongo-- gak bisa berbuat apa apa, ketika eskrim bagian bawah hilang tiba tiba; cookies and cream jadi tinggal satu satunya eskrim di cone kami.

"Kakak!" Seruku kesal; eskrimku dimakan semua! "Kok punya aku diabisin?!"

Ia tertawa keras keras, berjalan mundur menghindariku.
"Abis lu bego! Mana ada orang buntutnya putus! Percaya aja, lagi!"

"Ih!" Amukku, berusaha memukulnya--yang gak berhasil tentu, karena ia sudah berlari terlebih dahulu, bahkan sebelum aku berhasil menyentuhnya. "Aku aduin kak luke! Kakak!"

"Aduin sana! Pendek!"

"Kakak sipit!"

"Lo ngaca, woy!"

Oh, iya, aku kan juga.

"Kakak jelek!" Teriakku, kesal. "Kakak, ah, ngga mau tau, balikin eskrimku..."

"Nih, coba, keluarin." Ia menunjuk perutnya. "Mau bentuknya aneh, atau full cokelat?"

"Kakak!" Gerutuku lagi, kali ini berhasil memukul lengannya. "Balikin, kak. Kakak mah!"

Ia menjulurkan lidahnya.
"Nih, ambil yang cookies and cream kalo bisa!"

"Mana-- Kak!" Aku menghentakkan satu kaki, ketika kakak masih aja gak ngasih eskrimnya. "Kakak, ih!"

"Sini, lah."

"Kakak jangan dikeatasin-- Tuh, kan, aku mau ngambil diangkat angkat! Aku ngga sampe!"

"Ya lu pendek, sih."

"Kakak--"

Tanpa ancang ancang, eskrimnya jatuh.

Mataku panas.

"Aku bilangin kak mali!" Ambekku; yang kelepasan jadi nangis. Abis, kesel! "Kakak jelek! Nyebelin!"

"Eh, eh jangan gitu. Ah, ngga asik lu!" Ia menahan tanganku, lantas menyamakan tingginya denganku. "Yah, nangis lagi. Yaelah, ka, bisa beli lagi, kali. Udah ah, gak pake nangis, gue tinggalin lo, kalo nangis."

"Tinggalin aja!" Isakku. "Aku aduin kak Luke!"

"Masa udah gede ngadu?" Ia tersenyum kecil, kemudian menepuk pundakku pelan. "Yaudah, iya, gue minta maaf, nih, ya. Beli lagi yang baru, mau?"

Aku mengangguk pelan.
"Tapi jangan diabisin..."

"Nggak, yaelah, takut amat lu." Ia tertawa, mengacak rambutku setelahnya. "Mau beli baru, apa yang ada di perut gue aja?"

"Yang baru!" Seruku; membuat kak Cal lagi lagi tertawa.

"Oke, oke, yang baru." Angguknya, menyikutku; isyarat aku jalan duluan. "Gece."

"Lu jelek banget Ka, kalo nangis." Tawanya, melemparku dengan kerikil yang entah kapan diambilnya. "Pipi lu merah banget jir, berasa liat bakpao ditonjok."

"Apaan sih, kak, ah." Tawaku malu; yang emang ngerasa jelek banget kalo lagi nangis. Kasian kak Luke, dulu hampir tiap hari liatin aku nangis.

"Jelek!" Ledeknya, yang malah masuk duluan ke toko eskrim. "Gembul!"

"Eh, enak aja!" Aku berlari, mengikutinya masuk ke toko eskrim. "Kakak lebih jelek!"

"Lo paling jelek."

"Kakak lebih dari paling jelek."

"Lo teramat sangat jelek."

"Kakak diantara orang jelek, paling jelek."

"Lah, lu diantara orang paling jelek, lu yang terjelek."

Tau ah, capek.

"Yaudah iya, aku jelek." Pasrahku, bingung mau balas apalagi. "Tapi kakak lebih jelek."

"Jelekan elu kemana mana."

"Udah ah, capek." Ujarku, membuat kak Cal tertawa nista. Bodoamat, ah.

"Terbukti kan, siapa yang jelek?" Ledeknya, membuatku memukul lengan kakak main main.

Cepet juga kakak berubah. Semoga, dia gak berubah kasar kayak dulu lagi.

Aku suka kak Cal begini.

"Kak," Panggilku.

"Oy?"

Aku menggeleng pelan.
"Ngga apa apa."

"Ngga jelas lu." Sergahnya, kembali berbicara dengan kasir toko eskrim.

Kakak, jangan berubah lagi ya, kak.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

19.5K 3.3K 11
Taehyung 20 yaşında age play seven bir bebekti, arkadaşı Hoseok'sa ona babacık bulmak için çabalayan birisi. Pek tabii Taehyung'un minik bir çarpışm...
35.8K 4K 21
"MİNHO EZ BENİ"
38.2K 8K 24
kim taehyung, intiharın eşiğindeyken jeon jungkook ile tanışır. agust d - so far away
83.8K 5.2K 33
Malfoy ve Black iki ezeli rakip ve birbirlerinden nefret eden iki küçük çocuktur. Black'in 4. Sınıfta Harry'nin yerine arayıcı olmasından sonra Malfo...