Calum

15 7 4
                                    

"Kak, liatin kak."

Hal gak penting hari ini; kaka minta gue nontonin live streaming dia bales dendam ke temennya. Asli, ga guna banget punya adek kayak gini, pengen gua jual. Untung pinter, coba zonk.

"Lu kalo gua jual di amazon laku berapa ya?" Gumam gua, masih sambil menontonnya yang kini kesulitan memasang kepala babi; teman cowoknya sibuk memasukkan kecoa kedalam tas anak lain yang ngerjain dia mulu, according to her, meskipun gue tadinya gak percaya adek gue bisa bisanya beneran dibully orang.

Tapi yaudahlah, namanya juga Kaka. Ntar juga ngelawan sendiri.

"Aku mah kalo dijual pasti laku mahal," sahut kaka. "Aku gak mau liat babi gini lagi ah, serem."

"Ash, udah belom? Aku udah nih. Asli, cium deh tangan aku, bau banget."

Dan temennya mau mauan aja nyium tangan Kaka. Anak kecil emang aneh.

"Eh, itu veronica dateng, ayo ngumpet!" Paniknya, yang kali ini kebat kebit. "Ayo, ash!"

"Kak, liatin ya. Kakak screen record dong, biar bisa aku tonton!"

"Bawel," gerutu gue, yang sejak tadi memang menyalakan screen record. "—udeh daritadi."

"Oke! Liat ya kak, bakalan keren banget nih!"

Sampe reaksinya 'aw, takut.' gitu doang awas lu ye, ka.

"Cal?"

Gue menoleh, mendapati luke yang sepertinya baru bangun.
"Hm?"

"Itu kaka?" Paraunya, namun tanpa mencoba berdiri menghampiri gue. Kadang, ada bagusnya dia makin down dari hari ke hari; kita jadi jarang berantem.

"Bukan urusan lu, ah." Sergah gue, yang balik menonton live streaming kaka. Nih anak kalo udah tau hapenya bisa diambil diem diem kenapa gak daridulu aja dia ngambil? Ngapain dia nelfon pake telfon asrama? kadang kadang emang ye.

Gue kembali menoleh, ketika mendengar jeritan anak kecil yang kerasnya bukan main, disusul dengan cekikikan dari kaka dan temennya.

"Lu diem diem, pele, ntar ketauan." Tukas gue, yang kali ini benar benar berpindah fokus ke Kaka, dan bukan lagi luke.

"Cal,"

"Berisik, luke." Tepis gue, kali ini berpindah tempat. "Udah ah, gua lagi ga mau ribut."

"Please." Bisiknya; mata birunya redup. Kalo jadi bohlam, mungkin disenggol dikit mati.

"Bukan kaka." Geleng gue, yang bukannya bohong karena kasian, tapi karena males ngomong aja.

"Kak, dia takut!"

"—bentar lagi dia pasti nangis!"

"Gue mau liat," luke buka suara lagi, kali ini suaranya bergetar. "Bentar aja..."

"Batu." Geleng gua, yang gak mau lagi kaka deket dengan luke. Karena dia, kaka jadi jauh kan sekarang? "Gua bilang bukan kaka, ya bukan."

"I saw her." Geleng luke balik. "Dia dimana, cal?"

Gue menatapnya sesaat kemudian lanjut berfokus pada kaka lagi. Tanya aja sama jack.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now