Luke

20 6 5
                                    

"Ka?"

Kaka masih menempel dengan dotnya; semoga dia gak bawa itu ke sekolah aja.

"Ayo, bangun. Sekolah, nanti telat." Gue mengusap rambutnya lembut. "Dotnya udah dulu, nanti lagi. Mandi dulu, ayo, jangan tidur lagi."

Yang dibangunkan merengek rewel; matanya masih terpejam.

"Kaka," panggil gue lagi; kali ini mengecup pipi kirinya. "Bangun, ayo. Kalo males besok besok gak boleh pake dot lagi, ya?"

"Ka," panggil gue lagi. "Katanya semalem janji gak susah dibangunin?"

"Hng..." angguknya; pelan pelan merubah posisinya menjadi duduk; dot masih menempel padanya, kepalanya bersandar pada bahu gue; tidur lagi kayaknya.

"Eh, ayo." Gue menepuk pahanya pelan. "Ayo, mandi. Kaka, gak tidur lagi, ayo."

"Hu-uh..." angguknya; turun dari tempat tidur perlahan, masih dengan dot menempel padanya.

"Dotnya, Ka!" Sergah gue. "Jangan dibawa mandi!"

Ia keluar lagi; memberikan dotnya pada gue. Setelahnya kembali berjalan gontai menuju kamar mandi.

Gue tersenyum diam diam,

She's still a kid, after all.

"Hey," sapa Jack, masuk ke ruang kamar gue tanpa ketuk pintu; kebiasaannya yang gak pernah hilang sejak dulu. "Kaka mana?"

"Lagi mandi." Jawab gue. "Uh, Jack?"

"Oit?"

Jadi gini; hari ini gue rencananya mau ajak Kaka jalan jalan habis dia pulang sekolah.

Iya; karena gue udah bikin dia sedih belakangan, dan dia harusnya gak ngerasa gitu; semuanya gara gara gue. Lagian, dia juga pasti udah jarang jalan jalan, kan? Calum bawa dia keluar rumah aja males, gimana jalan jalan?

Tapi pasti Jack gak setuju; jadi harus pelan pelan ngomongnya.

"Hari ini kan gue ngga ada jadwal kemo, terus gue juga udah mendingan; gak mual, gak pusing. Jadi..."

Wajah Jack mulai berubah, bentar lagi pasti ngomong kasar.

"—gue mau ajakin Kaka jalan jalan hari ini." Tukas gue. "Anterin gue, ya?"

"Anjing." Tukasnya. Kan, apa gue bilang? "Gak ah, gila lo ya?!"

"Jack," gue mengeluarkan jurus andalan gue; mata melas. "Please? Lo mau Kaka dikatain temen temennya lagi, gara gara celananya pendek banget?"

Jack menggeleng, kemudian menutup mata; mengantisipasi serangan gue.
"Mm hmm, gak mempan, Lew. Gak mempan."

"Please?" Pinta gue lagi. "Jack?"

"Babi." Umpatnya. "Yaudah, iya."

Kan, pasti berhasil.

"—tapi gak lama lama." Sambungnya. "Dan lo harus berhenti kalo pusing lagi."

"Aight?" Ia berjalan menghampiri gue; duduk di sebelah tempat tidur. "Promise me."

Gue mengangguk.
"I promise."

"Oke." Angguk Jack pasrah. "Ka, ayo— Lah, dia ngedot lagi?"

Gue mengangguk, lagi.
"Gue yang ngasih, tadi malem. Hehe."

"Dia masih suka?"

"Kak?"

Panjang umur; yang diomongin dateng.

"Kakak, aku boleh bawa dotnya ke sekolah gak?" Tanyanya malu malu, pasti karena ada Jack di sebelah gue.

"Hm?" Tanya gue balik, gak terlalu dengar dia ngomong apa barusan. Berbeda dengan beberapa bulan lalu ketika ia masih amat menempel pada gue untuk semua hal yang harusnya sudah bisa ia lakukan sendiri, sekarang sudah benar benar mandiri. Gak takut masuk bak mandi sendiri, makan sendiri, bahkan bisa ngiket tali sepatu sendiri.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now