Luke

19 6 5
                                    

"Cal,"

Calum menoleh kearah gue; digenggamannya ada sebuah gumpalan kertas yang sebelumnya pasti baru aja diremasnya.

"You should stop." Ujar gue; yang ngumpulin tenaga sebanyak mungkin, karena pasti ujungnya nih anak ngajak ribut. Di ruangan gue sekarang cuma ada kami berdua. "You hurt her."

"Bukan urusan lo." Sergahnya, melempar gumpalan kertas tersebut ke tempat sampah; iya, itu undangan beasiswa Kaka.

"Kebangetan lo, ya." Desis gue, mencabut infus dengan paksa; berdiri setelahnya. "Yang salah lo, Cal. Semuanya salah lo. Maaf aja gue ngomong gini."

"Kenapa gua?" Tanyanya, kali ini mendekat pada gue. "Lo jadi gue dulu, baru ngerasa."

"Lo bilang apa sama dia?" Rahang gue mengeras, masih berusaha mati matian menahan emosi. "Sampe dia mau mati, lo bilang apa? Lo sadar ngga sih, kalo dari dulu mulut lo gak pernah bikin orang seneng?"

"Lo tau, kata kata lo pernah bikin Mali takut sama cowok?" Tanya gue, balik mendekatinya. "Masalah lo apaan, sih?"

"Masalah gua?" Desisnya. "Adek lo. Kesayangan lo. Itu masalahnya."

"Terus, lo mau dia gimana, biar lo stop gangguin dia?" Tanya gue, lagi. Nih orang kadang maunya ngga jelas, asli.

"Mati, kali ya?" Ia mengerutkan dahinya. "What do you say?"

Pitam gue sampai pada batasnya; nggak nunggu lama, lantas meninjunya.

"Ngomong lagi!" Seru gue sekeras mungkin. "Ngentot!"

"Gua mau adek lo mati!" Serunya, yang langsung bangkit dari lantai, balik meninju gue lebih keras. "Lo, lo tuh udah sakit! Lo gak usah sok belain dia! Ngga usah sok kuat, tolol!"

"Semua orang juga maunya lo yang mati!" Gue balik meninjunya, meski tangan gue akhirnya sakit. Sejak dulu, meski badan gue lebih besar dari calum, dia selalu lebih kuat dari gue. "Idup lo gak bakal tenang kalo lo benci sama semua orang! Lo tuh tolol, tau ga lo?!"

"Woy, gila ya lu berdua?!" Suara Jack menggema keras; ia baru saja masuk ke dalam ruangan gue, tangannya langsung campur urusan kita tanpa menunggu lama. "Lew, udah, lepas! Cal, lo juga, udah! Apaan sih lo berdua?!"

"Cal!" Jack menahan badan Cal yang hampir meninju gue lagi. "Udah— Udah, woy! Cal!"

Tangan Jack membelenggu badan Calum; wajahnya amat merah, alamat gue bisa habis dihajarnya kalo aja Jack tadi nggak dateng.

"Mati lo!" Serunya, yang masih aman; karena Jack masih membelenggu badannya.

"Cal! Lo gak usah macem macem, tai!" Tukas Jack, menarik paksa Cal keluar. "Lew, balik ke tempat tidur, sekarang."

Gue menuruti perintah Jack; perlahan, gue merangkak kearah tempat tidur; bersandar disana.
Ini pertama kali gue nyerang orang waktu berantem, biasanya gue nunggu diserang dulu, biar kalo ada saksinya, ketauan siapa yang salah. Tapi kali ini, gak tau kenapa gue lepas kendali begitu aja.

"Luke?" Kali ini, Mali yang menghampiri gue; meraba dahi gue, pipi gue, bahkan rambut gue. "Lo gak apa apa? Apanya yang sakit? Lo diapain aja?"

Gue menggeleng pelan.
"Ngga, Mal. Ngga apa apa, udah..."

"Maafin Calum, ya..." lirihnya. "Dia emang bermasalah banget sama Kaka dari dulu... Maaf banget jadi lo yang kena..."

Gue tersenyum paksa, menggeleng pelan atas ujaran Mali barusan.
"Gue tau kok, udah ngga apa apa."

"Luke—"

"Mal," kali ini, gue tersenyum tipis. "Ngga apa apa. Bukan salah lo."

"Udah, jangan dipikirin." Gue menggeleng. "Gue mau cari angin dulu, ya. Nanti kalo Kaka udah pulang, tolong kasihtau gue, ya?"

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin