Jack

23 9 1
                                    

"Terima kasih, karena sudah bergabung; menjadi bagian dari kami selama enam tahun, terima kasih atas kontribusinya dalam membangun nama 'hi!' Bersama kami,"

"—tapi sekarang saya rasa semua cukup, silakan keluar, Mr. Hemmings; besok tidak perlu datang lagi kemari."

Gue terdiam; berusaha mencerna kata perkata yang baru saja dikatakan mr. Kazakova; dirut gue selama enam tahun; semenjak gue bekerja magang disini.

Gue... Dipecat?

"Sir..." gue tersenyum keki. "Saya minta maaf sebelumnya, karena lancang. Tapi, apa nggak bisa dipertimbangkan lagi?"

Patung asmat yang sejak dulu selalu menjadi atasan, sekarang menggeleng di hadapan gue; seakan menolak mentah mentah semua pertanyaan gue untuk kedepannya.
"Terima kasih sudah bergabung, mr. hemmings."

"Tapi..." lemes asli dengernya. "—tapi kenapa?"

"Kamu tahu, pentingnya mr. Coleman untuk kerjasama 'hi'?"

"—tahu, pentingnya beliau untuk ekspansi brand ini? Majalah kami? Perusahaan yang mempercayai kamu untuk mengemban tugas lama saya, selama dua tahun?"

"Kamu tahu, kalau kami selama ini, selalu mengejar ngejar dia? Kami, yang selalu meminta minta dia, untuk juga ikut melakukan ekspansi besar besaran agar brand kita dikenal masyarakat?"

"Kamu tau, Jack." Rahangnya mengeras; ia pasti marah pada gue, karena satu dan lain hal yang gue nggak tau. "Kamu tau. Kamu yang selalu punya ide ide hebat untuk itu; otakmu, kalau dijual, itu priceless."

"Tapi kamu meninggalkan itu semua." Sergahnya. "Kemarin sore, kamu tinggalkan semua tanggung jawab; kamu pergi, dan lantas gak peduli sama semua yang sudah kamu perjuangkan selama sebelas bulan; buat apa kamu terbang bolak balik dari Boston ke Sacramento, kalau semuanya sekarang gak berarti apa apa?"

Gue mencakar paha sendiri, memaki diri tanpa henti dalam hati. Goblok!

Kemarin, seharusnya gue bertemu investor dari California, yang akan membantu mengekspansi brand majalah tempat gue bekerja. Tapi ternyata kemarin Lewi operasi, dan Ben nyuruh gue dateng saat itu juga; gue yang panik bukan main, akhirnya gak bisa lagi mikir dua kali.

Dan karena itu, habis karier gue.

Gue dipecat.

Gue mengusap kasar wajah gue, menyesal sedalam dalamnya; merasa amat tolol.
"Maaf..."

"—maaf..." lirih gue, lagi.

I deserve it anyway, doesn't i?

Ia melirik ke arah pintu; mengisyaratkan gue untuk segera pergi dari ruangannya:

"Saya minta maaf yang sebesar besarnya..." lirih gue. "Terima kasih, sudah menerima saya enam tahun ini."

Ia tersenyum singkat; membuat gue melangkah gontai menuju luar kantornya.

Jack tolol!

Agh!

Gue terduduk lemas di ruangan gue sendiri; gak sampai hati membereskan barang barang di meja, yang memang selama enam tahun sudah bersarang disana.

Lo kuat, Jack. Segini bukan apa apa...

Gue meninju meja keras keras; benar benar merasa tolol sekarang; direktur bukan jabatan yang bisa dipegang semua orang, dan gue sukses menyia nyiakan kesempatan itu begitu aja.

Terus, gue harus gimana?

Gue... Agh!

Goblok!

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now