Mr. Bandana [Completed]

By MayangSalsabila

122K 10.6K 2.1K

[SEQUEL BILAN] Helen jadi berurusan dengan laki-laki berbandana hanya untuk mencari tahu siapa sebenarnya lak... More

Prolog
1. Laki-laki Berbandana💌
2. Bola Basket💌
3. Rencana💌
4. Demi Senja 💌
5. Gila💌
6. Karena Bazar💌
8. Menunggu Kehadiran Senja💌
9. Dia?💌
10. Dare💌
11. Kertas Ijo? 💌
12. Sunday💌
13. Dasar Senja💌
Jawab Nih
14. Aldi Pensiun💌
15. Ketua Geng Aneh 💌
16. Kembalinya Utusan Miper💌
17. Jordan💌
18. Harapan💌
19. Markas Fascia💌
20. Senja-senja💌
21. Mencari cara💌
22. Kamar Arga💌
23. Arga geng Fascia?💌
24. Pesta ulang tahun💌
25. Dia ke sekolah? 💌
26. Bingung💌
27. Mahen💌
28. Keanehan💌
29. Andre, ada apa?💌
30. Bagaimana?💌
31. Buku puisi💌
32. Seha💌
33. Seno Jaebi💌
34. Fakta baru💌
35. Sakit💌
36. Pengakuan💌
37. Kemah💌
38. Hukuman💌
39. Pertandingan💌
40. Sebenarnya💌
41. Mr. Bandana (END)
Epilog
Zolas
Memeluk Bilan
MWB

7. Senja Perempuan?💌

2.7K 254 22
By MayangSalsabila

"Berarti kemungkinan Arga jadi Senja dikit dong. Ya gak?"

"Gak juga sih, Hel," Adiba yang sedari tadi mengamati akhirnya angkat bicara. "Gimana kalo ternyata itu adalah bagian dari rencananya? Dia bersikap kaya kemaren pas di bazar biar gak ketauan."

Nita mengetuk jari telunjuknya di atas meja. "Maksud lo, kalo emang iya itu Arga, berarti Arga tau kalo Helen itu udah tau yang sering ngirim surat ke rumahnya pake bandana, makannya dia jadi kaya gitu biar gak ketauan? Tapi kok aneh aja gitu kalo Arga pengirimnya."

Helen mengerucutkan bibirnya mendengar penuturan kedua temannya. Ia menaruh dahinya di atas meja sambil memejamkan mata untuk beristirahat sejenak karena sedari tadi mereka membahas kasus ini di perpustakaan dan rela mengorbankan jam istirahatnya. Helen menegakkan kembali badannya lalu membuka tutup pulpen dan mulai menulis di buku yang sudah ia bawa.

"Gue tulis aja orang-orang yang patut dicurigai disini. Arga menjadi nomor pertama yang patut dicurigai," katanya sambil menulis nama Arga. "Terus... siapa lagi? Apa masih ada orang yang suka pake bandana di sekolah?"

Adiba menganggukkan kepalanya. "Ada, tapi bukan di kepala. Dia sering ngiket bandananya di tangan, dan dia adik kelas kita."

Helen mencoba mengingat adik kelas yang seperti Adiba sebutkan. "Dia ketua geng itu bukan sih? Jor..dan ya kalo gak salah?"

Nita merebut buku dan pulpen yang sedang Helen pegang lalu menuliskan nama-nama orang yang dicurigainya. "Nih, orang-orang yang menurut gue patut dicurigai"

Helen membaca nama itu satu persatu, ia menatap Nita dengan tatapan bingung. "Kok ada Andre?"

Nita memutar bola matanya malas. "Ya gue curiga aja sam-"

BRAK, BRAK, BRRAAAKK

"ADUH, BAPAK KAN SUDAH MELARANG KAMU AGAR TIDAK MASUK PERPUSTAKAAN. BAPAK BINGUNG, SETIAP KAMU MASUK SINI, INI NIH LIAT, BUKU-BUKU YANG TADINYA RAPI TIBA-TIBA JATUH, BUKU YANG KAMU PEGANG LECET. LAMA-LAMA BUKU YANG KAMU BACA TULISANNYA JADI HILANG. UDAH SANA KELUAR. CARI GARA-GARA AJA JADI ANAK."

Aldi cengengesan mendengar penjaga perpustakaan sekolahnya berkata seperti itu. "Gara-gara yang nyari saya mulu Pak, bukan saya yang nyari dia. Nih ya Pak, kalo kita dicariin, berarti kita hidupnya berguna."

Pak Toha mengibaskan tangannya ke udara. "Halah bisa aja ngelesnya. Mana ad-"

"Pak, bentar, Pak, aduh permisi dulu ya Pak. Saya ada urusan sama Aldi, bentar aja."

"Tuh, terbukti kan Pak, ada yang cari saya. Berarti hidup saya berguna." Tatapan Aldi beralih kepada Wina, teman sekelasnya. "Iya ada apa, Win?"

"Balikin jam tangan gue!" kata Wina sambil menunjuk pergelangan tangan Aldi.

"Jam tangannya Wina?" bisik Helen kepada Adiba.

"Iya kali. Lo ga liat gambarnya aja Hello Kitty."

Nita menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil menahan tawa. "Gila emang sahabat lo, Hel."

Aldi mengangkat tangan kirinya lalu menunjuk jam tangan yang ia pakai. "Ini jam tangan lo? Punya bukti gak kalo ini jam tangan lo? Gue nemu ini jam."

"Nemu? Ya berarti itu punya gue!" kata Wina dengan nada sewot.

"Nemu dimana, Di?" tanya Adiba.

"Di laci mejanya Wina."

"Dasar bego! Ya itu punya Winalah! Makannya kalo punya otak digunakan dengan baik, jangan dipajang aja, sayangku!" kata Helen sewot tidak memperdulikan ada penjaga perpus yang menatap Aldi dengan tatapan pasrah.

"Iya sayang," balas Aldi sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Helen membuat Helen mendelik kesal karena sudah salah bicara seperti itu kepada Aldi. Aldi melepas jam tangannya lalu memberikannya kepada Wina. "Makannya jangan naro sembarangan. Kan jadinya kaya gini. Kasian juga sama lo harus nyari-nyari orang ganteng yang ambil jam tangan sampe perpus."

"Gue gak naro sembarangan! Gue naro di laci meja gue! Lo nya aja yang main am-"

"UDAH, UDAH, KALIAN BERLIMA CEPET KELUAR. PUSING BAPAK LIAT YANG KAYA GINI."

💌💌💌

Karena mendapat kabar gembira untuk tim yang mewakili SMA Central dalam perlombaan bazar bertema, mereka memutuskan untuk berkumpul di kelas Helen sepulang sekolah. Mereka memenangkan perlombaan itu meskipun juara 2, tapi sekolah mereka bangga karena bisa memenangkan perlombaan ini. Hadiah yang mereka dapat adalah satu buah piala, sertifikat, dan juga uang tunai.

"Uangnya mau dipake apa nih?" tanya Nita.

"Lunasin utang Aldi ke Pak Mamat," jawab Regan.

"Masih kecil gak boleh utang-utangan, Gan!" mata Aldi sambil melotot kepada Regan.

"Kan lo yang punya utangnya, sebleng" sahut Bilan.

"Mimi peri kali tuh yang punya utang ke Pak Mamat," jawab Aldi tak terima.

"Ya bayarin aja sama lo, kan Mimi peri kembaran lo."

"Udah sih ah, bahas mimi peri mulu kalo ada Aldi," mata Helen yang berada di samping Aldi.

"Ya udah bahas rumah tangga kita aja gimana?"

Helen memutar bola matanya malas. "Bahas aja rumah lo yang gak ada tangganya!"

Aldi tertawa, padahal tidak ada yang lucu. "Kalo gak ada tangganya, terus cara ke kamar gue gimana?"

"Manjat aja lewat pohon mangga tetangga lo, kan tinggi tuh," jawab Helen asal.

"Tolong, urusan rumah tangga jangan dibahas disini," sindir Bilan.

"Uangnya kasih ke anak panti aja, gimana?"

Semua orang menatap Adiba, Arga yang berada di samping Adiba menganggukkan kepalanya. "Ide bagus tuh, Dib."

Nita menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Oke, pulang sekolah besok kita ke panti Bilan aja gimana?"

"Ngikut aja."

💌💌💌

"Heleeen, ayo main!"

"Heleeeeeeeeenn!"

"Yu main yu!"

"Si sayang gak keluar mulu, gue dobrak nih."

"HELEN AYO MA-"

Helen menyumpal mulut Aldi menggunakan sendal jepit yang sedang ia pakai lalu berkacak pinggang. "Brisik, brisik, brisik, brisik, brisik, bris-"

Aldi membalas dengan cara menyumpal mulut Helen menggunakan sendal jepit milik Helen. Helen melotot kesal lalu menggeplak kepala Aldi menggunakan sendalnya. "Lo kira ini sendal bersih apa?! Jahat banget sih lo!"

"Lo kira pas tadi masuk ke mulut gue itu sendal bersih apa?! Jahat banget sih lo!" kata Aldi dengan menirukan gaya bicara Helen.

"Ngapain lo kesini? Balik aja sana kalo mau bikin rusuh."

"Mau ngajak main," jawabnya sambil nyengir.

"Gak mau main sama bocah ingusan kaya lo!"

Aldi mengernyitkan dahinya lalu meraba hidungnya. "Gak ada ingus nya kok. Gue lagi gak pilek."

"Bodo amat!"

"Ayo dong, Hel. Kita beli ayam warna-warni di taman komplek sini."

"Permisi, apa benar ini rumahnya Helena Gladista?"

Helen menganggukkan kepalanya sambil terus menatap tukang pos yang ada di depannya. "Iya, saya sendiri, Pak. Kenapa emangnya?"

Tukang pos itu tersenyum lalu menyodorkan amplop berwarna putih. "Ini ada titipan buat Mbaknya." Lalu tukang pos itu menyodorkan kertas lain. "Tanda tangan dulu di sini, Mbak."

"Titipan dari siapa, Pak? Kok di amplop gak ada nama pengirimnya?" tanya Helen sambil menandatangani kertas itu.

"Mungkin di dalemnya kali, Mbak. Yang saya tau pengirimnya perempuan. Kalo gitu saya permisi."

Helen membolak balikan amplopnya lalu menatap Aldi yang juga sedang menatapnya. "Perempuan? Siapa sih, Di? Masa perempuan ngefans sama gue sampe segininya?"

"Mimi peri kali."

Helen memutar bola matanya malas lalu melangkahkan kakinya ke dalam untuk duduk di teras rumahnya. Aldi berjalan di samping Helen sambil sesekali mengintip amplop itu. Dengan tergesa-gesa ia membuka amplop itu dan mendapatkan kertas yang ia yakini adalah kata-kata puitis atau puisi yang sering ia dapatkan.

"Hebat, sahabat gue punya penggemar setia. Mimi peri aja kalah."

"Iyalah, gue kan cantik!"

Jika diibaratkan aku seperti rintik hujan. Di sanalah kamu, gadis yang sedang berjalan sambil memegang payung agar menghalangi sang rintik yang akan menembus dirimu. Bisakah kamu lepas payungmu itu gadis cantik? Agar cinta dari sang rintik hujan bisa menembus dirimu.

♡ Senja

"Senja lagi.." lirihnya.

"Orang iseng kali dia. Udahlah gak usah dipikirin, mendingan kita beli ayam aja kuy!"

💌

Sudah sekian lama tida up hihi. Maapin ya ya ya

Mau nanya nih

Masih adakah yang menunggu cerita ini untuk lanjut

Tolong di komen dong

Sangat sangat membutuhkan jawaban dari kalian yang udah baca cerita ini

Trimakasi

Continue Reading

You'll Also Like

838K 72.2K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

490K 23.3K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 221K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 114K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...