A MAN BEHIND THE MIRROR

Od reijung9

24.3K 3.2K 1.8K

SHADOW SEQUEL Více

1
2
3
4
5
5.1
6
7
8
9
10. [REBORN]
11. [ 미로 ] - Milo - Labirin
12. [ 이름 ] - Ileum - Name
13. [ 밤 ] - BAM - NIGHT
14. [숨바꼭질] - SUMBAKKOGJIL - HIDE & SEEK
15. [눈 ] - NUN - EYES
16. [ 구해줘 ] - Guhaejwo - Save Me
17. [ 게임 ] - Geim - A Game
19. Heart, Mind and Soul
20. [ 비밀 ] - Bimil - The Secret
21.
22. [ 꿈 같은 ] - Kkum Gat-eun - Dreamlike
23.[ 놀자 ] - Nolja - Let's Play
24. [ 악마 ] - Agma - Devil
25.[ 악마 ] - Agma - Devil - 2
26 : [ 악마 ] - Agma - Devil - 3
27. [ 악마 ] - Agma - Devil - 4
28. [ 협력 ] - Hyeoblyeog - Cooperation
29. [ 역습 ] - Yeogseub - Counterattack
30. [되든 안되든] - Hit Or Miss
31. [ 위장 자 ] - Wijang ja - The Disguiser
32. [ 갇힌 ] - Gadhin - Trapped

18. [ 목소리 ] - Mogsoli - Voice

560 81 59
Od reijung9

Annyeong...

Sebelum kalian baca klanjutannya ane bakal cuap2 dikit nih...
Karna ada beberapa dr klian yg binggung gegara nm hyunwoo n hyungwon
Ane putusin buat gnti nama hyunwoo pake Shownu..
D sini ane pake nama panggung dya...

Semoga klian gak binggung lagi ya... 😁

Okay... happy reading...

Jangn lupa vomen kalau kalian suka ff ini
Thank you...
N see you...


_____


Jaejoong merasa tidak ada gunanya jika dia menuntut pengakuan dari Eunho agar namja itu mengaku jika dia adalah Yunho. Karena dia sadar namja itu terikat dengan satu lembaga atau apapun itu, dia tidak sepenuhnya perduli, jadi dia memutuskan untuk mencari cara pendekatan terbaik untuk melakukan pembuktian dengan caranya sendiri. Dengan cara seorang polisi yang sangat dia pahami.

Tapi ada satu hal yang sedikit menganggunya, yaitu kejadian setelah Eunho terkena lemparan bola dan beberapa saat sebelumnya. Saat itu Jaejoong yakin jika dia melihat gelagat seorang Yunho dari Eunho. Terutama setelah dia memanggil namja itu dengan nama Eunho. Tersirat kebinggungan, kaget dan juga sesuatu yang Jaejoong tebak sebagai rasa tidak percaya dari mata namja itu saat mereka bertemu mata. Namun sebelum dia sempat membuktikan pemikirannya, namja itu pergi.

Lalu Hyungwon, namja itu sedikit menarik perhatiannya, jelas bukan karena fisik atau wajahnya. Siapapun yang melihat namja itu pasti akan mengatakan jika namja langsing yang tinggi itu memiliki wajah yang tampan meski terlalu kurus. Tapi bukan itu yang menganggu Jaejoong melainkan hubungannya dengan Eunho. Eunho terlihat tidak menyukai namja Hyungwon, begitu juga sebaliknya. Tapi mereka tetap bersama, seolah mereka tidak memiliki pilihan lain selain bersama. Apa Hyungwon juga termasuk sebagai salah satu anggota divisi khusus seperti Yunho? Atau ada hal lain yang melatar belakangi hbungan mereka, Jaejoong masih mempertanyakannya.

Selain itu dia juga menemukan hal lain yang menarik perhatiannya pada Hyungwon yaitu gesture tubuh namja itu ketika melakukan permainan. Dari fisiknya namja itu tidak terlihat seperti orang yang pandai atau menjadikan olahraga sebagai sesuatu yang menarik tapi namja itu jelas memiliki tenaga yang besar hingga dapat membengkokkan pagar kawat hanya menggunakan bola. Seperti orang telah berlatih.


Tanpa disadarinya, Jaejoong semakin mengerutkan keningnya ketika berpikir dan terus menerus menyapu permukaan bibirnya menggunakan ibu jari seperti sedang menghilangan sel kulit mati dari bibir lembabnya. Dia juga tidak menyadari tatapan mata Shownu yang sejak tadi mencuri pandang ke arahnya. Seolah dia sedang berada di dunia yang berbeda.

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan tapi kita sudah sampai."

"Huh?"

Jaejoong mulai memperhatikan sekelilingnya sesaat setelah lamunannya dibuyarkan oleh ucapan Shownu. Tidak ada lagi lalu lintas ganas di malam hari yang harus mereka lewati dengan sabar. Hal yang membuat Jaejoong jatuh ke dalam pemikirannya daripada dia harus melihat jalanan yang membuatnya pusing. Meski pemikirannya juga tidak jauh berbeda, tetap membuat kepalanya berdenyut tapi setidaknya masih memiliki manfaat.

"Yah, sebagai polisi aku memang mendapatkan hari libur tapi otakku sepertinya tidak mengijinkanku." Jawabnya sambil melepaskan sabuk pengaman.

"Lalu kenapa memilih menjadi polisi?" Tanya Changkyun secara tiba-tiba dari kursi belakang dan nyaris membuat Jaejoong terkena serangan jantung.

Selain Shownu ternyata Jaejoong lupa jika ada Changkyun di dalam mobil itu. Changkyun adalah saudara Shownu, begitu informasi yang Jaejoong dapat saat Changkyun memperkenalkan dirinya di sport center tadi.

"Karena ayahku dulu adalah polisi." Jawabnya saat menjejakkan salah satu kakinya keluar dari mobil Shownu.

Karena Shownu memaksa untuk mengantar Jaejoong pulang dan Jaejoong merasa tidak enak telah menyeret Wonho seharian jadi dia meng-iya-kan tawaran pimpinan firma itu tanpa perlawanan. Changkyun tidak keluar dari dalam mobil hanya menggeser tubuhnya dan menurunkan kaca mobil sementara Shownu keluar dari mobil dan berdiri di dekat mobilnya, menunggu Jaejoong melewatinya.

"Terima kasih sudah mengantarku." Kata Jaejoong.

"Sebenarnya kau masih memiliki hutang makan malam denganku." Shownu menyandarkan badannya di mobil, melipat tangan. "Lalu sekarang aku mengantarmu, apa itu tidak membuatmu sadar akan sesuatu?"

Jaejoong memutar bola matanya lalu tertawa sinis. "Mungkin kau lupa kalau aku tidak memintamu melakukannya."

"Setidaknya aku berusaha."

"Hahaha." Jaejoong mengeluarkan suara tawa datar. "Then keep trying."

"Are you challenging me?"

"Maybe yes. Maybe not."

"Aku memasang taruhanku untuk Shownu hyung." Celetuk Changkyun.

Kedua namja yang sedang behadapan menoleh. Changkyun meletakkan kepalanya malas di bingkai jendela mobil dengan lengan kirinya meringis pada keduanya.

"Kalau begitu kau kalah." Sahut Jaejoong menanggapi.

"Aku memasang taruhan untuknya karena merasa kasihan."

Shownu melayangkan tatapan mematikan pada Changkyun.

"Ups,,, kelihatannya ada yang tersinggung." Changkyun terkekeh. "Good night hyung."

Changkyun kemudian memasukkan kepalanya dan menaikkan kaca mobil. Jaejoong tertawa, melihat tingkah Changkyun yang jahil.

"Apa kau menertawaiku?" Tanya Shownu dengan sedikit rasa tersinggung di suaranya.

"Kurasa."

"Okay. Sekarang kau bisa tertawa tapi aku yang akan tertawa paling akhir."

"Ya. Ya. Ya. Kau bisa melakukannya di dalam mimpimu. Karena aku bukan orang yang mudah untuk dibujuk." Jaejoong menyahuti dengan malas.

"Aku dapat melihatnya."

Shownu menjauhakn tubuhnya dari mobil sehingga kini dia berhadapan sempurna dengan Jaejoong.

"Tapi kau harus tahu kalau aku bukan orang yang mudah menyerah jadi siapkan dirimu untuk kalah." Lanjutnya dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Untuk sesaat Jaejoong merasa terintimidasi oleh rasa percaya diri Shownu dan mulai membayangkan jika dirinya kalah. Tapi dia segera menepis khayalannya itu.

"Sekali lagi terima kasih sudah mengantarku." Ujar Jaejoong mengakhiri apa yag dia anggap sebagai pembicaraan menggoda.

Shownu tersenyum simpul.

"You're welcome."

Tanpa disangka oleh Jaejoong, Shownu mendaratkan kecupan singkat di pipinya. Kecupan itu singkat tapi memberi efek yang luar biasa hingga tubuh Jaejoong terpaku di tempat.

"Good night, Detective."


"Aku melihat apa yang kau lakukan hyung." Kata Changkyun saat Shownu telah masuk ke dalam mobil.

"Itu artinya matamu masih berfungsi dengan bagus." Jawabnya santai.

Mendengar jawaban Shownu wajah Changkyun menunjukkan raut sebal.

Jaejoong mengambrukkan tubuhnya di atas tempat tidur dalam posisi telengkup, menahan nafas ketika hidungnya tertekan permukaan tempat tidur. Dia memikirkan kejadian yang belum lama terjadi di depan rumahnya.

"Naneun michyeoyahanda. / (Aku pasti sudah gila) "

____

Jooheon menggigit burgernya besar-besar sambil melihat perkembangan program baru yang sedang dia pasang di komputernya. Hanya tinggal duapuluh menit lagi sebelum Eunhyung akan menyambungkan diri di transmisi video miliknya. Jooheon hanya berharap program baru yang dia buat selesai sebelum transmisi berlangsung. Dengan empat layar computer di depannya Jooheon menikmati dua buah burger, satu gelas cola ukuran jumbo dan sekantung kentang goreng sebagai makan malamnya.

PROSES PEMASANGAN BERHASIL. RESTART ULANG KOMPUTER UNTUK MENJALANKAN PROGRAM.

Meski di mulutnya sedang sibuk mengunyah tapi tidak menyurutkan senyum yang mulai mengembang di wajahnya. Dia melakukan apa yang diperintahkan computer padanya. Saat layar komputernya menjadi gelap dia meremas pembungkus burgernya, berputar dan melemparkan pembungkus burger ke tong sampah.

DING

Terdengar bunyi notifikasi jika komputernya telah mulai berjalan lagi.

"Pindai suara. Honeybee." Katanya pada mic yang terpasang di headseatnya.

PEMINDAIAN SUARA DILAKUKAN

Jooheon menyeruput colanya.

SUARA TERDETEKSI. HONEYBEE. TERAKSES

Jooheon membuka pembungkus burger keduanya. "Komputer utama buka securecomp. Otoritas Lee Eunhyung."

BEKERJA... SECURECOMP TERAKSES. ORORTITAS LEE EUNHYUNG

"Computer 2 program ALL EYES. Computer 3 data base Securecomp. Computer 4 transmisi."

BEKERJA... PROGRAM ALL EYES DIJALANKAN

BEKERJA... DATABASE TERAKSES

BEKERJA... MEMBUKA JALUR TRANSMISI

Ketika computer selesai melakukan perintahnya, Jooheon juga telah menyelesaikan burger keduanya. Perutnya kini sudah kenyang dan dia memiliki cukup tenaga jika nanti Hyungwon dan Haneul berbuat ulah lagi. Dia hanya tinggal menunggu Eunhyung masuk dalam jalur transmisi dan juga yang lainnya untuk tiba.

Jooheon bersandar kembali ke kursinya sambil menyeruput colanya. Dari layar computer dua dia melihat dua titik merah berkedip dan bergerak menuju ke tempatnya.

"Pasti mereka berdua." Dia bergumam, menyesap colanya lagi sampai tandas. "Beruntung mereka tidak saling membunuh dijalan."

Dia berdiri bangkit dari kursinya, membuang gelas kertas yang telah kosong kemudian keluar dari kamarnya yang sekarang juga menjadi tempat kerja menuju kamar mandi untuk mencuci wajah.

"Aku berhutang padamu." Yunho berkata.

"Tidak perlu merasa begitu hyung. Aku hanya melakukan sesuatu yang harus kulakukan."

Dengan selembar handuk kecil yang digunakan untuk mengeringkan wajah, Jooheon keluar dari kamar mandi yang terletak di samping kiri kamarnya. Menoleh ketika dia mendengar suara langkah kaki. Alisnya berkerut ketika dua namaja tinggi itu berjalan beriringan tanpa ada makian yang keluar dari bibir mereka.

"Yunho hyung?" Panggilnya.

Yunho mendesah satu kali sebelum menjawab. "Dalam beberapa menit terakhir aku mendengar namaku tapi aku merasa tidak begitu baik."

Kening Jooheon berkerut. Dia tidak paham kenapa Yunho tiba-tiba muncul setelah dua hari tidak muncul. Dia bepaling pada Hyungwon meminta penjelasan namun namja itu hanya mengedikkan bahunya.

"Berapa menit sampai Tuan Lee masuk ke dalam sambungan?" Tanya Hyungwon mengalihkan pembicaraan.

"Mungkin sekitar sepuluh menit." Jawab Jooheon sambil mengusap wajahnya yang belum kering sepenuhnya dengan handuk.

"Kenapa dia tidak datang kemari?" Tanya Yunho pada Jooheon dan juga Hyungwon.

"Karena kita tidak ingin mengambil resiko ketahuan oleh orang-orang dari pihak lain. Jadi mulai dari sekarang, kita hanya akan berkomunikasi dengan Tuan lee melalui jalur khusus yang hanay diketahui oleh Jooheon dan juga Tuan Lee." Tutur Hyungwon.

"Aku menjadi semacam penghubung di sini." Jooheon melemparkan handuknya ke kursi. "Tapi percayalah sebenarnya aku juga ingin melakukan misi lapangan seperti kalian. Duduk 24jam sangat tidak baik untuk punggungku."

"Setidaknya dengan terkunci di dalam ruangan kau tidak perlu berurusan dengan yeoja genit yang hampir setiap menit menghubungimu." Timpal Hyungwon sambil melepaskan jaketnya kemudian berjalan menuju ke kulkas.

Jooheon terkekeh karena penderitaan Hyungwon. Sementara Yunho merorot di atas sofa.

"Dulu aku tidak menyukai pekerjaan di belakang meja tapi sekarang aku sedikit mengharapkannya." Katanya ikut menambahi.

"CEO Jung Industries, Jung Yunho. Pekerjaan yang sangat 'wah', berkelas dan cool."

Jooheon terdengar sangat semangat saat menggumamkan pekerjaan Yunho dulu.

"Hahaha." Yunho tertawa getir. "Tapi Jung Yunho yang orang-orang kenal sudah menjadi abu."

Pandangan Yunho terkunci pada langit-langit di atasnya. Dia merindukan kehidupannya. Sekarang dia memang 'hidup' tapi hidupnya tidaklah sama. Tidak ada Changmin, adiknya yang cerewet dengan semua omelannya. Tidak juga Jaejoong yang mengisi hatinya di tempat paling special yang dia miliki. Rasanya hampa.

"A-a..."

Jooheon hendak bicara meluruskan ucapannya tapi dia tidak dapat membawa dirinya untuk melawan kemurungan yang tiba-tiba saja memenuhi ruangan. Hyungwon menghela nafas panjang, menutup pintu kulkas di belakangnya. Dia membawa dua kaleng minuman dingin, mengulurkan salah satunya pada Yunho.

"Sebaiknya hyung mandi dan beristirahat sebentar. Kita masih punya sedikit waktu." Katanya dengan tangan terulur.

Yunho tersenyum simpul pada kebaikan Hyungwon, kemudian mengambil kaleng minuman dari tangan Hyungwon.

"Kau benar. Badanku lengket karena keringat."

Ketika Yunho berdiri, Jooheon melakukan hal yang sama.

"Hyung."

Yunho menoleh. "Hm?"

"Mianhae." Katanya lirih.

"Santai saja. Itu memang kenyataan." Jawabnya lalu berjalan menuju ke kamarnya tanpa menoleh untuk yang kedua kali.

Jooheon berpaling pada Hyungwon yang sedang memungut jaketnya. "Aku membuat kesalahan."

"Semua orang membuat kesalahan."

Hyungwon menepuk bahu Jooheon untuk menenangkan namja bermata sipit itu sebelum dia juga menuju kamar yang akan dia gunakan untuk mandi.

____

_At other side_

Wajah Haneul mengkerut ketika dia mendengar suara mirip suara dengungan dari alaram di telinganya. Suara itu awalnya terdengar jauh namun lama kelamaan semakin mendekat, membuatnya menggeliatkan tubuh dan membuka matanya.

Dia nyaris tidak percaya bahwa dirinya terbangun dan membuka matanya. Dia berada dalam sebuah ruangan dengan sebuah pintu dan jendela yang terbuka lebar di sisi yang berlawanan. Ruangan itu serba putih termasuk tirai tipis di jendela yang melambai-lambai karena terpaan angin sepoi yang menyejukkan tubuhnya.

Dia merasa aneh, pasalnya dia tidak pernah menjumpai tempat itu sebelumnya. Tidak selama yang pernah dia ingat. Meski ruangan itu memberi kesan nyaman, hangat dan tenang tapi dia justru merasa sebaliknya. Ruangan itu justru membuatnya merasakan ketakutan. Ya, Haneul ketakutan.

Dia menyadari dirinya ketakutan saat dia melihat kedua tangannya gemetar dengan getaran tidak wajar merasukkan hawa dingin sampai ke tulang sumsumnya.

"Ada apa ini?" Tanyanya dengan pandangan mata tertuju pada kedua belah tangannya.

Haneul menggelengkan kepalanya, lalu bergegas melompat turun dari ranjang tempatnya terbangun. Berlari menuju pintu. Ketika dia mencapai pintu, dia memutar knop pintu.

KLEK

"HUH?!" Dia mengerutkan keningnya.

Dia mencoba lagi.

KLEK

Pintu itu masih tidak mau terbuka. Kekhawatirannya makin membesargumpalan awan mendung yang siap mendatangkan badai. Tangannya makin cepat memutar knop pintu.

KLEK KLEK KLEK

KLEK KLEK KLEK

Makin cepat dan tidak sabar disetiap berlalunya waktu. Putaran di knop pintu berganti dengan gedoran di daun pintu.

DUK DUK DUK

DUK DUK DUK

DUK DUK DUK

"Buka pintunya!!!" Serunya.

"YUNHO!"

Ruangan itu memberi efek yang sangat aneh pada diri Haneul. Ruangan itu hangat tapi dia merasakan seluruh badannya menggigil dan tidak bertenaga. Ruangan itu nyaman tapi membuatnya ingin melarikan diri. Dia tidak ingin berada di ruangan itu lebih lama. Dia harus melarikan diri. Sadar dia tidak dapat merobohkan pintu ruangan itu dia berlari menuju jendela. Dalam prosesnya dank arena terburu-buru dia menabrak siku ranjang. Dia terjatuh dan mengerang tapi segera bangkit dan melompat dari jendela.

BUAGH

Dia terjatuh dengan suara yang keras saat tubuhnya mendarat di atas permuakaan yang dingin. Dia berguling dan mencoba bangkit. Saat dia membuka matanya, dia kehilangan kata-kata.

Dia masih berada di tempatnya semula.

"Mwoya?"

Dia mencoba lagi. Lagi dan lagi. Tapi setiap kali mencoba dia akan mendarat di tempat yang sama. Di ruangan putih yang membuatnya kehilangan akal sehat.

Tubuhnya merosot ke lantai, dadanya bergerak naik turun mengeluarkan nafas terengah.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Gumamnya bertanya-tanya.

Tempat gelap dan lembab yang selalu menjadi 'rumah'-nya jauh lebih nyaman untuknya daripada ruangan putih itu.

____


Air panas mengalirkan kenyamanan ke otot leher dan bahu Yunho. Diletakkannya kepalanya tepat di bawah aliran air dan menutup kedua telinganya menggunakan jari. Kemudian mengatupkan kelopak matanya.


Sedetik kemudian saat Yunho membuka matanya dia berada di sebulah lorong panjang dengan dominasi warna putih. Semuanya putih. Tapi dia tidak merasa terkurung atau takut, atau bahkan khawatir. Karena dia tahu da sedang berada di alam pikirannya sendiri.

____

_At Other Side_

Yunho berjalan menyusuri lorong putih panjang yang seakan tidak memiliki ujung. Namun dia tetap berjalan, makin mantap di setiap langkah kakinya. Dia pernah mengalami yang lebih buruk dan lorong itu sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan semua tempat yang pernah dia lihat.

Meski dia tidak memungkiri tempat yang hangat dan bersih itu memberi rasa tidak nyaman yang bergolak di dalam perutnya. Seolah dia sedang berada di dalam wahana permainan berkecepatan tinggi dan mengaduk-aduk isi perut.

BUAGH

Dia memalingkan wajahnya ke belakang saat mendengar suara dentuman keras dari arah belakang. Di kejauhan dia melihat sebuah pintu putih. Tanpa pikir panjang dia berbalik arah, sekarang dia berlari menuju ke tempat di mana pintu itu berada.

Dia menempelkan telinga kanannya di daun pintu berharap dapat mendengar sesuatu, namun dia tidak dapat mendengar apapun lagi.

"Hanuel-ah... "Panggilnya.

Di dalam ruangan Haneul mengangkat kepalanya yang menunduk. Dia bergerak menuju pintu.

"Yunho?"

Dia mulai mengedor pintu lagi.

DUK DUK DUK

"Keluarkan aku dari sini brengsek!" Serunya frusatsi, tangannya terus menerus memutar knop pintu.

"MUNDUR!"

Haneul mendengar suara Yunho dari luar dan dia pun mengambil dua langkah mundur. Tak lama pintu di depannya terbuka dengan bunyi menggebrak. Di balik daun pintu yng sekarang telah terbuka Yunho berdiri, menurunkan satu kakinya yang tadi dia gunakan untuk menendang pintu. Melihat Yunho, kemarahan dalam diri Haneul tidak dapat dia bendung. Dia merangsek ke arah Yunho, kedua tangannya mengepal membentuk tinju dengan kerah baju Yunho dalam kepalannya.

"Neo mwo haess-eo? / (Apa yang sudah kau lakukan?)"

Haneul bertanya dengan gigi yang menyatu, bergemerutuk karena kemarahan.

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Nongdam hae? / (Apa kau bercanda?)"

Kepalan tangan Haneul makin erat, menarik tubuh Yunho semakin dekat pada Haneul.

"This place... " Haneul memandang Yunho dengan tatapan ingin membunuh. "Not mine. It's yours."

Yunho menaikkan sebelah alisnya. "Mwo?"

Haneul memandang kedua mata Yunho dengan kerutan di kening. Yunho terlihat tidak mengerti sama sepertinya. Dia kemudian melepaskan cengkramannya dari kerah Yunho, dengan sedikit dorongan sehingga Yunho mundur dengan limbung.

Dia berpaling dari Yunho, bertolak pinggang. Sekarang dia merasa binggung. Ini jelas bukan tempatnya tapi juga bukan tempat Yunho. Lalu tempat ini milik siapa, pikirnya.

"Tempat ini mirip rumah sakit." Yunho berkata setelah memperhatikan sekelilingnya.

Haneul menoleh. "Why we are here?"

Gelengan kepala Yunho tidak membuat Haneul merasa lebih baik, justru semakin buruk. Dia mendudukkan dirinya di atas lantai yang dingin, menundukkan kepala putus asa. Yunho mendekat dan melakukan hal yang sama. Yunho memandang ke arah jendela yang terbuka.

"Mianhae..." Ucapnya tanpa melihat Haneul.

"Untuk apa?" Tanya Haneul masih menatap bayangan buram wajahnya di permukaan lantai yang mengkilat.

"Untuk apa yang kau alami setelah aku melupakanmu."

Mata musang liar milik Haneul membulat, dia menoleh pada Yunho yang memandang jauh ke depan.

"Aku sudah melihat semuanya. Aku merasakan apa yang kau rasakan saat itu." Yunho menoleh. "Dan aku merasa aku sangat bersalah padamu."

Di mata Haneul, Yunho dapat melihat rasa terkejut dan juga kemarahan entah apa alasannya. Meski namja yang menjadi pecahan dirinya itu selalu merasa marah. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat Yunho dari bicara. Mau tidak mau Haneul harus mendengarkannya sekarang.

"Sekarang aku paham kenapa kau begitu membenciku saat itu. Aku melenggang dengan bebas, melupakan kejadian mengerikan itu dan melanjutkan hidup."

Yunho menghirup nafas dalam-dalam.

"Sementara kau masih terkurung bersama kenangan mengerikan itu dan dengan semua kegelisahan yang aku tinggalkan. Maafkan aku untuk semua yang telah aku lakukan. Seperti katamu, aku adalah manusia paling egois. Mungkin permintaan maaf saja tidak akan cukup untuk menghapus semua yang telah kau alami."

Haneul mendengus. Kemudian tertawa.

"Aku membunuh, menjadi pimpinan geng mafia. Menjual narkotika. Karena kau sudah tahu aku tidak perlu menyebutkan semuanya satu persatu padamu." Haneul kemudian menoleh pada Yunho. "Dan kau masih meminta maaf?"

Yunho pun menoleh, menatap Haneul. "Tapi kau melakukannya sebagai seorang Haneul bukan Yunho. Kau masih cukup baik dengan tidak membawa namaku. Kau masih cukup baik dengan tidak melukai keluargaku."

"Menggelikan. Aku melakukannya untuk diriku. Bukan dirimu."

"Tepat." Yunho tersenyum. "Tapi kita adalah satu. Jadi secara tidak langsung kau melakukannya untukku. Bukan begitu?"

Haneul terkekeh sambil menggeleng. "Aku tidak paham dengan caramu berpikir."

"Hm, aku juga tidak."

Haneul menaikkan satu alisnya mendengar pernyataan Yunho lalu keduanya tertawa bersama. Tawa Haneul yang pertama kali berhenti. Dia mendongak, menghembuskan nafas panjang dan entah sejak kapan ruangan putih itu tak lagi menyesakkan baginya.

"Aku pernah ingin menghancurkan semua yang kau miliki termasuk keluargamu."

Yunho diam dan memperhatikan. Menunggu Haneul untuk menyelesaikan ceritanya.

"Tapi kemudian aku bertemu dengan ayahmu. Aku sudah membawa pisau saat itu. Berniat menikamnya ketika dia sedang bersantai di kursi goyangnya. Saat itu yang aku pikirkan adalah bagaimana reaksi nanti jika tersadar dengan pisau di tangan dan juga ayahmu yang sekarat berlumuran darah. Pasti akan sangat menyenangkan melihatmu jadi gila karena hal itu."

Yunho tidak banyak memiliki kenangan bersama ayahnya. Yang dia ingat dari sosok ayahnya adalah orang yang selalu sibuk bekerja. Dia bukan ayah yang akan menghabiskan akhir pekan atau hari liburnya untuk keluarga. Yunho paham ayahnya melakukan itu demi dia juga Changmin. Demi menjamin tempat tinggal yang layak, bahkan terbilang mewah. Pakaian terbaik, pendidikan terbaik dan juga lingkungan yang terbaik. Ayahnya selalu memberikan yang terbaik untuk mereka.

Meski ayahnya tidak pernah datang ke acara sekolahnya atau Changmin tapi ayahnya selalu mengirimkan pesan yang berisi kata-kata yang hangat. Ayah Yunho jarang ikut jika ibunya mengajak Yunho dan Changmin pergi piknik karena pekerjaan. Ya pekerjaan selalu menjadi yang utama bagi ayah Yunho.

Tapi ada satu hal yang membuat Yunho sangat menghormati ayahnya dan juga saying. Walaupun ayahnya sering melewatkan momen-momen bahagia keluarga mereka tapi saat Yunho merasa terpuruk, kesulitan dan putus asa, ayahnya akan selalu berdiri di belakangnya menepuk bahunya dan mendorongnya untuk maju. Ada kalimat yang dia ingat dari sang ayah. Kata yang selalu ayahnya katakan saat Yunho hampir menyerah.

"Berjuang memang tidak pernah mudah dan ada kalanya membuatmu ingin menyerah. Tapi apa kau tahu, jika kau menyerah kau akan kehilangan kebanggan dan harga dirimu. Sebelum menyerah pikirkan alasan kenapa kau memulai perjuanganmu dan saat kau mengingatnya, ayah yakin kau akan memiliki semangat untuk berjuang sampai kau mencapai tujuanmu."

Mungkin terdengar sederhana untuk orang lain tapi bagi Yunho kalimat itu sangat luar biasa.

"Apa kau tahu yang ayahmu katakan padaku saat dia melihatku membawa pisau?" Haneul bertanya.

Dan Yunho menggeleng.

"Apa kau Haneul?" Kata Haneul menirukan gaya bicara ayahnya.

Tanpa Yunho sadari matanya melotot ketika menatap Haneul, dia tidak percaya dengan apa yang diakatakan oleh Haneul.

Haneul tertawa. "Kurasa reaksiku saat it sama sepertimu sekarang."

Dia mengalihkan pandangannya dari Yunho, menyetel ulang kejadiian itu di pelupuk matanya.

"Dia berkata kalau dirinya sudah mengira jika aku hanya bagian dari imajinasimu. Tanpa kita tahu, dia sering melihatmu bicara sendiri seolah kau sedang bersama seseorang. Jadi dia menebak-nebak. Dia tidak bertanya kenapa ada pisau di tanganku. Dia tidak menyinggungnya sama sekali."

Haneul bercerita dengan seulas senyum tipis di wajahnya.

"Dia memintaku untuk duduk lalu dia membacakan sebuah buku cerita padaku. Sebuah buku ceritang tentang seorang anak yang memelihara dua serigala dalam dirinya." Haneul berpaling, menghadap Yunho. "Serigala baik dan juga serigala jahat. Cerita itu mengingatkanmu pada sesuatu?"

"Ayah juga pernah membacakannya untukku. Jika aku mengingatnya sekarang cerita itu seperti sebuah sindiran."

Haneul terkekeh. "Ya. Aku juga memikirkan hal yang sama."

"Setelah dia selesai membacakan cerita itu dia meminta maaf padaku. Dia berkata... "

"Aku tidak dapat melakukan apapun untuk menolongmu, Haneul-ah. Dan maafkan aku juga karena telah membuat Yunho melupakanmu. Sebagai seorang ayah, aku harus melakukannya. Aku tidak bisa hidup tenang dengan menyaksikan anakku tersiksa karena kenangan-kenangan buruk. Jika kau harus membenci, bencilah aku. Jangan Yunho. Karena kelalaianku sebagai orang tua dia merasa kesepian sehingga dia membutuhkanmu sebagai teman. Bergantung padamu. Bahkan sangat mengandalkanmu untuk memenuhi ekspektasiku sebagai orang tua yang mengharapkan dia menyayangi Changmin. Karena dia anak tertua dan juga seorang kakak."

"Dia lalu memelukku. Seperti dia sedang memelukmu."

Perasaan bahagia menjalar di tubuh Yunho ketika dia menyimak cerita Haneul. Tapi ada campuran rasa sedih yang tidak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata. Tak menemukan kata yang tepat untuk menanggapi, Yunho memutuskan untuk diam.

"Dia tidak menyalahkan semua perbuatanku dan akan tutup mata selama aku tidak melibatkanmu. Setelah bertemu dengannya, aku mempertanyakan alasanku untuk membencimu bahkan aku ragu. Apakah aku benar-benar membencimu. Tapi saat aku berkeliaran di jalanan pada malam hari, mencari masalah aku bertemu seseorang yang membuatku mulai membenci segala yang kau miliki." Haneul menggeleng. "Mungkin lebih tepat jika aku menyebutnya sebagai perasaan iri. Aku iri dengan kehidupan yang kau miliki."

Di dalam ruangan putih itu dan lantai yang dingin sebagai alas duduk, Yunho menyadari satu hal dari Haneul. Pecahan dirinya itu memiliki banyak hal untuk diungkapkan padanya. Hanya dengan duduk bersisihan dan mendengarkan cerita Haneul, Yunho merasa selangkah lebih dekat pada pecahan dirinya itu. Dia tidak akan bosan dan bersedia duduk di sana selama mungkin hanya untuk mendengarkan Haneul bicara.

____

Shownu, Changkyun, Hyungwon dan juga Jooheon telah berkumpul di dalam kamar Jooheon. Shownu duduk di atas tepat tidur bersama dengan Hyungwon yang menyamankan dirinya dengan bantal milik Jooheon dipelukannya, dia mengantuk. Sementara Changkyun duduk di dekat Jooheon, mencoba program all eyes yang dipinjam oleh Jooheon dari grup X dan Jooheon memasang transmisi dalam mode online.

Shownu dan Changkyun tak lama setelah Yunho dan Hyungwon. Tanpa membuang waktu mereka langsung masuk ke kamar Jooheon yang disulap menjadi tempat kerja dengan tambahan tempat tidur.

CALLER ID BOSS. JALUR TRANSMISI SATU. MENGHUBUNGKAN?

"Hubungkan." Jawab Jooheon dengan perintah.

Kemudian layar computer menampilkan wajah Eunhyung. Namja itu terlihat habis mandi, rambutnya masih setengah basah dan piyama bergaris membalut tubuhnya.

"Di mana Yunho?"

Itu pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya setelah dia melihat semua orang yang ada di dalam ruangan itu.

"Biar aku panggil." Tawar Changkyun yang segera bangkit dari kursinya.

"Terima kasih Changkyun tapi aku sudah di sini."

Yunho berkata sambil berjalan masuk melewati pintu dan mencari tempat untuk duduk. Changkyun pun kembali duduk di kursinya, sedikit kecewa namun tidak mengatakan apapun.

"Good."

Eunhyung terlihat mengalihkan pandangannya dari layar computer sejenak dan tak lama ada notifikasi yang masuk ke computer Jooheon.

"Tampilkan data di layar tiga." Perintah Jooheon pada computer.

"Wow."

Yunho terkagum ketika Jooheon memberi perintah suara pada peralatan elektronik itu. Dia hanya pernah melihat adegan seperti itu di dalam film-film action barat tapi sekarang itu terjadi di depan matanya. Padahal sebelumnya dia merasa hal seperti itu tidak mungkin terjadi secanggih apapun teknologi telah berkembang.

["Jangan konyol Jung Yunho."]

Yunho tersentak, dia menoleh ke kanan kiri untuk memastikan suara yang didengarnya mungkin berasal dari keempat namja yang bersamanya tapi tidak. Keempat namja itu tidak ada yang membuka mulut mereka.

"Apa kalian ingin melaporkan sesuatu padaku sebelum aku bicara?" Tanya Eunhyung.

"Aku punya." Kata Jooheon.

"Katakan."

["Aku ingin membunuhmu."]

Lagi-lagi suara itu terdengar oleh Yunho. Dia pun lagi-lagi memastikannya tapi selain tangan Jooheon yang bergerak menggeser mouse tidak ada yang bergerak apa lagi bicara. Bahkan Hyungwon memejamkan matanya, tidur dalam posisi duduk seperti saat mereka pertama bertemu.

"Buka file video all eyes. File KR-4301-EZ-QD. Tampilkan di layar computer tiga dan kirim dan kirim ke jalur transmisi."

Jooheon memberi perintah pada computer. Lalu tak lama di layar computer yang lain, yang pasti computer tiga seperti yang Jooheon minta, tampil sebuah video yang tampak di ambil dari atas di sudut ruangan. Ada tiga orang yang namja dalam video itu. Dua orang yang terlihat wajahnya adalah Sangjin dan Younghan. Sementara satu namja lainnya hanya tampak bagian punggungnya saja.

"Apa ini video CCTV restoran?" Tanya Changkyun yang langsung sadar bahwa tempat itu adalah restoran yang tadi siang dia kunjungi beersama ayahnay Karen amemiliki interior yang sama.

Jooheon menoleh. "Yes. Restoran itu sering dijadikan sebagai tempat pertemuan dari orang-orang penting. Dan anggota X memasangkan kamera CCTV di sana."

"Tanpa sepengetahuan dari pihak restoran?" Yunho juga ikut bertanya.

"Yup. Anggota X memiliki anggota dengan bermacam-macam background. Mereka menerima berbagai jenis pekerjaan seperti memanipulasi data, membuat virus, dan mengintai. Jadi untuk memudahkan pekerjaan mereka, mereka membuat program all eyes. Sebenarnya itu hanya sebutan untuk kamera-kamera CCTV yang mereka pasang di berbagai tempat." Papar Jooheon.

["Tapi jelas virus ciptaanku lebih hebat."]

Kening Yunho berkerut dalam. Dia tidak memastikan kali ini karena sekarang dia menyadari jika suara itu berasal dari dalam kepalanya.

"Haneul?" Gumamnya.

["Huh? Kau mendengarku?"]

Yunho memutar bola matanya, desahan lepas dari bibirnya yang terbuka sedikit. Bukannya dia tidak menyukai suara Haneul, suara Haneul merdu sama seperti suaranya tentu saja, ehem. Tapi dia tidak terlalu menyukai gaya bicara Haneul yang congkak.

"Maaf bukan apa-apa." Ia berkata sambil mengayunkan tangannya ke kiri dan kanan di depan wajah ketika mendapati Shownu menaruh perhatian padanya dengan kening berkerut.

["Ah, ngomong-ngomong siapa yang memenangkan pertandingan tadi? Kuharap kau tidak membuatku malu dengan kalah. Karena saat aku kembali aku sudah hampir menang darinya."]

Yunho mendiamkan Haneul, mencoba untuk berkonsentrasi pada video yang berputar di layar computer milik Jooheon. Lagipula dia tidak mau mengingat kejadian memalukan tadi. Sama sekali tidak.

"Jadi namja yang memunggungi camera itu yang menjadi bala bantuan untuk Sangjin dan Younghan." Shownu berkomentar setelah ketiga orang di dalam video out tak lagi berbicara.

"Masalahnya sekarang siapa namja itu dan kenapa dia menginginkan Kang Baekho."

Eunhyung ikut buka suara. Di layar video masih berjalan, menunjukkan ketiga namja yang mulai bangkit dari kursinya. Younghan berjalan paling depan diikuti oleh Sangjin lalu namja yang memunggungi kamera. Mata musang Yunho menyipit saat dia melihat layar.

"Apa itu dapat di perbesar?" Tanya Yunho menunjuk ke layar.

"Tentu saja." Jawab Jooheon.

Jooheon menuruti prmintaan Yunho. Tangannya bergerak lincah di keyboard dan juga mousenya.

"Berhenti. Mundur beberapa detik." Pinta Yunho sambil mendekatkan diri pada Jooheon hingga sekarang dia berdiri tepat di belakang kursi yang diduduki oleh Jooheon.

Meski penasaran Jooheon tetap melakukan permintaan Yunho sedikit tersentak saat Yunho setengah berseru padanya.

"STOP."

Yunho menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Meski hanya dari samping dan agak buram wajah namja itu sekarang terlihat.

"Blesteran?" Gumam Shownu yang tanpa sadar ikut menyipitkan matanya.

"Sepertinya begitu." Sahut Jooheon.

"Dia namja yang aku lihat masuk bersama Sangjin dan juga Baekho. Tapi aku tidak melihatnya saat aku bertemu dengan Sangjin, pamanku dan..." Changkyun berhenti bicara untuk menoleh pada Hyungwon yang masih menutup matanya.

"Ayeong, kakak sepupumu yang ditiduri oleh Hyungwon?" Lanjut Jooheon dengan suara kikikan tertahan.

"Terima kasih sudah memperjalas." Sahut Changkyun keki.

Di layar terlihat Eunhyung memijat pelipisnya namun tidak ada yang menyadari karena Jooheon menggoda Changkyun yang memilih diam. Shownu dan Yunho masih terfokus pandangannya pada layar dan Hyungwon dengan alam mimpinya.

Yunho memiringkan kepalanya, dia merasa familiar dengan wajah namja yang kini mendominasi tampilan layar computer.

"Aku merasa pernah melihatnya tapi di mana dan kapan aku tidak ingat." Gumamnya.

["Nado."]

"Siapapun dia. Kita memiliki petunjuk jika dia juga anggota mafia. Dari cara bicaranya aku berpikir mungkin dia adalah pimpinannya. Kalau dia memang menarik Baekho dalam kelompoknya, sekarang aku berpikir untuk menjalankan rencana penangkapan Baekho lebih cepat."

Eunhyung mulai berbicara, mengembalikan mereka pada jalur percakapan yang seharusnya.

"Jadi anda berniat untuk menjalankannya? Bukankah anda mengatakan jika rencana yang anda susun belum sempurna?" Shownu menanggapi.

"Well," Eunhyung menyesap kopinya. "Kita harus bergerak sebelum pimpinan mafia itu menjalankan niatnya. Apapun niatannya itu pasti berakibat buruk untuk kita semua."

"Caranya?" Jooheon bertanya penuh perhatian.

"Menciptakan umpan baru yang kemungkinan menarik Baekho keluar lebih sedikit. Atau..." Ada kesunyian sejenak sebelum Eunhyung melanjutkan, terlihat ragu. "Memberi umpan lama yang pernah kita lemparkan karena ketidaksengajaan."

Changkyun mengangkat boneka putih besar pemberian Joohoen tadi, menatapnya dalam diam seolah sedang berbicara kepada boneka itu. Jooheon bilang boneka itu didapat dari permainan mesin capit tapi bokena itu terlalu lembut di tangannya, bulu-bulu pendeknya sangat halus dan juga ukurannya sebesar bantal. Changkyun tidak pernah melihat boneka sebesar itu di mesin penjapit. Dia lalu memeluknya dan menjadikan boneka itu sebagai bantalan kepala.

"Umpan lama? / Umpan baru?" Kata Jooheon dan Shownu nyaris bersamaan.

Changkyun mengangkat kepalanya namun tangannya masih memeluk boneka itu di atas pangkuannya, menatap satu persatu orang yang ada di dalam ruangan itu dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.

"Naya. / (It's me.)" Ucapnya dengan suara yang lirih namun tetap dapat di dengar oleh semua orang yang ada di dalam ruangan itu.

"Aku pernah menjadi target pengejaran mereka saat aku menyusup masuk ke markas mereka."

Changkyun bicara saat yang lain menatapnya dengan tatapan terkejut, termasuk Hyungwon yang tadi tidur. Dia kemudian menurunkan boneka dari pangkuannya, mengeluarkan sebuah USB dari saku celananya. Meletakkanya di atas meja computer Jooheon.

"Di sini." Changkyun mengetuk USB kecil itu dengan jari telunjuknya. "Berisi alamat-alamat di mana Sangjin menyimpan persediaan senjata rakitan, kokain dan tempat perjudian illegal yang secara diam-diam masih dia kelola secara pribadi. Tuan Lee sudah menerima data ini. Hanya kalian yang belum."

Changkyun kemudian menjauhkan tangannya dari USB, mengarahkan matanya untuk memandang tapi tidak jelas siapa atau apa yang dia pandang.

"Sebagai seseorang yang memiliki citra bersih di mata public saat ini dia pasti masih mencariku, karena data yang aku curi ini. Karena itu aku bersedia untuk menjadi umpan segar untuk memancingnya."

Jooheon kemudian menyambar USB itu dan segera memasangkannya di computer.

"Unggah data." Perintahnya pada computer setelah USB itu menancap sempurna.

Ada sedikit pancaran tidak sabar di suaranya ketika Jooheon memberi perintah pada program komputernya.

"Orang-orang yang mengejar Changkyun di bangkai kereta api adalah anak buah pribadi Sangjin dan Baekho sebagai pimpinan mereka. Aku mengetahuinya setelah melakukan penyelidikan ulang. Seperti yang kalian dengar dari Changkyun, aku dan dia sudah berunding sebelumnya dan dia setuju untuk menjadi umpan. Tapi aku akan bertanya pendapat kalian terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan."

Shownu bangkit dari atas tempat tidur. "Resiko yang ditanggung Changkyun saat ini sudah cukup berat. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan Younghan padanya jika tahu Changkyun." Dia menekankan. "Anak satu-satunya bergabung dengan organisasi untuk melawannya. Dan sekarang anda berniat menjadikannya umpan hidup?"

Eunhyung menghela nafas. Menjadikan salah satu anggota menjadi umpan juga bukan keputusan yang mudah untuknya terlebih dia sudah mengenal Changkyun untuk waktu yang lama. Keputusan itupun juga tidak mudah untuknya.

"Kalian akan memberunding setelah ini." Eunhyung memutuskan untuk menghentikan ketegangan diantara mereka, mengambil sebuaah clipboard dari samping kanannya. "Data yang diperoleh Changkun dari computer kerja Younghan berisi data diri dari orang-orang yang berpotensi untuk maju ke pemilihan anggota parlemen. Juga berisi jadwal janji dengan rekanannya. Hal ini aku yang akan mengurusnya."

Dia membalikkan kertas yang ada di clipboard. "Nomor-nomor kontak yang di peroleh Hyungwon dari ponsel Ayeong memiliki nomor orang penting lebih sedikit dari yang aku duga. Jooheon sudah memindai semua percakapan yang terjadi antara nomor-nomor itu dengan Ayeong. Kebanyakan berbentuk percakapan telfon. Ada dua nomor yang secara berkala, bisa dikatakan rutin menghubungi Ayeong. Satu nomor seorang DJ bernama Ajax dan yang satu adalah seorang pengacara bernama Park Bogum pada pukul 9 pagi di restoran hotel. Aku ingin Hyungwon membuntutinya lagi dan mencari tahu kenapa dia perlu bertemu seorang pengacara sepagi itu. Lalu Shownu, aku ingin kau menyelesaikan penyelidikan tentang berkas itu secepatnya. Kita membutuhkannya."

"Oh ya satu lagi." Eunhyung menyisihkan clipboard. "Besok team penyelidik kasus Kijong akan mendatangi Yoo Eunho untuk melakukan interogasi. Aku sudah menyiapkan scenario yang harus Yunho hapal pada Jooheon."

"Sedang dalam proses mengunduh." Jooheon menginformassikan.

"Baiklah. Aku rasa pembicaraan kita cukup sampai di sini. Kalian berdiskusilah tapi aku menginginkan kabar sebelum 24jam. Selamat malam untuk kalian semua. Selamat beristirahat."

PATSS

Dan layar computer menjadi gelap untuk beberapa detik kemudian berganti dengan panel yang bersisi seperti percakapan dalam bentuk sandi, bergerak cepat ke atas dan berulang-ulang.

Selama beberapa menit hanya hening yang menyelimuti mereka, seakan suara mereka diambil oleh sesuatu yang tidak tampak wujudnya. Jooheon terlihat hendak bicara namun segera menutup bibirnya lagi, mengulum ludah saat dia sadar tidak menemukan kata yang pas untuk diucapkan. Sementara di kepala Yunho, dia mendengar suara umpatan yang berasal dari Haneul. Bagaimana suara namja yang bersemayam di kepalanya itu mengutuk Eunhyung dan berniat membunuhnya. Yunho merasakan kemarahan yang dirasakan oleh Haneul.

Yunho mengenal mereka smeua belum terlalu lama, bahkan sebenarnya tidak mengenal mereka secara personal kecuali nama mereka dan fakta bahwa dia menjadi bagian dari team yang dibentuk oleh Eunhyung. Jadi dia tidak tahu harus mengeluarkan kalimat yang seperti apa untuk memecah ketegangan yang makin menyesakkan.

"Jadi..."

Yunho menoleh pada suara malas milik Hyungwon. Suara itu terdengar malas dan Hyungwon berbicara tidak cukup keras tapi suara malasnya itu menjadi suara yang paling keras dari semua bunyi-bunyian yang ada di dalam ruangan itu. Suaranya mengalahkan gemeretak persendian tangan Shownu yang mengepal dan juga bunyi notofikasi yang dikeluarkan oleh peralatan elektronik Jooheon. Yunho merasa lega ada yang berinisiatif untuk memecah ketegangan tapi dia juga was-was dengan lanjutan kalimat Hyungwon. Pasalnya wajah namja itu terlihat kaku, tanpa ekspresi yang berarti tapi matanya mengatakan hal lain.

"Kapan kau membicarakan hal ini pada Tuan Lee?" Tanyanya.

"Kemarin." Jawab Changkyun singkat.

"Dan kau tidak memberitahuku sama sekali? Aku hyung-mu kau ingat itu?" Shownu menambahi.

Yunho masih menahan diri untuk tidak ikut campur dalam perdebatan mereka dan memperhatikan.

"Karena aku tahu baik hyung dan yang lainnya tidak akan setuju."

Nada bicara Changkyun meninggi. Dia berpaling, mencengkram kepalanya.

"Aku tahu aku menjadi yang paling lemah di antara kalian semua. Aku tidak punya fisik yang kuat seperti Shownu hyung dan juga Hyungwon hyung. Aku-"Manik mata Changkyun mulai tidak focus, bergerak liar ke sana kemari. "Aku juga tidak sehebat Jooheon dalam hal computer. Aku merasa kalau aku hanya tambahan di dalam kelompok ini. Aku ingin membuktikan pada diriku sendiri kalau aku berhak ada di sini. Bukan sebagai tambahan tapi sebagai diriku."

_____

"Tuan Im, baru saja saya mendapat laporan jika besok artikel tentang kegiatan social yang kita lakukan di panti asuhan akan dirilis dan menjadi headline untuk surat kabar. Dan akan tayang secara ekslusif di acara berita pagi pada pukul 10." Kata Sangjin.

"Bagus." Jawab Younghan seraya membubuhkan tanda tangan di berkas yang dibawa oleh Sangjin. "Artikel itu akan berimbas dengan naiknya citra positif bagi partai. Aku dan kau khususnya."

Setelah selesai dia mengembalikan map itu pada Sangjin. Sangjin kemudian membungkuk kecil untuk undur diri. Namun langkahnya terhenti saat Younghan memanggilnya.

"Sangjin-ssi..."

Sangjin menoleh. "Ne, Tuan Im."

"Apakah kau merasa tersinggung karena ucapanku tadi saat makan siang tadi?"

"Anibnida."

Younghan terkekeh saat menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya.

"Aku kecewa. Aku berharap kau sedikit terluka dan berusaha lebih baik dari sekarang."

Sangjin menarik nafas panjang kemudian mengulas senyum samar. "Saya menyadari kesalahan saya. Karena itu saya akan berkerja keras untuk kampanye kita sebentar lagi."

DRRRTTT DRRRTTT

"Kau memiliki pesan masuk." Kata Younghan menunjuk kantong jas Sangjin menggunakan pulpen.

Sangjin mengeluarkan ponselnya dari saku membaca pesan yang masuk.

"Ada masalah?" Tanya Younghan saat melihat Sangjin menatap ponselnya terlalu lama.

"Anibnida, Tuan Im." Sangjin memasukkan ponselnya lagi ke saku jas. "Jika anda sudah tidak memerulakan hal lain dari saya, saya permisi."

Younghan menyetujuinya dengan gerakan tangannya. Begitu Sangjin menutup pintu ruang kerja Younghan, dia mengeluarkan ponselnya lagi, menekan tombol dial lalu menempelkannya di telinga sambil terus berjalan. Sangjin tidak sadar jika dia diawasi oleh Younghan yang berdiri di depan pintu ruangannya.

"Ternyata aku memang tidak seharusnya mempercayaimu secara penuh." Gumamnya sambil terus menatap punggung Sangjin yang kian jauh.

____

"Hai."

Changkyun menoleh dan melihat Yunho berjalan ke arahnya melewati jendela geser menuju beranda.

"Hai hyung." Balas Changkyun mengulas senyum lemah sebentar lalu kembali menngalihkan perhatiannya pada langit malam yang gelap dengan gedung-gedung tinggi menjulang di bawahnya.

"Coklat?" Tawar Yunho, mengulurkan sebatang coklat pada Changkyun.

Changkyun memandangi coklat di tangan Yunho. "Ini milik Jooheon hyung 'kan?"

"Molla." Yunho mengangkat bahunya. "Aku asal ambil dari kulkas."

Meski sekilas Yunho mendengar Changkyun tertawa lalu mengambil coklat dari tangan Yunho dan mengucapkan terima kasih. Yunho ikut menikmati pemandangan malam kota yang masih menunjukkan geliatnya dan Changkyun menikmatinya sambil makan coklat.

["Katakan padanya."]

Perintah suara Haneul.

Yunho menghela nafas panjang menoleh pada Changkyun siap untuk bicara namun bibirnya mengatup lagi saat Changkyun mendahuluinya.

"Hyung..." Panggil Changkyun dengan mata tetap tertuju ke depan.

"Hm?"

"Apa menurutmu aku mengambil keputusan yang egois?" dia melanjukan ucapannya.

"Well," Yunho memilah kata-kata yang akan dia ucapkan. "Aku tidak dapat mengatakan tidak. Aku mengenal kalian belum lama tapi setidaknya aku sedikit paham perasaan Shownu yang ingin melindungimu. Sekedar informasi aku juga punya seorang adik. Dia... "

"Jung Changmin. Sekarang menduduki posisi CEO Jung Industries mengantikanmu." Sela Changkyun.

Bibir Yunho terbuka untuk beberapa saat, kaget.

"Kami semua tahu informasi pribadimu termasuk kasus yang melibatkan Haneul hyung." Sambung Changkyun.

"Wow, kau, err kalian sungguh membuatku kagum sekaligus takut."

Changkyun terkekeh.

"Yah, tapi karena kau sudah tahu jadi akan lebih mudah bagiku mengatakan ini padamu. Sebagai seorang kakak aku yakin Shownu ingin melindungimu sekuat tenaga. Jika Changmin yang berada di posisimu mungkin aku juga akan bereaksi sama sepertinya. Marah dan kecewa. Aku akan berpikir kalau aku tidak dapat diandalkan sampai dia membuat keputusan sendiri tanpa berbagi dulu denganku."

Untuk sesaat tidak ada yang bicara di antara mereka.

"Tapi," Yunho memandang jauh ke depan. "Baik Changmin atau kau sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan sendiri."

Changkyun menatap Yunho meski namja itu masih memandang ke depan.

"Kau tahu resiko terburuknya. Kau sudah mempertimbangkannya. Mungkin ini proses pendewasaanmu."

Ketika Yunho menoleh, dia sedikit jengah dengan tatapan mata Changkyun yang tertuju lurus padanya. Dan saat dia berusaha menemukan kata-katanya yang tiba-tiba menguap dia mendengar suara Haneul bergema dengan sangat keras disertai dengingan di telinga.

["Let me talk to him."]

Kesadarannya pun perlahan menipis lalu menghilang.

"H-Hyung..."

Changkyun mengulurkan kedua tangan saat dia melihat Yunho tiba-tiba saja limbung. Lalu dia terkesiap saat dia merasakan dua benda panjang melingkari tubuhnya. Changkyun berontak, mencoba mendorong tubuh Yunho namun tenaganya tidak cukup unuk melawan tenaga namja tan itu.

"Don't move." Perintah Haneul.

"Ha-"

"Maj-a, naya." Ucapnya memotong kalimat Changkyun.

Perlahan tangan Changkyun yang mencoba mendorong Haneul turun, namun dia tidak membalas pelukan Haneul. Dia hanya diam dan merasakan hangatnya pelukan Haneul yang erat seolah berniat meremukan tubuhnya.

"Aku akan melindungimu apapun yang terjadi." Ucap Haneul "Both of you."

Kalimat terakhirnya dia ucapkan dalam hati yang dia yakini di dengar oleh Yunho juga.

"Thanks, hyung."

Sementara di dlaam ruangan tengah ada tiga pasang mata menyaksikan adegan pelukan kedua insan yang lupa pada dunia sekitarnya.

"What the-"

Jooheon siap merangsek untuk memisahkan pelukan keduanya tapi gerakannya dihalangi oleh Shownu dan Hyungwon. Dua lawan satu jelas dia tidak dapat menang dan hanya bergerak di tempat. Menendang udara kosong di depannya dengan perasaan cemburu dan marah.

"Aku baru sadar Haneul sangat suka dengan skinships." Ucap Hyungwon saat dia menahan bahu Jooheon agar namja itu tidak lari.

Mendengar pernyataan Hyungwon, aksi meronta Jooheon mengendur. Dia menoleh ke arah Hyungwon memandangnya dengan tatapan meminta penjelasan. Merasa namja bermata sipit itu sudah cukup tenang Shownu dan Hyungwon melepaskan tangan mereka dari badan Jooheon.

"Di sport center tadi. Dia mencium pipi Kihyun." Lanjutnya dengan putaran bola mata mengantuk.

"Mwo?" Jooheon menggeleng. "I mean- why?"

"Untuk membuat Jaejoong cemburu." Hyungwon menjawab.

Mulut Jooheon terbuka lebar, selebar-lebarnya.

"Tapi dia tidak tahu kalau aku juga mencium Jaejoong." Celetuk Shownu.

"MWO?!" Pekik Hyungwon dan Jooheon bersamaan.

Kini ada dua mulut terbuka lebar menghadap ke arah Shownu yang mengedikkan bahu santai.

____

-TBC-

____

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

409K 5.5K 28
Emmett loves to be a rebel. He skips school to hang out, drink, and smoke with his two friends when suddenly he and his best friend are cornered and...
156K 5.6K 26
فيصل بحده وعصبيه نطق: ان ماخذيتك وربيتك ماكون ولد محمد الوجد ببرود وعناد : ان مارفضتك ماكون بنت تركي !
37.4K 66 14
🤍 if u're not interested, don't report, just dont read!! 🤍
128K 1.6K 51
𝐈𝐭𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐟𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐝𝐚𝐲 𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐭𝐨 𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥 , 𝐀𝐚𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡 𝐢𝐬 𝐧𝐨𝐰 𝐢𝐧 𝟏𝟎𝐭𝐡 𝐠𝐫𝐚𝐝𝐞, 𝐰𝐡𝐢𝐥𝐞 𝐬𝐡𝐞𝐬 𝐭𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐬𝐡...