BLE MOU ✓

By Si_MiyuKi

268K 23K 711

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... More

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[13] Comfortable

7.3K 662 12
By Si_MiyuKi


Masih manis-manis 😜

______________________________________

Davion membawa matenya kembali ke kamar untuk beristirahat. Ia tidak mau gadis itu terlalu tertekan setelah baru saja sembuh. Ia merasakan matenya mengeratkan pelukannya ketika mereka berpapasan dengan Ravel dan Ancelin. Sepertinya mereka akan pergi ke suatu tempat.

"Oh, hai!" Heboh Ancelin. Ravel reflek menyikut lengan kembarannya. Celin seperti tak tahu situasi. Suaranya yang seperti itu membuat Elle terkejut dan ketakutan. Davion sempat merasakan tubuh kecil matenya sedikit terlonjak. Dan secara naluri ia menenangkan matenya, mengelus punggung itu dengan tangannya.

Davion sedikit mengangkat tubuh Elle untuk membenarkan letak gendongannya, yang sepertinya disalah artikan oleh gadis itu. Elle mengeratkan lilitan tangannya pada leher Davion karena ia mengira pria itu akan melepaskannya. Dan itu terlihat menggemaskan bagi Davion. Ia terkekeh ketika mendengar erangan protes dari bibir matenya.

"Kalian mau kemana?" tanyanya. Mengalihkan atensinya pada kedua adiknya.

"Menghadiri acara perayaan ulangtahun teman kami. Aku dengar kau juga mendapat undangan." Davion mengangguk-angguk mengerti. Undangan dari gadis itu ya. Salah satu teman Ancelin yang terkenal genit itu? Queenbee, huh? Tipe gadis yang paling ia hindari.

"Sampaikan salamku padanya. Katakan aku sibuk dan tidak bisa hadir," ucapnya dan mulai berbalik melanjutkan langkahnya yang tertunda. Sedangkan kedua adiknya hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum geli.

Sampai di kamarnya, Davion berniat merebahkan tubuh matenya ke kasur lalu mengambil kain dan air untuk membersihkan tubuh matenya. Tapi ternyata gadis itu masih terus ingin menempel pada tubuhnya, ia kira gadis itu sudah tertidur tadi.

Tersenyum geli ketika mendengar rengekan protes dari bibir matenya. "Aku akan mengambil kain sebentar. Kau belum mandi sejak kemarin," ucap Davion ketika pelukan mereka sedikit merenggang. Ia menghela napas saat mata bening itu mulai berkaca-kaca. Davion kembali memeluknya, dan tubuh mungil itu langsung merespon dengan balas memeluknya dengan sangat erat.

Davion kembali berdiri dan menuju kamar mandi, membawa serta gadisnya. Ia masih terlalu khawatir jika ia harus menyerahkan matenya pada omega. Ia ingin dirinya sendiri yang merawat matenya, tentunya dengan dukungan dari dokter pack pribadinya.

Pria itu mendudukkan matenya di atas closet. Gadis itu hanya mengamati semua yang dilakukan Davion seraya terus menggenggam tangan pria itu. Seakan gadis itu takut Davion akan meninggalkannya lagi di tempat asing ini.

"Sekarang kau harus membersihkan diri,"

"buka pakaianmu," lanjut Davion sambil melepaskan satu-persatu kancing piyama yang dikenakan gadis itu. Tanpa protes Elle menuruti semua yang dilakukan oleh pria itu padanya.

Lain halnya dengan Elle, Davion mati-matian menahan Remus yang mulai menggila ketika melihat kulit putih mulus itu, juga leher jenjangnya yang terlihat nikmat. Elle sedikit tersentak ketika mendengar geraman dari mulut Davion.

Mengikuti instingnya, Elle langsung memeluk tubuh besar Davion di hadapannya. Dadanya terasa bergetar karena geraman itu masih terdengar, bahkan semakin jelas ketika tubuh mereka bersentuhan.

"Sebaiknya kita selesaikan ini segera," ucap Davion terlampau cepat. Ia melepas pelukan itu dengan sedikit tak rela dan mengambil wadah berisi air hangat beserta handuknya. Ia mulai mengusapkan handuk itu di atas permukaan kulit Elle dengan sangat hati-hati. Elle terus diam, tatapannya tak pernah beralih dari wajah matenya. Lacey bahkan terus saja memuja betapa beruntungnya mereka memiliki mate seperti pria itu.

Setelah selesai, mereka keluar kamar mandi. Davion membantu Elle mengganti pakaiannya, bahkan pakaian dalamnya. Entah mengapa, melihat Elle telanjang dalam keadaan tak sadar lebih menggoda daripada ketika gadis itu sadar.

Davion menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang terus bergaung di kepalanya. Didukung dengan Remus yang terus mengirimkan pikiran-pikiran yang semakin membuatnya pusing. Hasratnya yang memuncak membuat kepalanya semakin pening.

'Sialan kau Remus!' geramnya. Dan Remus hanya menggonggongkan tawanya.

***

Beberapa hari Davion selalu menuntun Elle agar bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Gadis itu sering takut bila bertemu dengan orang baru, termasuk pada laki-laki. Awal yang cukup baik ketika ia mengenalkannya pada kedua orangtuanya yang baru saja datang hari itu. Elle sudah mulai terlihat lebih berani. Gadis itu akan membalas setiap pertanyaan maupun obrolan yang ditujukan untuknya meskipun hanya seadanya dan lebih terdengar seperti gumaman. Meski begitu, Elle sering tersenyum atau tertawa kecil ketika seseorang mengajaknya bercanda dan menghiburnya. Bahkan ketika mereka hanya berdua, Elle sering tertawa lepas saat Davion menggodanya. Itu adalah kemajuan yang cukup pesat. Ia tak perlu melihat Elle yang terlihat ketakutan lagi setiap saat dan melihat gadis itu terus mengikutinya seperti anak ayam.

"Kau yakin?" tanya Davion pada Ravel. Mereka berdua serta Betanya berada dalam satu ruangan untuk membahas sesuatu.

Ravel mengangguk yakin, "Aku yakin, aku bisa mengatasi masalah seperti ini. Anggap saja latihan untukku. Kau cukup mengawasiku saja seperti biasa," ujarnya. Davion mengangguk paham.

Atensinya beralih pada betanya, "Dan kau, jangan lupa untuk mengatasi masalah yang jadi bagianmu. Jika keadaan sudah mendesak, aku akan turun langsung." Regan mematuhinya. Setelahnya mereka hanya berbincang-bincang ringan, masih sesekali membahas pekerjaan mereka.

Tiba-tiba saja penciuman Davion merasakan aroma matenya berada dekat dengan tempatnya. Pendengarannya yang tajam juga menangkap suara bisikan dari seseorang di depan pintu ruangannya. Ia tersenyum geli. Sepertinya gadis itu telah bangun dan mungkin sedang mencari dirinya.

Dan baru saja ia berpikiran demikian, suara pintu yang diketuk mengalihkan perhatian ketiga pria di sana. Regan yang sedang membaca beberapa berkas dengan Ravel disampingnya.

'Alpha, Nona ingin menemui Anda.' Seorang omega berbicara dari luar ruangan. Davion menyuruh omega itu untuk mempersilahkan matenya masuk.

Senyumnya semakin mengembang ketika melihat Elle berdiri di ambang pintu sambil menatapnya, kemudian langsung menunduk dalam ketika menyadari ada orang lain di ruangan itu.

"Kemari." Gadis itu sedikit mendongak ketika mendengar suara seseorang yang sejak tadi dicarinya. Ia berjalan dengan canggung. Menyadari itu, Davion memindlink Ravel dan Regan untuk tidak menatap matenya. Dan sontak saja kedua pria itu menyadari perbuatan mereka dan melanjutkan aktivitasnya.

Davion terus mengkode matenya agar mendekat. Gadis itu berlari layaknya anak kecil dan langsung memeluknya yang masih terduduk di kursi kerjanya. Kedua tangan besarnya menghela tubuh gadis itu agar duduk di atas pangkuannya. Ia terkekeh ketika mendengar pekikan kecil dari mulut manis itu.

"Kau sudah memakan makan siangmu, hm?" tanyanya seraya merapikan anak rambut di sekitar dahi gadis itu. Elle mengangguk cepat. Kemudian kembali memeluk tubuh matenya, menyurukkan wajahnya ke leher Davion untuk menghirup dalam-dalam aroma memabukkan yang sangat disukainya.

Ravel mendekat ke arahnya. Pria itu menetralkan suaranya sebelum berbicara, "Kak, sepertinya masih ada beberapa berkas yang harus kau lihat lagi." Davion mengangguk paham dan mempersilahkan Ravel untuk mengambil berkas di ruang kerjanya sendiri.

Ia menoleh pada Regan yang masih berkutat dengan beberapa laporan yang diterimanya. "Bagaimana keadaan di wilayah timur?"

Regan mengangkat wajahnya, "Saat ini masih belum ada tanda-tanda kemunculan mereka, Alpha. Saya telah memerintahkan beberapa warrior terbaik untuk mengawasi daerah itu," jelasnya.

"Dan tolong perintahkan Delta Caton untuk lebih mengawasi kinerja mereka. Warrior disini akan dipegang oleh Delta Ace."

"Baik Alpha, akan saya laksanakan." Davion menggumamkan kata 'bagus' dan perhatiannya kembali pada matenya yang masih meringkuk dalam pelukannya.

Ia menunduk, "Kau mau berjalan-jalan?" Elle menggeleng pelan. Dia masih sedikit segan untuk bertemu dengan orang-orang di luar sana.

Keadaan kembali hening. Masih menunggu Ravel yang belum juga kembali, Davion terus mengajak matenya bicara. Ia sempat mengenalkan Regan pada Elle, tapi reaksi gadis itu selalu sama jika bertemu dengan pria asing. Tubuh matenya semakin mendesak ke dalam pelukannya. Terlihat tenggelam dalam lingkupan tubuh besarnya.

Ravel kembali dengan beberapa berkas di tangannya. Kemudian menyerahkan itu padanya. Dahinya mengerut ketika membaca deretan tulisan disana. Ia kembali menatap adiknya, "Untuk yang satu ini aku akan meminta watcher kepercayaanku untuk membantumu. Dia pernah menangani kasus yang sama seperti ini. Atau kalau kau mau aku yang akan membantumu," ucapnya seraya membuka berkas lainnya.

"Oh, tidak perlu. Aku hanya butuh kau memanggilkan salah satu atau beberapa watcher-mu," jawab Ravel langsung.

"Baiklah. Dan beritahukan padaku jika masalah ini sudah selesai. Aku ingin mengajakmu merekrut beberapa schouts untuk menjadi warrior inti." Mendengar itu Ravel langsung berbinar. Dengan antusias ia menerimanya.

Setiap tahunnya memang selalu diadakan perekrutan beberapa schouts untuk ditunjuk menjadi warrior inti. Mereka akan dipilih dan diawasi perkembangannya secara langsung oleh sang Alpha. Para schouts terpilih akan ditempatkan dalam posisi yang sesuai dengan level kekuatan mereka. Guards, penjaga perbatasan, were-police, dan masih ada beberapa penempatan lagi. Bahkan terkadang Delta maupun Ceta akan dipilih dari anggota warrior inti itu.

Davion beranjak dari posisinya sembari menurunkan gadis di atas pangkuannya. "Aku akan keluar, panggil aku datang jika kalian membutuhkanku lagi." Setelah mendapat balasan dari kedua pria yang masih serius dengan urusan mereka, Davion mengajak matenya untuk keluar dan berjalan-jalan, meskipun Elle masih tak mau. Gadis itu masih harus lebih banyak beradaptasi di lingkugan mereka.

Alpha itu tak mau jika rakyatnya tidak mengenali Luna mereka sendiri hanya karena gadis itu yang tak mau keluar. Ia sebisa mungkin akan selalu menemani dan menjaga Elle jika gadis itu akan keluar. Atau setidaknya beberapa orang kepercayaannya harus berada di dekatnya. Davion masih meragukan mereka sudah tak lagi mengganggu kehidupan matenya.

***
TBC.

A.N
*Schouts (warrior junior)
*Watcher (manusia yang menjadi tangan kanan seorang werewolf)
*Guards (penjaga anggota inti kerajaan)

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 84.7K 58
[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjadi penerus kerajaan Demon, King of Demon...
3M 440K 76
Perjodohan Tilly dan Aiden adalah monokrom, bak air tenang hingga Julian datang. Tiba-tiba membuat Aiden mengusulkan proposal perceraian. Tilly dimab...
63.1K 6.2K 38
[FOLLOW SEBELUM BACA !!!!!!!] ------------------------------------------- Vanessa adalah wanita yang cantik, berkulit putih dengan rambut ikalnya yan...
447K 20.8K 77
Highest Rank : 🌟#1in WEREWOLF(21-05-2018)🌟 🌟#1in THE ROYAL (16-06-2020)🌟 #2 in WEREWOLF(14-05-2018) #3 in WEREWOLF(16-05-2018) FOLLOW SBLM MEMB...