Kakak • lrh

By ohsnapitshood

2K 490 164

"Kakak?" "Kakak kenapa harus pergi jauh?" "Kalo kakak pergi jauh, aku mau ikut, mau sama kakak... Kakak disin... More

Special thanks!
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Kaka🍒
Luke
Kaka-kakak🍒
Kaka
Luke
Jack
Jack
Ben
Kaka
Luke
Jack
Ben
Jack
Kaka
Calum
Calum
Calum
Kaka
Kaka
Luke
Luke
Jack
Kaka
Jack
Luke
Kaka
Calum
Jack
Jack
Calum
Jack
Calum

Luke

21 7 0
By ohsnapitshood

"Ka? Eh, kok bengong?"

Gue mengguncang pelan lengan Kaka; yang sejak selesai belajar tadi tiba tiba cuma ngemut dot sambil bengong.

"Mm?" Ia menoleh; pandangan matanya tidak lagi kosong. "Sebenernya tadi di sekolah aku kelepasan, ngomong kalo aku masih ngedot."

Gue mengusap rambutnya, berusaha mencoba membuatnya mengantuk; karena besok dia ingin gue bereksperimen dengan rambut dan kunciran minnienya, jadi besok ia harus bangun lebih pagi.
"Terus? Kata temen temen lo apa?"

"Aku kelepasan ke Ashton aja." Ia menatap gue; masih mengemut dotnya. Lain kali apa gue kasih dot kosong aja, ya? Susunya juga gak diminum, soalnya.

"Oh," angguk gue, masih mengusap rambutnya. "Terus Ashton ngomong apa?"

"Ashton bilang..." ia manyun tiba tiba, entah kenapa. "Ashton bilang, dia juga masih ngedot."

"—belom lepas dari umur 4 tahun." Kaka makin mayun; membuat gue lantas tertawa. Ada ada aja.

"Ashton aja boleh gak lepas dari dot, masa aku harus lepas?" Ia menatap gue, masih manyun; tentu saja.

"Karena lo udah gede." Gue menjawil hidungnya gemas. "Udah ayo, tidur, Ka. Udah malem, ah."

"Baru jam setengah sembilan, kak—"

"Ih, Kaka masih ngedot! Bilangin temen temen, ah!" Ledek Jack; yang baru aja selesai mandi. "Anak bayi!"

"Daripada om, takut sama keong!" Ledek Kaka balik.

"Daripada jadi bayi?"

"Daripada takut megang kepalanya ikan lohan?"

"Udah, makanya, tidur yuk, daripada digangguin Jack terus." Gak pakai lama, gue langsung mematikan lampu; menyisakan lampu baca di tempat Ben dan Jack.

Argumen Kaka dan Jack lantas berhenti; menyisakan hening diantara kami.

"Kak,"

"Hm?"

"Lusa kan ulangtahunku."

"Mm hmm." Angguk gue; mana mungkin gue lupa? "Lo mau kado apa?"

"Aku mau mintanya sama Tuhan dulu, baru sama kakak.

"Sama Tuhan mau minta apa?" Tanya gue, masih belum berhenti mengusap rambutnya.

"Rahasia."

"Hm?" Gumam gue. "Gue boleh tau nggak?"

"Nggak." Gelengnya. "Kan rahasia."

"Kalo minta nanti, gue boleh nitip, gak?" Tanya gue, menatapnya; meski ia nggak gitu kelihatan, karena lampunya sudah gue matikan.

"Boleh. Kakak mau nitip apa?"

"Bilang sama Dia, gue mau sembuh." Lirih gue. "Bilang gitu aja."

"Kakak gak boleh ambil doaku." Gelengnya, balik menatap gue. "Minta yang lain."

'Gak boleh ambil doaku', katanya?

"Itu yang mau lo minta?" Tanya gue, yang dianggukinya.

"Cuma itu?" Tanya gue, lagi.

Ia mengangguk.
"Kalo aku punya kakak, aku punya semuanya. Aku gak usah minta apa apa lagi, kalo yang itu udah dikasih."

Mata gue perlahan memanas; mendengar apa yang baru saja dikatakannya.

"Om inget gak, aku ulangtahun?" Tanya Kaka lagi; membuat airmata gue akhirnya cuma menggenang di mata. Untunglah.

"Inget." Angguk gue, yang sebenernya gak tau mereka inget apa nggak. "Lo mau minta kado apa sama mereka?"

"Mau minta..." ia menggumam. "Mau minta kucing."

"Kucing?" Tanya gue. "Kan udah punya molly?"

"Tapi aku masih mau kucing." Jawabnya. "Kucing yang kayak punya temen aku, yang bulunya banyak."

"Kalo punya kucing, mau dinamain apa?"

"Hmm..." ia kembali menggumam. "Namanya..."

"—dot." Jawabnya; membuat gue lantas tertawa; suka asal.

"Yaudah, nanti gue bilangin ke mereka, lo mau kucing." Senyum gue. "Sekarang tidur, ayo. Besok jangan susah dibangunin ya."

"—meow." Timpal gue, kemudian menjawil hidunnya. "Ayo, tidur."

"Oke." Angguknya, "Meow."

"Night." Gue mengusap kepalanya. "I love you, boo. Sleep tight."

"Mm hmm." Gumamnya; yang mungkin setengah tidur sekarang. "Waf you."

Gue menerawang langit langit kamar yang sekarang gelap bukan main; kalo gue punya permintaan yang langsung dikabulin, gue juga bakal minta kita sekeluarga idup selamanya, Ka.

Tapi, mungkin nggak?

Pintu kamar perlahan terbuka; memperlihatkan seseorang disana, entah siapa.

"Luke?"

Gue mengernyit, calum?

Dia ngapain?

"Lu ngapain?" bisik gue, berusaha melihatnya dengan jelas tanpa bergerak; takut Kaka bangun. "Tutup yang rapet pintunya, nanti Kaka bangun lagi."

"Numpang wifi." Jawabnya singkat, kemudian duduk di sofa sebelah gue. "Sori ya, kemaren. Gue kelepasan mukul lo."

Bukannya lo emang begitu ya, kalo ribut dikit sama orang?

"Mm hmm." Angguk gue, yang udah tau sifatnya gimana. "Cal?"

"Hm?"

"Kan—"

"Mampus! Mampus, setannya marah! Woy, keluar! Lu ngomong gitunya dari luar aja!"

Gue menoleh; mendapati Ben dan Jack yang kini heboh sendiri; mereka memakai satu earphone, menatap intens layar laptop Jack yang sebesar layar TV. Pasti lanjut nonton.

"Kan kaka lusa ulangtahun." Ujar gue. "Lo ucapin, ya?"

"Hm." Sahutnya. "Berapa tahun? Sembilan?"

"Delapan." Jawab gue, membenarkan sahutannya.

"Dia mau kucing." Sahut gue; karena Ben dan Jack sepertinya masih sibuk sendiri, jadi ada baiknya gue bilang ini sama orang selain mereka; siapa tau gue lupa nantinya. "Buat kado."

"Mm." Jawab Cal; yang entah memang itu itu aja jawabannya, atau dia gak ngedengerin samasekali.

Gue menghela nafas; nanti dia ulangtahun, gue lagi sehat nggak, ya?

Ah, semoga aja.

"Cal?"

"Hm?"

"Gue tidur dulu, ya. Lo nginep aja, jangan pulang, udah malem." Sergah gue, yang gak mau lagi memikirkan soal kesehatan gue sendiri.

"Mm hmm."

Gue perlahan memejamkan mata; semoga besok Kaka gak susah dibangunin.

***

Ngepangin anak anak, seharusnya adalah salah satu hal tersulit selain ngebangunin mereka tidur; tapi kali ini nggak, karena daritadi Kaka diem aja, asik nontonin peppa pig di TV, membuat gue jadi lebih mudah mengepang rambutnya.

Ini... Diapain lagi, ya?

"Ini disilang sama ini, terus ditimpa yang ini."

Gue menoleh; mendapati Mali yang kini tersenyum pada gue.

"Kopi?" Tanyanya, yang gue angguki; membuatnya lantas menaruh gelas yang dibawanya di meja sebelah gue. "Tadinya ini buat Cal, tapi dia udah pergi duluan."

"Thanks, Mal." Senyum gue balik. "Lo jangan potong rambut ya, Ka? Kalo pendek, gue susah ngepangnya nanti."

Rambut Kaka sama dengan rambut Calum dan Mali; hitam. Panjangnya sama dengan rambut Mali. Bedanya, rambut Kaka lurus; nggak bergelombang seperti milik Mali.

Ya, dia juga rambut jadi begitu pasti dipakein sesuatu, sih. Karena aslinya rambut Mali juga lurus.

"Hai, birthday girl!" Sahut Mali, duduk di sofa seberang Kaka. "Mau minta kado apa, nih?"

"Besok, kak Mali." Sergah gue, masih sambil mengepang rambut Kaka; membiarkan Kaka yang masih sibuk dengan peppa pig.

"Iya, besok." Angguk Kaka, mengiyakan apa yang baru saja gue katakan.

"Mending lu keluar aja dari kartu keluarga, Ka. Kakak lu aja gak inget tanggal ulangtahun lu." Cibir Ben, yang beberapa menit lalu baru aja bangun.

"Mending lu mati aja." Sanggah Mali, memukul ben dengan bantal sofa. Mulai.

"Mending lu aja yang mati, Mal."

"Kayaknya mendingan lu aja, sih, Ben."

"Mendingan lu berdua aja."

"Mending lu aja, Jack."

"Ka, gini bagus?" Gue menunjukkan hasil kepangan gue padanya; membuatnya tersenyum lebar, mengangguk setelahnya.

"Bagus, kak!" Angguknya. "Ih, lucu!"

"Bagus, ya?" Senyum gue, yang langsung dianggukinya. "Yaudah, berangkat, Ka. Bukunya udah semua, ya?"

"Udah." Angguknya lagi. "Dah, kakak."

"Dah." Gue memeluknya sesaat. "Jack, berangkat tuh."

"Ayo." Angguknya, yang tumben cepat. "Udah pamit sama Lewi, Ka?"

"Udah, om."

"Yaudah. Gua berangkat, ya?" Jack mengusap rambut gue singkat. "Dah. Kalo ada apa apa telfon gue, ya?"

"Mm hmm." Angguk gue. "Dah, Hati hati."

"I will." Senyumnya; yang lantas keluar dari ruang kamar, menggandeng Kaka menuju tempat parkir.

"Maksud gue layar kaca tuh layarkaca21, bego. Bukan bioskop, ah! Oon lu."

"Lah lu ngomongnya layar kaca; dimana mana juga layar kaca artinya bioskop! Lu yang ngga jelas!"

Gue memasang earphone; karena pertengkaran Ben dan Mali mungkin masih berlangsung lama; setidaknya sampai Mali berangkat kerja.

***

Some days are good, some was just horrible.

Sehabis Kaka berangkat tadi, sakit kepala gue kembali; membuat gue gak bisa ngapa ngapain hari ini. Salah gerak dikit, perut gue pasti ambil alih; gue lagi gak mau kesakitan.

Handphone gue bergetar, menunjukkan nama Jack disana.

"Lew?"

"Hm?" Tanya gue: yang buka mata aja rasanya berat bukan main.

"Kaka dapet kado dari temennya, rumah kelinci gede banget. Temennya ngasih kado sekarang, soalnya besok temennya mau pergi."

"Wow." Senyum gue tipis. "Dia seneng?"

"Seneng banget." Sahutnya. "Tapi belum dibongkar isinya, dia mau buka itu bareng sama lo, katanya."

"Oh..." angguk gue. "Oke..."

"You okay?"

"I'm good." Jawab gue. "Capek aja."

"Istirahat, ya? Pulang nanti mau gue beliin apa?"

"Gak usah beli apa apa." Lirih gue. "Kaka udah makan?"

"Udah, udah. Lo udah makan?"

"Udah..." angguk gue. "Gue mau tidur bentar, ya."

"Oke." Ujarnya. "Istirahat, ya."

"Aight."

"Dah."

"Mm hmm."

Sambungan terputus; membuat gue langsung memejamkan mata.

Semoga nanti bisa main dulu bareng Kaka; kasian kalo dia harus nungguin gue buka kadonya.

Continue Reading

You'll Also Like

139K 5.8K 33
ʜᴇʀ şᴇʏ ꜱᴀʟᴀᴋ ᴋᴀʀᴅᴇşɪᴍɪɴ ʏᴀʟᴀɴıʏʟᴀ ʙᴀşʟᴀᴅı... ꜱɪᴢ: ᴅᴇʟɪᴋᴀɴʟıʏꜱᴀɴ ᴋᴏɴᴜᴍ ᴀᴛᴀʀꜱıɴ!
76.6K 9.6K 13
Yaşadığı mahallenin gözde omegası balet Taehyung, orada göreve yeni başlayan yüzbaşı alfa Jungkook'la ruh eşi çıkar.
278K 22.2K 15
Tek başına bebeğiyle Seule taşınan omega jeon jungkook ve komşusu safkan alfa kim taehyung . Omegaverse! SafkanAlfatae! Omegakook! Text&Düzyazı!
33.5K 1.9K 39
Komşunuz Barış Alper Yılmaz olursa ne mi olur?