Kakak • lrh

ohsnapitshood द्वारा

2K 490 164

"Kakak?" "Kakak kenapa harus pergi jauh?" "Kalo kakak pergi jauh, aku mau ikut, mau sama kakak... Kakak disin... अधिक

Special thanks!
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Kaka
Luke
Luke
Kaka
Kaka🍒
Luke
Kaka-kakak🍒
Kaka
Luke
Jack
Jack
Ben
Kaka
Luke
Luke
Jack
Ben
Jack
Kaka
Calum
Calum
Calum
Kaka
Kaka
Luke
Luke
Jack
Kaka
Jack
Luke
Kaka
Calum
Jack
Jack
Calum
Jack
Calum

Kaka

25 10 2
ohsnapitshood द्वारा

"You're gonna be alright, baby. They find the cure, you'll be fine, i promise you. Bisa jadi, karena diagnosamu keluar lebih cepet dari perkiraan, ini salah. Ya kan?"

Aku mengerjapkan mata; ruangan kak Luke jadi banyak orang. Ada kak Cal, om Jack, bahkan ada kak Mali.

Kenapa, nih?

"Kak?" Sahutku; yang kaget bukan main melihat wajah kak Luke yang penuh dengan airmata.

Kakak kenapa?

"Kakak kenapa—"

"Ka, sama kak Cal dulu, ya?" Tukas kak Mali sembari mengusap kedua matanya, yang sebelumnya juga berkaca.

Aku mengangkat sebelah alis. Kak Luke kenapa nangis? Berantem sama kak Cal, ya? Terus yang menang kak Cal?

"Ayo." Tukas kak Cal, yang langsung menarik tanganku kasar. Ah, aku nggak mau sama kak Cal!

"Cal, jangan ditarik." lirih Kak Luke, menggeleng pelan; setelahnya kembali bersandar pada bantal di belakangnya. "Just... Please be gentle."

"You heard him." Sinis kak Cal, menatapku tajam—entah kenapa. "Ayo, jangan rewel."

"Kak—"

"Kaka, ayo!" Bentak kak Cal, membuatku kemudian tersentak. "Jangan rewel!"

Aku menatap kak Luke sesaat; setelah akhirnya ia hanya tersenyum tipis menatapku, masih dengan airmata di wajahnya.

Kakak... Kakak kenapa?

Kak Luke ada masalah apa?

"Kak," aku menghentakkan tangan berkali kali, berusaha melepaskan diri dari cengkraman kak Cal. "Kak, sakit..."

Ia tidak menggubris perkataanku barusan; kali ini, ia membawaku turun menggunakan lift, dan menarikku ke luar rumah sakit— jauh, sangat jauh dari rumah sakit. Kami di pinggir jalan yang sepi sekarang. Matahari pagi sudah bersinar sejak tadi, harusnya aku ada di sekolah sekarang.

"Denger, ya." Ia menudingku, matanya makin tajam menatapku. "Semua, ini semuanya, itu gara gara lo!"

Aku terdiam, nggak bisa gerak samasekali setelah mendengar teriakan kak Cal barusan.

"Luke sakit, mama ayah bangkrut, semuanya gara gara lo!" Serunya, tepat didepan wajahku. "Seharusnya lo emang ngga usah ada, Ka! Harusnya pas mama hamil lo, gue ngelakuin sesuatu!"

"—biar lo ngga usah lahir!" Teriaknya, kemudian mendorongku sekeras mungkin; membuatku tersungkur jatuh membentur dinding toko.

Kak Luke!

Mau sama kakak...

Kak Cal main tangan lagi, kak... Aku mau sama kak Luke...

"Bangun! Ngga usah manja!" Sergahnya, kali ini menarikku berdiri; kembali mencengkram kedua tanganku.

Tercekat, kali ini mataku panas. Jangan nangis, Ka...

"Puas lo gangguin idup gue?!" Serunya lagi. "Udah puas bikin mama ayah bangkrut, karena harus menuhin semua kebutuhan lo?! Puas lo udah bikin Luke sakit?! Lo mau apalagi abis ini?!"

Setetes, dua tetes airmata kemudian jatuh dari mataku.

"Maaf, kak..." aku nggak berani menatap kak Cal, samasekali.

"Maaf?!" Ia kembali berseru, kali ini ia mencengkram kedua bahuku erat erat. "Maaf lo ngga bisa ngembaliin keadaan, dongo!"

"I'm done with you." Gelengnya, berjalan menjauh dariku. "And your stupid shit! You're a threat to everyone! Lo tau, kan?!"

Aku tidak menjawab; membiarkan kak Cal berjalan makin jauh dariku. Jauh, sangat jauh, sampai kali ini punggungnya nggak terlihat lagi.

'You're a threat to everyone! Lo tau, kan?!'

Aku menyembunyikan wajah ditangkupan kedua tangan, menangis disana. Masa bodo dengan peraturan ngga-boleh-nangis yang dibuatnya, karena sekarang ia juga sedang tidak ada.

'Luke sakit, mama ayah bangkrut, semuanya gara gara lo'

Aku mengangguk; membiarkan semua perkataan kak Cal masuk ke kepalaku.

I know, right!

'Semua, ini semuanya, itu gara gara lo!'

'Puas lo udah bikin Luke sakit?!'

'Harusnya pas mama hamil lo, gue ngelakuin sesuatu, biar lo ngga usah lahir!'

"You should've done something!" Teriakku, entah pada siapa; karena saat ini yang memenuhsesaki kepalaku hanya kata kata kak Cal tadi. "I don't wanna live either! Go on, just feed me to the lion you see— just..."

Aku terduduk lagi; semuanya benar. Semua yang kak Cal bilang, semua yang selalu dia katakan, itu benar.

Salahku, yang terlalu percaya dengan omongan Brendon.

Bahwa aku nggak salah,

Bahwa semua udah jalannya begitu,

Itu semua omong kosong!

"Hey," Nggak pakai lama, aku lantas mencegat seorang laki laki yang kebetulan lewat didepanku— sepertinya kami seumuran. "Do you have a sharp things, or something? You upset? Wanna do something bad without anyone knowing? Look, I don't wanna waste your time, but you gotta help me kill myself."

Ia menoleh; membuatku mengernyitkan dahi dengan segera.

Ashton?

"Kamu pake narkoba, ya?" Sahutnya, nggak kalah heran.

Aku menggeleng.
"Just... Aku tahu kamu benci banget sama aku, dan itu bagus, karena kamu mungkin bisa bunuh aku sekarang."

Ia menggeleng cepat.
"Kamu gila, ya?! Apaan sih, Ka?!"

"Just..." aku merebut kantong belanjaannya— yang berakhir hanya menemukan pisang sebagai benda tertajam di kantong belanjaannya. "Stab me with this; or the sharpest thing you got in your pocket. Just please, kill me!"

"I'm not gonna do that!" Serunya balik. "Kamu kenapa, sih?!"

"Just do it!" Aku menarik jaketnya, masih memaksanya untuk membunuhku dengan apapun yang ia punya.

"Im not going to kill my best friend, what is wrong with you?!" Serunya, sambil mendorongku; membuatku menjauh darinya. Kali ini matanya berkaca. "People wanted to live, and all you wanna do is dead?"

"Because my brother said so!" Seruku nggak kalah keras. "Aku bikin orangtuaku bangkrut, aku bikin kak Luke sakit. Abis itu apalagi?! I don't wanna make another mess!"

"This is serious, Ashton. If you are my best friend, then you have to kill me. Now." Aku menatapnya dalam dalam, meminta dengan sangat.

He have to kill me; karena aku terlalu takut untuk bunuh diri; tentu saja.

"No!" Gelengnya. "Stop being stupid, Kaka! Your brother was just kidding!"

"Dia ngga bercanda!" Teriakku, menggeleng keras keras atas pernyataannya. "He mean it!"

"Then ask your brother to do it!" Sergahnya. "Nobody wants to see you dead! Ibuku bilang bunuh diri itu ngga boleh!"

"Semua orang ngelakuin kesalahan, bukan cuma kamu!" Sambungnya. "Kamu ngga boleh mati cuma gara gara itu!"

Aku terdiam; kalo aku minta kak Cal buat bunuh aku, mungkin dia nggak mikir dua kali.

"I— I thought you hate me..." lirihku; menatapnya heran, kemudian membuang pandangan. Harusnya Ash bisa bunuh aku, kan? Kenapa dia ngga mau?

"K-Kenapa..." aku kembali menatapnya, bingung. "Kenapa kamu nggak mau bunuh aku?"

"I hate you for being a social butterfly and abandoned me alone while you're playing with everybody else, but i don't hate you for being you! Kenapa aku ngga mau bunuh kamu? Itu bukan pertanyaan, Kaka! For God sake, karena kamu temenku!" Sergahnya. "You are the only one, who said that you're decided to be my best friend! Who would do that to their best friend?!"

Aku terdiam; nggak bisa melakukan apa apa, melihat Ashton yang kini wajahnya penuh dengan airmata.

"You cannot die!" Isaknya. "You stupid cunt!"

'Stupid cunt' katanya?!

"Hey, no, Ash..." gelengku, yang merasa jahat karena udah bikin dia nangis. Ashton nggak pernah nangis, bahkan ketika diganggu Bob—teman kami yang badannya besar bukan main—. Tapi sekarang, aku bikin dia nangis. Emang bego kamu, Ka. "G-Gimana kalo kita makan es krim? Aku yang bayar, tapi kamu jangan nangis lagi."

"Ya?" Aku menepuk pundaknya. "Hows that sound? Kita bisa beli mountain dew, kalo kamu mau,"

"—aku janji, ngga akan bilang ibumu!" Gelengku, lagi. "Ya? Tapi kamu jangan nangis, nanti aku ikutan nangis..."

Ia mengangguk.
"We don't have to do that. Just... Just promise me you wouldn't die. Ever."

Aku terdiam; nggak merespon apa yang barusan ia katakan.

Tapi kata kak Cal, semuanya gara gara aku, kan?

Dan itu bener, ya kan?

"Ka," panggil Ashton, meruntuhkan semua pikiranku. "Janji dulu."

"Oke, oke." Anggukku. "Kamu mau... Beli es krim?"

Ashton kembali mengangguk.
"Deket rumah Bailé ada gelato yang enak, cuma harganya agak mahal."

Ia merogoh sakunya, menemukan beberapa koin disana; dan selembar uang kertas.
"Aku cuma punya segini..."

"Aku..." Aku ikut merogoh sakuku; menemukan uang kertas tiga lembar disana. "Ini uang jajan kemaren— uh, masih berlaku kan uangnya? Belom basi?"

"Uang mana bisa basi." Gelengnya, lantas berjalan lebih dulu didepanku. "Kamu kira susu?"

"Ya, bisa aja kan?" Aku berjalan mengikutinya. "Kita patungan aja, ya?"

Ashton mengangguk, mengiyakan ajakanku barusan.
"Oke."

Dalam diam, kami berjalan menyusuri jalan raya yang kini sepi; mungkin orang orang semuanya sudah pergi ke kantor.

Sampai aku sadar, kalau Ashton hari ini nggak sekolah.

***

"Hari ini nenekku datang ke rumah, makanya aku disuruh tinggal dirumah, nggak usah sekolah."

"Oh..." Gumamku, sambil menjilat gelato rasa yoghurt yang kupilih; Ashton rasa choco chips. Kita beli satu scoop gratis satu; jadi ngga ada ruginya tadi patungan. "Tapi kamu pergi belanja?"

"Adekku minta jus, tapi buahnya nggak ada." Gelengnya. "Kamu sendiri, kak Luke gimana?"

"Dia sakit, kata kak Cal..." Aku menghela nafas. "Aku juga ngga tau sakit apa...."

"Menurutmu, Ash," Aku sedikit condong ke depan, kembali menatapnya. "Kak Luke sakit... Gara gara aku?"

Ia mengedikkan bahu.
"Sakit apa dulu?"

Aku menggeleng.
"Aku juga ngga tau. Dia pucat terus..."

"Udahlah, nanti juga sembuh." Ia mengayunkan tangannya pelan. "Kamu aja waktu itu sakit seharian di sekolah terus besoknya udah masuk lagi, kan?"

"Tapi ini beda, Ash." Gelengku, lagi. "Kamu tau kan, waktu kak Luke pingsan? Waktu kita lagi drama itu?"

Ia mengangguk.
"Ya... Dia kan kuliah, Ka. Pasti lebih capek dari kita."

"Ya, kan?" Sambungnya. "Kamu bawain es krim aja buat kakakmu. Kita patungan lagi. Aku masih punya uang."

"Aku juga." Aku kembali merogoh uang sisa di kantongku. "Kak Luke pasti sembuh, kan?"

Ashton mengangguk.
"Pasti."

"Yuk, beliin dia es krim, abis ini?" Ajaknya. "Aku mau cobain punya kamu, dong."

"Nih." Aku memberikan es krimku sebagian. "Habis ini, kamu langsung pulang?"

Ia mengangguk.
"Kalo ngga nanti buahnya layu."

"Bukannya bunga doang yang layu?" Heranku.

"Buah juga bisa, kalo ngga dimasukin kulkas."

"Oh." Anggukku. Ashton emang pinter...

"Besok kamu sekolah, kan?" Tanyanya. "Kelompok IPA mau sama aku, nggak?"

"Tapi kalo maunya sama Brendon juga gak apa apa." Sambungnya. "Aku bisa sama michael."

"Nggak, nggak." Gelengku. "Aku mau sama kamu! Aku mau!"

"Serius?" Ia mengerutkan dahinya. "Terus, Brendon sama siapa?"

"Sama Sarah kali, tau deh." Sergahku. "Yuk, kita sekelompok."

"Oke." Angguknya, tersenyum lebar. "Es krim kamu asem."

"Kan yoghurt." Senyumku. "Nanti pulangnya bareng, ya?"

"Oke." Angguknya lagi.

Hari ini, meski kak Cal marah besar sama aku, ternyata gak begitu buruk; karena aku lihat sisi lain Ashton.

Dia baik juga.

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

84.1K 5.3K 34
Malfoy ve Black iki ezeli rakip ve birbirlerinden nefret eden iki küçük çocuktur. Black'in 4. Sınıfta Harry'nin yerine arayıcı olmasından sonra Malfo...
The 42 kachow द्वारा

फैनफिक्शन

52.1K 7.6K 17
"Bizden ne komşu, ne düşman, ne de arkadaş olur." university & dorm au! ! 15.01.2024
so far away roslyn द्वारा

फैनफिक्शन

38.5K 8.1K 24
kim taehyung, intiharın eşiğindeyken jeon jungkook ile tanışır. agust d - so far away
235K 22.2K 24
Jeon Jungkook, 20 yaşına gelen herkesin dolunay gecesi kurt cinsiyetini ôğrenmesi şerefine düzenlenen baloda, kardeşinin kurt cinsiyetini kutlamaya g...