12 [Sudah Pindah Ke Ican Nove...

By MbakUti

198K 16.5K 1.3K

(Tersedia di play store dan shopee / Versi novel ada di Ican Novel dan Kubaca) Perempuan yang mereka sebut pe... More

Prolog
Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Ff
Gg
Hh
Ii
Jj
Kk
Ll
Mm
Nn
Say Your Wish
Oo
Pp
Rr
Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx
Yy
Zz (END)
Epilog
Extra Chapter
Spin-off 1
Spin-off 2
Alder's favourite food
VVIP Thanks
Vote Cover
OPEN PO
E-book
Saran?

Qq

4.8K 526 26
By MbakUti

"Miss Lova," panggilan itu membuat Lova menoleh.

Mem Cicih terlihat mendekatinya dengan wajah sedikit berkerut. "Bisa bantu saya?"

"Ada apa, mem? Saya siap bantu." Lova langsung menyatakan kesediaannya.

Perempuan paruh baya itu duduk di samping Lova yang sedang mengoreksi tugas murid-muridnya.

"Saya harus pergi 3 hari ke rumah orang tua saya. Ibu saya sakit, miss." Lova langsung mengerti arah pembicaraan ini. "Apa miss Lova bisa menggantikan saya selama 3 hari itu?"

Sesaat Lova menahan napasnya karna terkejut. 3 hari ngajar 10 kelas, sendirian?! Lova yakin bahwa dia akan keteteran.

Tapi menolak mem Cicih yang selalu baik dengannya juga tidak mungkin. Meminta pertolongan dengan empat guru lainnya lebih tidak masuk akal. Mereka pasti memilih untuk pura-pura tidak tau.

"Iya, mem." Lova berucap kemudian. "Saya bakal gantiin ngajar di kelas selama mem gak ada."

Senyuman tercipta dari mem Cicih. "Makasih banyak, miss. Maaf karena saya ngerepotin miss begini."

Ah, gak bakal bisa nolak kalo begini mah. Senyumnya buat inget sama ibu di kampung.

"Gak papa, mem. Cuma ini yang bisa saya bantu."

Toh selama ini, mem Cicih juga melakukannya sendiri sebelum Lova datang ke sekolah itu.

Lova pikir, dia pasti juga bisa melakukannya karena lebih muda dari mem Cicih.

Masa iya anak muda kek gue cepet ngeluh.

Dan terbilang hari ini, setelah mem Cicih pergi di pertengahan jam sekolah, Lova disibukkan dengan mengajar ke semua kelas sembilan.

Untung saja, jadwal mereka tidak bertumburan meskipun Lova tidak punya waktu istirahat.

Lova menghela napas lelah saat harus kembali masuk ke kelas. Kelas terakhir untuk Lova hari ini.

Kelas IX A. Gosipnya murid-murid di dalam kelas itu memiliki kepintaran lebih baik dari kelas-kelas lainnya. Tapi sikap mereka tidak jauh beda dengan kelas yang Lova datangi sebelumnya.

Lova hanya mampu menghendikkan bahunya. Lima kelas yang mem Cicih berikan untuknya memang kelas yang memiliki kelakuan luar biasa tidak baik.

Lova tebak, mem Cicih sengaja memberikannya lima kelas itu karena merasa dia masih muda dan mampu mengontrol anak-anak nakal seperti lima kelas yang di ajarnya.

Mem Cicih tidak salah, bahkan Lova memaklumi. Mem Cicih sudah cukup tua jika harus berhadapan dengan murid yang kelakuannya diluar batas.

Buktinya Lova bisa dengan cukup baik beradaptasi dengan anak-anak yang sering disebut bandel. Hanya cukup memberi mereka ruang untuk berbicara, dan Lova sebagai guru cukup menjadi seorang pendengar.

Anak-anak bahkan lebih leluasa mengutarakan apa yang mereka inginkan pada Lova. Meskipun baru satu bulan lebih mengajar mereka.

Lova mencepol rambutnya untuk bersiap. Menghembuskan napas kuat untuk menyemangati dirinya sendiri.

Lo milih baju cerah banget hari ini, Lov. Muka lo jangan malah sebaliknya. Semangat!

Dengan pasti Lova melangkah. Masuk ke dalam kelas yang semula ribut seperti membuka lapak penjualan di pasar menjadi sunyi seketika.

Lova sudah seperti malaikat pencabut nyawa yang membuat suasana menjadi dingin membeku.

Diletakkan buku yang dibawanya di atas meja guru. Lova menyapu setiap sudut ruang kelas yang cukup padat itu. 35 anak manusia duduk di hadapannya dengan perhatian tertuju tepat ke arahnya.

Sebuah wajah Lova temui. Mata yang berbinar dengan senyuman cerah menyapa Lova yang hanya tersenyum samar. Sangat samar, bahkan Lova sangsi jika bisa terlihat. Dia Alder Reuven.

Benar juga, ada Gilang, Tio dan Dika di kelas itu. Tentu saja Alder sekelas dengan mereka.

"Hanya untuk 3 hari ke depan, saya akan mengajar kelas kalian karena mem Cicih berhalangan mengajar selama itu. Temen-temen kalian memanggil saya miss Lova. Kalian juga boleh memanggil saya begitu. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik, ya." Lova mengembangkan senyuman.

"Ini nih, miss yang selalu dibangga-banggain sama kelas F, G, H, I sama J." Seorang anak perempuan dengan rambut panjang ekor kuda berseloroh riang.

"Iya. Akhirnya ngajar kelas kita juga." Murid perempuan di sampingnya ikut menimpali.

"Ajarin kita-kita ya, Miss. Soalnya bahasa inggris itu payah."

Sorakkan terdengar menyetujui setelah anak perempuan dengan rambut sebahu berceletuk memohon.

"With my pleasure."

Lova menghabiskan waktu yang menyengkan di kelas Alder. Murid yang sering dibilang bandel, nyatanya memberi respon lebih baik dari apa yang Lova pikirkan.

Tak ada harapan apa pun dari Lova saat harus masuk ke kelas berbeda yang untuk pertama kalinya dia mengajar.

Let it flow, everything gonna be okay.

Begitupun dengan kelas yang ternyata anak bernama Alder Reuven berada di dalamnya.

"Will someone help me to bring these books on my desk?" Lova tersenyum jahil ke arah murid-muridnya yang tampak kebingungan. "Hayo! Miss ngomong apa?"

"Saya, Miss." Seorang murid laki-laki mengangkat tangannya ke udara dengan semangat.

Lova menghela. Alder lagi. Anak itu seperti selalu meminta lebih perhatiannya.

Sejak Lova masuk dan memberi pelajaran, Alder selalu mengajukan diri untuk menjawab ataupun membaca kalimat yang Lova berikan.

Tak jarang teman-temannya memberikan sorakkan karena jawaban atau penyebutan yang salah.

"Saya bisa bantu miss bawa buku-bukunya ke meja miss di kantor." Alis Lova terangkat. Cukup tersanjung dengan Alder yang mengerti ucapannya.

Lova tersenyum, mengangguk memberi izin. Alder segera menyandang tasnya dan merapikan buku sambil menunggu Lova menutup kelas mereka hari ini.

"Rumah miss di mana?" Lova menatap ramah anak remaja di sebelahnya.

"Deket sini kok. Kosan di pertigaan depan sana."

"Miss jalan kaki?" Sekolah sudah cukup sepi karena beberapa menit lalu semua kelas sudah bubar. Lova melewatkan waktunya 10 menit karena permintaan murid-murid.

"Biasanya naik angkot. Kadang juga dijemput." Sebisa mungkin Lova menjawab sewajarnya.

"Dijemput siapa? Pacarnya miss, ya?" Alder melihatnya dengan tatapan penasaran.

Lova terkekeh dan dengan gerakkan tangan meminta Alder untuk meletakkan buku-buku tugas di atas mejanya.

Kantor sudah kosong. Hanya petugas kebersihan yang terlihat mulai merapikan ruangan itu. Guru-guru lainnya pasti sudah pulang sejak tadi.

Lova mengacak pelan ujung kepala Alder yang hanya melihatnya. Masih menunggu jawaban.

"Apaan sih? Kepo banget. Anaknya miss udah pinter pacaran apa?" Alder hanya membenarkan letak rambutnya yang sedikit berantakan karena usapan Lova.

"Makasih udah bantu miss, ya. Pulang gih. Miss juga mau pulang."

"Bareng aja ke gerbangnya, miss." Lova hanya tersenyum menyetujui.

Dilihatnya Arnav yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah dengan motor maticnya.

"Miss udah di jemput. Alder pulang pake apa?" Lova benar-benar bertanya. Bagaimanapun, dia harus memastikan jika anak didiknya akan pulang dengan selamat.

Tak ada jawaban dari Alder. Anak itu memperhatikan Arnav yang menunggu dengan duduk di atas motor sambil menunduk terfokus ponselnya.

Kembali melihat Lova yang masih menunggu jawaban. "Itu siapanya, miss?"

Alis Lova bertaut. Masih aje penisirin sama Arnav. Kenape sih ni bocah?

"Kan miss yang tanya Alder duluan. Kok malah balik nanya?"

"Alder bakal bilang pulang naik apa kalo miss jawab dulu pertanyaan Alder. Itu siapanya miss?"

Lova hanya bisa tersenyum dengan keingintahuan muridnya satu ini.

"Itu adiknya miss. Sekolah di SMA samping." Lova akhirnya memberikan jawaban.

"Oh." Alder tiba-tiba tersenyum senang dengan napas lega. "Alder pulang naik sepeda kok, miss."

"Ya udah kalo gitu. Miss duluan, ya. Hati-hati di jalan, nak." Alder hanya mengangguk dengan senyuman.

Lova berjalan menghampiri Arnav yang segera menyuruhnya naik ke atas motor untuk pulang.

Dilihat ke arah gerbang, Alder masih berdiri di sana dengan senyuman cerah khas anak remaja.

Lambaian tangan dari Alder membuat Lova tertawa kecil dan membalas sambil berlalu dibawa laju motor Arnav.

***

Minggu pagi, Lova baru saja keluar dari kamarnya dengan rambut acak-acakan.

Duduk di meja makan sambil memegang segelas air dengan ponsel di tangannya.

Arnav masuk dengan tubuh basah setelah joging. Sesekali Arnav menoleh ke arah belakang dengan wajah bingung.

"Ngeliat apaan sih? Pulang joging jadi kek orang sinting."

"Bener-bener, ya. Gak ada baik-baik gitu ngomong sama adeknya," gerutu Arnav duduk di samping Lova.

"Ya terus lo ngeliatin apaan?"

"Ada bocah naek sepeda, dari mulai gue berangkat joging jam enam tadi, sampe sekarang masih aja ngiter di depan kosan kita."

"Temen lo kali." Lova menghabiskan air di gelasnya.

"Kalo temen gue pasti udah gue suruh masuk kali, bik."

Alis Lova berkerut. Benar juga.

"Bisa jadi murid lo deh, bik." Arnav dan Lova saling tatap.

"Murid gue gak ada yang tau kosan ki...ta." mata Lova membulat, segera berlari ke arah jendela untuk memastikan.

Arnav yang memang penasaran, mengikuti Lova. Mulut gadis itu menganga saat melihat bahwa benar anak itu adalah Alder.

"Kenal?" Arnav segera bertanya setelah melihat perubahan air muka kakaknya.

"Bener itu murid gue, Nav. Ngapain coba pagi-pagi weekend gini ngiterin kosan kita?"

"Meneketehe, mau ketemu lo kali." Lova melihat ke arah Arnav.

"Gue harus gimana?" Arnav hanya menghendikkan bahu. Berlalu mengacuhkan kakaknya yang bingung.

Lova menghela napas kuat. Tidak mungkin Lova terus-terusan di dalam kosannya ini saat weekend.

Lova bahkan harus berbelanja dan memasak untuknya dan Arnav.

Kenapa bingung sih, Lov? Dia cuma murid lo.

Segera Lova mencuci mukanya untuk berbelanja. Sekalian jika bertemu Alder, dia akan menanyakan maksud anak itu bermain sepeda sampai di depan kosannya.

"Miss," panggilan itu langsung terdengar sesaat setelah Lova keluar dari kosannya.

Lova tersenyum. "Mowning." Alder menghampiri dengan sepedanya.

"Ternyata ini beneran kosannya, miss?" suara Alder terdengar sangat bahagia.

Lova menyipitkan matanya. "Kamu ngikutin miss sampe sini, ya?"

Alder menyatukan bibirnya, lalu nyengir pertanda tebakkan Lova benar. "Cuma mau tau aja kosannya miss di mana."

Lova terkekeh. Mengacak rambut Alder yang menunduk dengan wajah malu.

"Miss mau ke mana?"

"Mau belanja."

"Alder ikut, ya?" yang Lova pahami sekarang, anak seumuran Alder memang selalu berekspresi sedikit berlebihan dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

Lihat mata yang berbinar semangat itu. Khas anak remaja yang ingin tau banyak hal.

"Ngapain? Alder juga pagi-pagi ke sini mau apa?" Lova akui bahwa dia sedang menyelidiki maksud anak ini.

"Selain mau mastiin kosannya miss, Alder juga mau minta ajarin PR sama miss." Senyuman manis ditunjukkan anak berumur 15 tahun itu.

"Oh, gitu," Lova menggerakkan kepalanya mengangguk. "Kalo gitu, Alder masuk aja ke kosannya miss, ya. Nunggu missnya di dalem aja. Ada adek miss juga kok. Oke?"

Alder mengangguk semangat. Langsung mengayuh sepedanya ke arah kosan Lova yang hanya tersenyum dan menggeleng.

Arnav yang sudah rapi dan hendak berjalan keluar, berhenti setelah melihat ada anak yang duduk dengan santainya di lantai kosan mereka.

"Eh elo, yang keliling depan kosan gue dari tadi pagi, kan?" Arnav menunjuk memastikan.

Alder nyengir. "Iya, bang. Alder, muridnya miss Lova." Mereka berjabat.

Arnav mengangguk paham. "Miss Lovanya mana?"

"Katanya mau belanja. Gue disuruh nungguin di sini. Mau minta ajarin miss Lova PR, bang." Lagi-lagi Arnav mengangguk.

"Ya udah deh. Lo tunggu aja di sini dengan damai, ya. Bentaran juga miss Lova pulang. Gue pergi dulu."

"Mau ke mana, bang? Gak papa lo ninggalin gue sendirian? Entar ada yang ilang gue lagi disalahin." Alder menahan langkah Arnav.

"Elah, kagak ada apa-apa di sini. Kalo lo mau ngambil sesuatu paling juga baju kotor noh di belakang. Lagian lo udah gede masa iya di culik."

Alder terkekeh mendengar jawaban lucu dari Arnav yang juga tertawa kecil.

"Bilang sama miss Lova, gue gak jomblo jadi weekendnya jalan-jalan sama pacar. Dah ah, bye!"

Arnav berlalu meninggalkan Alder yang tersenyum. Melihat-lihat ke dinding kosan Lova yang banyak tergantung dengan fotonya dan Arnav.

"Arnav bilang gitu ke Alder?" Lova mendengus saat Alder mengangguk sebagai jawaban pertanyaannya.

Alder menceritakan segala yang Arnav katakan padanya. Meski tau bahwa Arnav sangatlah bawel, tapi Lova tidak menyangka adiknya akan memiliki mulut semurah itu.

Bangsul banget si Arnav. Ngomong begituan depan murid gue!

"Miss weekendnya di rumah karena gak punya pacar, ya?"

Lova tertawa aneh setelah mendengar pertanyaan Alder.

"Apaan sih anaknya miss ngomongin pacaran mulu. Udah ah, Arnav itu kurang waras, jadi gitu. Mending kita ngerjain PR aja, yuk."

Setelah hari itu, setiap minggu Alder selalu berkunjung ke kosan Lova. Dengan alasan meminta bantuan Lova untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Atau hanya sekedar ngobrol aneh bersama Arnav yang memiliki sifat supel dan mudah bergaul.

Untuk pertama kalinya, Alder datang ke rumah Lova di malam minggu. Lova sempat sangsi untuk apa Alder datang ke kosannya malam minggu.

Alder berdalih bahwa dia sedang menunggu teman-temannya yang akan melakukan kumpul sebelum ujian tengah semester.

Lova mengajak Alder duduk di depan kosannya. Lova tidak ingin gosip-gosip tidak enak terdengar karena harus berduaan dengan Alder yang notabene muridnya di dalam kosan tanpa Arnav.

"Bang Arnav ke mana, miss?" Alder memulai percakapan.

"Biasalah, anak cowok. Malem minggu pergi sama temen-temennya. Kayak kamu." Lova tersenyum hangat.

"Miss kenapa gak keluar?" Lova melihat ke arah Alder yang bergaya seperti seorang laki-laki yang sudah dewasa.

Tiba-tiba jantung Lova seperti tertekan kuat. Membuat napas Lova sesaat bertahan di tenggorokkan.

Sadar, Lova. Dia murid lo!

Lova menggeleng pelan. Mengusir pikiran aneh yang tiba-tiba muncul di kepalanya.

"Miss punya banyak kerjaan. Harus ngoreksi tugas kalian, kan?"

Alder diam. Menatap lekat ke arah Lova yang membalas.

"Alder sayang sama miss." Lova langsung tertawa mendengar ucapan Alder.

"Iya, miss juga sayang sama Alder," balas Lova setelah tawanya mereda.

"Alder serius, miss." Dilihat Alder dengan senyuman hangat seorang guru pada muridnya.

"Nak, wajar kalo kamu sayang sama miss. Kan miss gurunya Alder. Kalo Alder gak sayang sama miss, entar pelajaran yang miss kasih ke kamu pasti gak bisa kamu terima. Miss seneng kalo murid-murid sayang sama miss."

Lova mengusap pelan kepala belakang Alder sekilas.

"Maksud Alder bukan sayang yang gitu. Alder serius miss." Alder mengulangi ucapannya.

"Sayang itu luas, nak. Levelnya paling tinggi karena gak berbatas. Bisa untuk orang tua ke anak, sesama teman, kakak dan adik, atau bisa juga kayak kamu sebagai murid yang sayang sama miss, guru kamu. Beda dengan cinta, yang hanya untuk satu orang seumur hidup kamu. Biarpun bisa singkat, tapi bakal terus tumbuh menjadi rasa sayang juga, yang gak berbatas itu. Entar kalo Alder udah gede, bakal ngerti deh maksud miss apa."

Lova kembali tersenyum. Namun tiba-tiba tubuhnya menghangat karena sentuhan di tangannya.

Lova langsung menoleh ke arah Alder yang masih melihatnya dengan wajah serius. Tatapan yang Lova tidak yakin dengan maknanya terpancar dari anak remaja itu.

Alder menyentuh punggung tangan Lova. Bukan, itu genggaman.

"Kalo gitu, Alder cinta sama miss Lova."

Lova tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. namun jantungnya sedang berdetak nyaring sampai ke kepalanya.

☕☕☕

Dua ribu lebih 😨😨,  DAEBAK! 😱😱

Kaget juga ini mbak Uti.😳 Makasih buat segala supportnya teman-teman pembaca.😇

Semoga cerita ini bisa menyenangkan hati teman-teman, ya 👆

Selamat membaca, 🤗

See ya🙋

Gak tahan sama cepolannya miss Lova 😌

Aldeeerr 😍😍

Continue Reading

You'll Also Like

9.6K 508 1
Ketika pertemuan Fano dan Felia di depan kafe adalah salah satu dari banyaknya garis takdir yang mencoba mempertemukan mereka. Copyright © Firanasyaz...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
1M 78.3K 56
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
894 213 30
"I don't care who is gone, you shouldn't be alone. I'll be there, there." - get well soon by Ariana Grande Daily Writing Challenge NPC 2021 1 Februar...