BLE MOU ✓

By Si_MiyuKi

261K 22.9K 712

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... More

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[9] Injury

6.6K 686 18
By Si_MiyuKi

.

.

.

Aroma yang dirindukannya beberapa hari ini langsung menghantam indera penciumannya. Seketika tubuhnya meremang. Ia merasakan Remus mulai memberontak di dalam tubuhnya. Serigala itu mencoba mengambil alih tubuhnya secara tiba-tiba. Semakin pekat aroma itu, semakin kuat pula serigalanya itu mendorong kesadarannya.

Sang Alpha berlari keluar mengikuti aroma itu. Dan tubuhnya langsung bertransformasi ke tubuh Remus dalam sekejap ketika ia melewati pintu utama.

Netra keemasannya menatap lurus ke depan, dimana tiga orang sedang berdebat. Fokusnya hanya satu. Seorang gadis dalam gendongan saudaranya saat ini.

Apakah gadis itu matenya? Apakah harus seperti ini pertemuan mereka?

***

Disana, seekor serigala besar tengah mendekat. Dan serigala itu meraung di depan mereka, lebih tepatnya di depan Ravel. Oh tidak, Ravel tahu, seharusnya ia memilih opsi pertamanya tadi untuk tidak membawa orang asing ke dalam mansion. Alpha itu pasti sangat murka sekarang. Beberapa warrior menjauh takut mendengar raungan Alpha mereka.

'Turunkan gadis itu!' perintahnya dengan geraman yang dalam. Dengan perlahan Ravel menurunkan tubuh dalam gendongannya dan melentakkannya di depan mereka. Ia mundur beberapa langkah. Semua yang dan disana menunduk submissive karena aura Sang Alpha yang dirasakan oleh inner mereka sangat pekat. Ancelin menunduk dalam sambil terus merapalkan doa semoga si gadis terus bisa bertahan.

Remus terus menggeram, langkahnya semakin mendekat. Tatapan tajamnya menghunus ke arah tubuh tak berdaya itu. Hatinya seakan teriris melihat bagaimana keadaan sang mate yang saat ini sedang sekarat.

Di dekatnya, Remus menghirup udara di sekitarnya. Aroma memabukkan itu sangat pekat, memenuhi seluruh ruang di paru-parunya. Tubuh serigalanya tampak sangat besar di atas tubuh ringkih matenya. Lidahnya terjulur menyentuh permukaan kulit dingin gadis itu. Dan pemandangan itu tak luput dari seluruh perhatian para werewolf di sekitar mereka.

Lidahnya terus menyusuri seluruh permukaan kulit yang dapat diraihnya. Tangan, leher, sampai kakinya yang dipenuhi dengan luka-luka. Rasa asin dari darah sang mate membuatnya merasakan sesuatu yang bergolak di tubuhnya.

Dan hal mengejutkan setelahnya terjadi. Tubuh si gadis yang baru saja terkena liur sang Alpha itu langsung menyembuh. Hilang tak berbekas. Reaksi yang sama ketika proses penyembuhan sepasang mate dilakukan. Saat melihat sebuah panah aneh yang masih menancap di perut sang mate, Remus mengaing pelan. Moncongnya mendekati benda runcing itu dan mengendusnya. Ragu-ragu ia menatap kembali wajah matenya. Berharap dengan menyembuhnya luka-luka di sekujur tubuhnya, gadis itu akan kembali sadar dan membuka kedua matanya. Tapi nihil, kedua mata itu tetap tak kunjung terbuka. Ia malah tersentak kaget ketika mendengar degub jantung gadis itu yang kian melemah.

Davion pun semakin kalut, ia masih terus melawan kesadaran Remus agar kembali pada tubuhnya. Matenya harus segera ditangani saat ini. Sebagai serigala, insting Remus pasti berkata jika yang tadi dilakukannya lebih dari cukup untuk bisa membangunkan matenya, yang nyatanya tak berhasil sama sekali.

Ravel, Ancelin, dan orang-orang yang masih berada di sekitar sana terus memperhatikan gerak-gerik Sang Alpha. Beberapa dari mereka telah menyimpulkan bahwa gadis itu pastilah Luna mereka.

"Kak, kita harus membawa gadis itu ke dalam sekarang juga." Seraya menenangkan serigala yang tampak gamang itu. Remus terus mengentak-hentakkan kakinya sambil ekornya bergerak gelisah. Ancelin mencoba meyakinkan kakaknya. Gadis itu tak akan selamat jika terus dibiarkan disini.

Sepersekian detik Ancelin bicara, tubuh Remus kembali ke wujud manusianya. Dan dengan segera Davion membawa tubuh gadis itu ke dalam mansion. Sedangkan Ancelin memindlink beberapa dokter untuk datang.

***

"Dimana kau menemukannya?!" Ravel merasakan tubuhnya terdorong ke arah dinding dengan cukup keras sedetik setelah dirinya dan Ancelin memasuki ruangan itu. Davion, kakaknya, berada di hadapannya dengan tangan yang menarik kerah bajunya. Tatapannya menghunus tepat ke dalam matanya. Mata hijau milik Alpha itu berkilat tajam. Geramannya pun masih terdengar di setiap tarikan napasnya yang memburu. Aroma matenya yang menempel pada tubuh Ravel lebih pekat, membuat Davion memilih menyerang laki-laki itu daripada Ancelin.

Davion mengabaikan Ancelin yang memintanya untuk tenang. Gadis itu khawatir dengan emosi Davion yang tiba-tiba naik dengan mudah, khawatir jika sewaktu-waktu Davion menyerang Ravel yang saat ini merintih di bawah kendalinya. Ravel menunduk, tak berani menatap balik kakaknya.

"Kami menemukannya di tepi sungai. Di wilayah hutan bagian selatan." Suara Ancelin mengalihkan atensi Davion. Ia melepaskan cekalan di pakaian Ravel. Membuat laki-laki itu bernapas lega. Davion berjalan ke arah Ancelin, membuat perempuan itu dilanda perasaan gugup. Salah satu kakinya tanpa sadar sudah mundur. Ia takut sekaligus tertantang dengan momen seperti ini. Jarang sekali kakaknya itu bisa menjadi orang yang tempramental seperti sekarang.

"Aku bermimpi tentangnya semalam," ucapnya memulai cerita.

"Aku bermimpi bertemu dengannya di tempat yang sama. Dia meminta tolong padaku, dan dengan keadaan yang sama juga." Gadis itu menarik napas dan menghembuskannya. Davion masih terus menunggunya.

"Dia matemu bukan? Aku yakin itu. Aku juga melihatmu ada disana. Mengobati luka-luka di sekujur tubuhnya, hanya saja di mimpiku keadaannya masih bisa sadar." Dahinya sedikit mengerut ketika mengingat mimpinya itu. Sedikit berbeda dengan keadaan sekarang.

Davion mengusap wajahnya frustasi. Beberapa hari ia harus rela menelantarkan pekerjaannya untuk mencari matenya. Dan sekarang, apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Ia harus melihat matenya dalam keadaan yang tak baik.

***

"Bagaimana?" tanya Davion pada seorang dokter setelah mendapat mindlink bahwa mereka telah selesai memeriksa matenya.

Dokter itu menghela napasnya, "Keadaannya memang sudah membaik, Alpha. Tapi itu hanya bagian luarnya. Tubuh bagian dalamnya terluka, sangat parah," jelas dokter itu. Seketika jantungnya serasa diremas. Itu sama saja keadaan matenya tidak baik-baik saja. Luka di dalam tubuh?

Lalu dokter itu mengajaknya memasuki ruangan dimana matenya berada. Ia melihat gadis itu tertidur dengan damai. Hanya ada alat-alat sebagai penunjang kehidupannya. Monitor pendeteksi jantung di sampingnya terdengar sangat lamban.

"Sepertinya benda ini penyebabnya," ucap sang dokter seraya mengulurkan sebuah panah yang tadi dikeluarkannya dari perut sang Luna.

Davion mengernyit, benda itu penyebabnya? Bagaimana bisa? Ia mengambil benda itu dan menatapnya.

Seakan tahu, sang dokter menjelaskannya lagi. "Maaf, tapi itu hanya pendapat dari kami. Kami hanya seorang dokter yang tak tahu menahu tentang hal serumit itu, Alpha."

"Tubuh Luna bereaksi aneh ketika bersentuhan dengan benda itu. Karena berhasil menancap di perut Luna dan mengenai bagian dalam tubuhnya. Setelah kami periksa, ternyata benda itu tidak hanya menancap. Dia seakan melukai dan mematikan seluruh saraf yang ada di sekujur tubuh Luna. Juga menciptakan luka-luka yang hanya dapat dilihat dari dalam." Dokter itu kemudian membuka sedikit pakaian yang dikenakan gadis itu. "Lukanya pun tidak juga mengering meskipun kami sudah memberikannya ramuan penyembuh khusus."

Dengan perlahan tangan Davion terulur mengusap lembut perut matenya yang dibalut dengan perban. Masih ada sedikit darah yang berhasil merembes keluar dari sana. "Bisakah aku menemaninya sendiri?" Sang dokter tersenyum dan mengangguk kecil, kemudian berpamitan untuk segera beranjak dari ruangan itu.

Davion terus menatapnya. "Ternyata kau serigala putih itu ya?" ucapnya sambil tersenyum tipis. Ia mengelus rambut sang mate yang menurutnya sangat indah dengan warna biru terangnya yang sangat lembut. Dikecupnya punggung tangan gadis itu cukup lama. Menghirup dalam-dalam aroma yang menjadi candunya. Bagaimanapun caranya, ia akan menuntaskan masalah ini. Matenya harus sembuh. Dia akan melakukan apapun untuk mencari penawarnya sekalipun. Ia berjanji.

***

"Apa tidak ada petunjuk lain dari mimpimu itu?" tanya Ravel pada adiknya yang sedang berkutat dengan buku-buku itu.

Gerakan Ancelin terhenti. Seakan sedang mengingat-ingat sesuatu. "Sepertinya ada. Tapi aku tidak terlalu yakin, makanya aku tidak mengatakannya pada Kak Davion," jawabnya sambil mengendurkan bahu.

"Apa itu?"

Ancelin berjalan mendekati Ravel dan duduk sebelahnya. "Saat melihat Davi menyembuhkannya, aku seperti melihat sesuatu yang bercahaya di punggungnya. Seperti... bentuknya seperti kelopak bunga lotus. Aku tidak terlalu yakin." Ia menggelengkan kepalanya pelan.

"Cahaya itu juga bergerak membentuk sulur-sulur dan mengikat mereka berdua. Lalu semuanya sama, luka-luka di tubuh gadis itu menyembuh dengan sendirinya."

Ravel sebenarnya tidak terlalu percaya dengan apa yang diceritakan Ancelin. Tapi mengingat Ancelin telah berhasil menemukan keberadaan gadis malang itu disana, sepertinya cerita itu ada benarnya juga. Mungkin saja itu bisa menjadi petunjuk. Tapi bagian mana yang bisa dijadikan petunjuk?



***
TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

94.5K 4.4K 34
"Gue udah tau semuanya." Kata Daniel. Apa? Gue liat Daniel lagi, ekspresi muka gue minta dia buat jelasin. "Perasaan lo ke gue." Kata Daniel. . Giman...
3.8M 246K 77
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
1M 77.2K 30
#1in-FANTASI [08-12-2018] #2 in-ALICE [01-09-2018] #1 in-WEREWOLF [03-07-2020] #1 in -GREYSON [06-07-2020] [Completed] cerita ini udah tamat;) ATTENT...
2.7M 293K 39
Zara Foster, mahasiswi Ilmu Sejarah yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak kecil, tiba-tiba terbangun sebagai Duchess Griffin di abad ke-19...