Kilter Man

By Novisari_

8.8K 2.2K 5.9K

Kisah yang menceritakan sebagaimana rumitnya perjuangan cinta sejati. Mereka, si cewek dan si cowok. Kedua se... More

1| Galen Leonardo Abraham
2| Nilam Angelia Puspita
3| Pria dengan tatapan seperti elang
4| Pemikiran masa lalu
5| Intan si cabe
6| Tatapan
7| Upacara
8| Diantar sama Galen?
9| Lina dan Kinan
11| Kotak makan
12 | Disita
13 | Disiram
14 | Film drama
15 | Batal

10 | Datang bulan

366 114 441
By Novisari_

Nilam termenung, apa yang harus ia lakukan? Bagaimana membuat Galen menyukai Alesha?

Ia membanting buku paket tebalnya membuat teman sebangkunya itu terlonjak kaget. Nilam hanya menyengir, dan meringis. Seolah-olah ia pun merasakan apa yang gadis itu rasakan.

"Maaf." Setelah memberikan ucapan maaf ia langsung pergi keluar.

Sebelum keluar ia melirik sebentar ke arah Fael, dan lelaki itu benar-benar membuat Nilam kesal kembali.

Sebenarnya Fael itu niat sekolah tidak sih? Kerjaan lelaki itu hanyalah bolos, tidur dan bermain basket saja, tidak mau belajar.

Ketika berbalik, ia terpekik kaget melihat seseorang yang wajahnya mirip dengan Fael.

Ia berdecak sebal. "Lo sama Abang lo gak ada bedanya! Kerjaannya selalu aja ngagetin orang!" cerocosnya langsung beranjak pergi.

Ia sedikit bingung, mengapa Farel datang ke gedung jurusan IPS?

Iya, jangan heran mengapa Nilam sangatlah bingung. Karena gedung jurusan IPS dan IPA itu terpisah.

Satu gedung dengan tiga lantai, satu lantai untuk kelas 10, lantai dua untuk kelas 11 dan lantai ketiga untuk kelas 12 dan itu berlaku untuk gedung jurusan A/S (IPA/IPS)

Maka dari itu jangan heran banyak sekali yang berpendapat, jika anak jurusan IPA ke gedung IPS akan dibilang anak baru begitupun sebaliknya. Seperti Galen, ia awalnya dianggap anak baru padahal hanya pindahan dari jurusan IPA ke IPS.

Dan kedua gedung itu memiliki kantin masing-masing. UKS masing-masing, intinya semua itu layaknya seperti dua sekolah dalam satu lingkungan.

Nilam membelokkan arah masuk ke dalam kelas Alesha. Seluruh mata berpusat kepada dirinya, begitupun lelaki yang telinganya terpasang headset sedang duduk di pojok kelas.

Nilam yang ragu-ragu tidak bisa berpikir dua kali, setelah lama ia berdiam diri. Ia melangkah masuk dengan langkah cepat.

Entah mengapa masuk ke dalam kelas orang lain rasanya begitu berbeda, begitu canggung, apalagi seluruh penghuninya yang sama sekali tidak dikenal.

Setelah sampai di meja Alesha, gadis itu hanya tersenyum mendapati wajah Nilam berada di depannya. Tanpa pikir panjang ia menarik pergelangan Alesha ke luar kelas.

"Gue gak tau, apa yang harus gue lakukan, Sha!" Nilam berbisik dengan suara tegas.

Alesha memutar bola mata malas. "Masa lo gak tau, sih!"

Alih-alih menjawab, Alesha malahkan mengomelinya. Nilam berdecak sebal, seraya menjambak pelan rambut panjang Alesha.

"Yaudah gue gak mau!"

"Gini aja deh, lo minta nomor ponsel dia, atau Line, atau Instagram, atau Facebook atau—"

"Semuanya aja sekalian, Nyet!" hardik Nilam memandang nanar Alesha yang sedang mencibir, mungkin merasa tidak suka jika ucapannya dipotong.

"Lo kayaknya gak ikhlas banget, deh! Yaudahlah gak usah. Gak jadi, lupakan aja!"

"Gak usah nih? Syukur deh. Gue mau balik ke kelas dulu." Nilam beranjak, ia berhenti melangkah ketika merasakan ada yang memegangi lenganya.

"Jangan gitu dong, Lam. Bantuin gue," rengeknya sambil memasang wajah memelas.

"Yaudah iya deh. Ribet banget sih! Oke, nanti gue mintain nomor ponsel dia, setelah ini gue gak mau lagi."

"Nah gitu dong! Ini baru gue suka."

***

Nilam melangkah pelan-pelan berusaha untuk tidak menciptakan suara bising dari ketukan sepatunya. Ia tersenyum ketika melihat orang yang ia ikuti tidak menyadari keberadaanya.

Ia melirik Alesha dari balik pohon, sambil mengacungkan jari jempolnya dan tersenyum sumringah. Tanpa ia sadari, orang yang didepannya berhenti. Membuat Nilam menabrak punggung orang itu.

"Aduh!"

Galen spontan menoleh, dan mendapati Nilam yang tengah mengusap-usap dahinya. Ia menaikkan sebelah alis, merasa bingung. Mengapa Nilam berada dibelakangnya?

"Lo?"

Nilam merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia sampai sebodoh ini? Berniat ingin mengekori kemana Galen pergi malahan membuat dirinya ketahuan.

"Lo ngapain? Ngikutin gue?" Ia bersuara kembali karena Nilam yang tidak bersuara.

"Ah, enggak! A–anu ... itu, gue ...." Nilam menoyor kuat kepalanya, merasa amat bodoh mengapa ia bisa tergagap-gagap.

Sedangkan Galen hanya semakin menautkan alisnya bingung. "Lo apa?"

Nilam melirik ke seluruh penjuru tempat, tidak tinggal pula melirik di balik pohon, dimana Alesha berdiri tadi. Tetapi ia tidak menemukan Alesha.

Ia menyumpah serapahi Alesha dalam hati. Akibat dia, dirinya seperti ini.

"Gue ... gue cuma mau ke sana," jawabnya ngasal, sembari menunjuk arah yang tidak ia sadari. Ia menunjuk semak-semak belukar yang berada di belakang sekolah.

"Mau ngapain lo di semak-semak?"

Nilam yang sudah kehilangan stok jawaban dengan cepat ia menggelengkan kepala seraya mencabik angin dengan kesal yang malahan terlihat seperti ingin mencakar wajah Galen dan membuat lelaki itu memundurkan wajahnya.

"Lo nanya mulu, udah kayak wartawan!" sahutnya tersungut-sungut.

Nilam beranjak pergi dengan menghentakkan kaki kesal. Tanpa ia sadari Galen mengikutinya.

"Lo ngapain ngikutin gue?"

Ia terus saja melangkah menyamai langkahan Nilam, tanpa menghiraukan ucapan Nilam, lalu kemudian ia bersuara. "Lo mau mempermalukan diri lo sendiri?"

Nilam menoleh, menatap Galen dengan tatapan heran sekaligus sinis. "Mana ada orang mau mempermalukan diri sendiri, ngaco lo ah!"

"Di rok lo ada bercak merah, gue tau pasti lo lagi datang bulan 'kan?"

Sontak Nilam memalingkan wajah, melihat ke belakang roknya, dan benar ucapan Galen. Ada bercak merah di sana, Nilam menganga melihat noda merah itu tidak sedikit.

"Ikut gue!" Galen melangkah menjauh.

Ia memandang punggung Galen tanpa ada niat mengikuti langkah lelaki jangkung berbola mata biru itu.

Galen menoleh ke samping, lalu membalikkan badan. Terlihat di ujung jika Nilam belum juga beranjak.

"Gue bilang ikutin gue!" kesalnya dengan nada yang dingin. Nilam terhenyak sesaat lalu mengangguk dan melangkah.

Setelah sampai di toilet, Galen berucap, "Lo tunggu sini."

Nilam yang tidak bisa berkata-kata hanya mengangguk. Ternyata Galen di luar amatlah dingin, akan tetapi tingkat kepedulian lelaki itu sungguh luar biasa.

Jarang-jarang lelaki seperti ini, apalagi zaman sekarang. Jika lelaki sedang berada di posisi Galen, pasti orang itu mengejek bahkan membiarkannya bukan menolong.

Pantas saja Alesha sampai jatuh hati, ternyata seperti ini diberi kasih dan kepedulian oleh seseorang. Nilam tidak munafik, Galen itu sungguh pantas menjadi calon suami.

Sudah tampan, dari keluarga terpandang, baik, peduli. Hanya kekurangannya satu, Galen sedikit tertutup, hingga tidak banyak orang yang membicarakan bahwa Galen itu sombong.

Galen kembali dengan sebuah jaket berada di lengannya, lalu mengulurkannya kepada Nilam. "Nih, pakai."

Nilam mengambil jaket itu, lalu mengikatkan di pinggang. Ia tersenyum lebar menatap Galen. "Makasih, ya."

Galen mengangguk. "Perlu gue antar pulang?"

Nilam menggeleng kecil, tidak enak hati, sudah di tolongin masa ingin diberikan yang lebih?

"Gak usah," balasnya dengan nada suara pelan.

"Yakin?" tanya Galen dengan posisi yang berubah, sekarang kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku, Nilam mengangguk sebagai jawaban.

Galen berbalik, berniat untuk pergi akan tetapi Nilam memanggil membuat ia mengurungkan niatnya.

"Gue boleh minta ... em, nomor ponsel lo?"

"Gak bisa untuk soal itu," jawab Galen seraya memutar tubuhnya dan beranjak pergi.

Senyum di bibir Nilam memudar berganti dengan cibiran kesal.

Gue akan mendapatkan apa yang gue mau dari lo, Len.

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 235K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
1.7M 104K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
534K 26.2K 36
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...