A MAN BEHIND THE MIRROR

By reijung9

24.5K 3.2K 1.8K

SHADOW SEQUEL More

1
2
3
4
5.1
6
7
8
9
10. [REBORN]
11. [ 미로 ] - Milo - Labirin
12. [ 이름 ] - Ileum - Name
13. [ 밤 ] - BAM - NIGHT
14. [숨바꼭질] - SUMBAKKOGJIL - HIDE & SEEK
15. [눈 ] - NUN - EYES
16. [ 구해줘 ] - Guhaejwo - Save Me
17. [ 게임 ] - Geim - A Game
18. [ 목소리 ] - Mogsoli - Voice
19. Heart, Mind and Soul
20. [ 비밀 ] - Bimil - The Secret
21.
22. [ 꿈 같은 ] - Kkum Gat-eun - Dreamlike
23.[ 놀자 ] - Nolja - Let's Play
24. [ 악마 ] - Agma - Devil
25.[ 악마 ] - Agma - Devil - 2
26 : [ 악마 ] - Agma - Devil - 3
27. [ 악마 ] - Agma - Devil - 4
28. [ 협력 ] - Hyeoblyeog - Cooperation
29. [ 역습 ] - Yeogseub - Counterattack
30. [되든 안되든] - Hit Or Miss
31. [ 위장 자 ] - Wijang ja - The Disguiser
32. [ 갇힌 ] - Gadhin - Trapped

5

929 154 93
By reijung9

"Kau mengambil keputusan yang sangat beresiko, Lee Eunhyung." Kata Haneul lambat, tenang namun menyimpan mata pisau yang siap menghujam.

Eunhyung menuang tehnya ke dalam gelasnya yang telah kosong. 

"Percayalah aku tidak bermaksud untuk mengambil pertaruhan yang akan merugikan salah satu pihak. Kau bergabung, kau bisa melindungi Jaejoong dan mendapatkan hidupmu kembali. Itu keuntungan berlipat untukmu." Katanya

Ia menyesap tehnya, menaruhnya dengan hati-hati menatap mata maut Haneul.

"Kenapa kau tidak coba untuk bertanya pada Yunho? Aku rasa dia sudah punya jawaban."

Tangan Haneul mencengkram kuat-kuat gelas di tangannya, kemarahan jelas terlihat di wajahnya. Urat di pelipisnya seolah siap pecah.

Hyunwoo menaruh tangannya di pistol yang berada di pinggang, bersiaga jika Haneul menyerang. Matanya awas mengamati Haneul.

PYAR

Gelas di tangan Haneul hancur, sisa wiski mengalir di tangannya bercampur darah dari luka akibat pecahan kaca yang menancap. Secara spontan keempat anggota muda yang sudah menyetujui perjanjian dengan Eunhyung berdiri, Hyunwoo dan Jooheon  menodongkan senjata mereka pada Haneul.

"Haneul tidak akan menerima perintah dari siapa pun."

Seringaiannya makin lebar.

"Hanya untuk kali ini aku berkompromi. Tapi kau harus hati-hati, suatu saat aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri."

Ia membuka kepalan tangannya, menunjukkan darah yang mengalir di tangannya pada Eunhyung.

"Lain kali akan kupastikan darahmu mengalir di tanganku ini."

Suara Haneul mirip desisan dari iblis paling jahat dari neraka. Sampai Changkyun merasakan sebuah kengerian yang tidak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata, tubuhnya merespon dengan getaran dan dingin sampai ke tulang sunsum. Eunhyung memberi tanda pada tim pilihannya untuk menurunkan senjata.

Eunhyung mengangguk. "Itu artinya kita sudah sepakat. Kita akan bicara lagi nanti setelah Yunho kembali."

Ia beranjak dari kursi, menuju tangga ke lantai dua, masuk ke dalam salah satu kamar.

"Brengsek!" Umpat Haneul.

Hyunwoo dan Jooheon bertukar pandang, saling memberi isyarat untuk menurunkan senjata. Changkyun pergi ke kamar atas dan kembali membawa sebuah kotak berwana putih dengan tanda palang merah di atasnya. Kakinya melambat ketika mendekati Haneul.

"H-hyung..."

Haneul menoleh.

"T-tanganmu a-aku..."

Kepala Haneul miring, menyeringai melihat ketakutan di mata Changkyun.

"Ah,,,kau tidak perlu takut padaku karena aku sedikit tertarik padamu. Kemari." Perintahnya.

"Changkyun!" Bentak Hyunwoo.

Changkyun membeku, tak pernah ia mendengar Hyunwoo semarah itu.

"Ck!" Haneul berdecak sebal, mengalihkan pandangannya dari Chankyun ke arah Hyunwoo. "Kau ini berisik sekali. Kau babysitternya eoh?"

"Aku kakaknya." Jawab Hyunwoo. "Dan aku tidak akan membiarkan adikku berdekatan dengan orang sepertimu."

"Aahh." Haneul mengangguk-angguk. "Kakak ipar eoh? Hahahaha."

Tangan Hyunwoo terkepal, ia ingin sekali meninju wajah Haneul dan membungkam mulut besarnya. Tapi Hyungwon yang duduk di sebelahnya, mencekal tangannya.

Hyungwon menengadahkan wajahnya ketika Hyunwoo menoleh.


"Kau punya kerjaan lain yang lebih penting. Pergilah. Kami akan menjaga Changkyun di sini."

Hyunwoo ragu, pandangannya beralih ke Haneul yang menyeringai penuh arti. Lalu pada Jooheon.

Namja sipit itu mengangguk sambil tersenyum simpul. Hyunwoo tidak ada pilihan, ia kemudian berjalan ke arah Changkyun yang tak berani menatapnya.

Ia menaruh telapak tangan besarnya di wajah Changkyun, membimbingnya agar menatap matanya.

"Kabari aku terus." Katanya saat mereka bertatapan.

"Ne hyung." Jawab Changkyun patuh. "Mian ga-"

"Kita sudah sepakat untuk tidak membicarakannya." Potong Hyunwoo.

Hyunwoo melepaskan kaitan sarung senjatanya dari pinggang, memberikannya pada Changkyun.

"Jangan takut pada apa pun. Kau simpan ini dan gunakan saat kau merasa dalam bahaya."

"Tapi hyung-"

"Aku bisa menjaga diriku."

"Oh perpisahan yang sangat mengharukan." Ejek Haneul.

Hyunwoo melihat Haneul dari bahunya. "Berani kau macam-macam. Kau mati." Ancamnya.

Tapi ancaman seperti itu tak pernah berpengaruh pada seorang Haneul. Setelah Hyunwoo pergi dari sana, Changkyun mendekat pada Haneul, menaruh kotak P3K di atas meja berdekatan dengan senjata pemberian Hyunwoo. Hyungwon menguap lebar-lebar, matanya terasa berat.

"Butuh tidur Hyung?" Tanya Jooheon setengah mengejek.

"Urgh. Jangan mulai. Aku ini butuh tidur lebih banyak darimu." Geram Hyungwon dengan mata tertutup.

"Kau tidur 24 jam sehari juga tidak akan cukup."

Haneul tidak memperhatikan hal lain selain Changkyun yang tengah mengobati lukanya. Namja itu tidak terlalu pintar mengobati luka, bahkan sedikit cereboh tangannya pun bergetar hebat ketika membersihkan lukanya tapi ia cukup menghargai apa yang telah dilakukan namja itu untuknya. Ya, untuknya.

"Siapa namamu?" Tanya Haneul.

"I-im Changkyun." Jawabnya terbata.

Haneul menarik sudut bibirnya. "Tak usah takut padaku. Aku tidak akan memakanmu. Tidak akan selama kau menurutiku. Kita akan bertemu lagi nanti."

"Ne?"

Ia menarik wajah Changkyun padanya dan mencium bibirnya dengan liar, merasakan tubuh Changkyun kaku karena serangan mendadak untuk beberapa saat, sampai Jooheon menodongkan pistol di kepalanya.

"Sudah cukup Hyung." Katanya.

Haneul menyudahi ciuman mereka, menyeringai.

"Sampai jumpa Changkyun." Ucapnya tak perduli pada Jooheon yang menyimpan marah besar di matanya.

Mata Haneul terpejam dan sedetik kemudian terbuka.

Yunho berkedip cepat, memastikan kesadarannya memang benar telah kembali. Ia mengamati wajah Changkyun yang berjarak sangat dekat dengannya dan posisi tangannya yang berada di wajah Changkyun.

"Aah!!"

Ia terlonjak mundur, menarik tangannya dari Changkyun dan sukses membuatnya terjungkal dari kursi.

"Auch." Pekik Jooheon yang telah menyimpan kembali senjatanya.

"Hyung!!"

Changkyun berlari menghampiri Yunho untuk membantunya berdiri.

Hyungwon mengeliat lalu menguap lagi.

"Bangunkan aku kalau Tuan Lee mau bicara lagi." Katanya berlalu meninggalkan ruang tengah.

"Awww." Rintih Yunho.

Ia mengusap-usap punggungnya, perih dan ia baru sadar tangannya terbalut perban yang jauh dari kata rapi dan meninggalkan sesikit noda darah di permukaannya.

"Sh*t!" Umpatnya.

"Hyung kwenchana?" Tanya Changkyun khawatir.

"Eoh kwenchana." Jawabnya asal.

Padahal ia merasa sangat tidak baik. Pertama ia masih merasakan sakit di sisi tubuhnya karena melompat dari kereta, lalu tangannya yang ia yakin ulah Haneul. Sekarang karena terjatuh badannya bertambah sakit.

"Damn!! Apa yang kau lakuakan Haneul-ah!" Batinnya.

Ia meraih tangan yang terulur padanya dan duduk di kursi panjang agar terhindar dari jatuh untuk kedua kalinya.

"Mian. Aku pasti melakukan sesuatu yang membuat kalian tidak nyaman tadi." Katanya.

"Kami pernah mengalami yang lebih buruk." Jawab Jooheon santai.

"Ne hyung itu benar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Imbuh Changkyun.

"Gumawo."

Yunho memandang ke sekeliling, ia baru menyadari di sana hanya tinggal mereka bertiga.

"Di mana yang lain?" Tanyanya.

"Hyunwoo hyung pergi untuk melakukan pekerjaannya." Changkyun berbicara sambil menutup kotak P3K. "Sementara Hyungwon hyung tidur."

"Tidur?"

"Ne. Hyungwon hyung adalah tipe manusia koala yang hobbynya tidur. Dia akan menjadi sangat menyebalkan dan sensitif jika jam tidurnya kurang." Kali ini Jooheon yang menjawab pertanyaan Yunho.

"Err soal pembicaraan tadi. Bisa kalian ceritakan detailnya padaku?" Tanya Yunho.

"Tentu saja." Jawab Jooheon.

●●●

"Jadi siapa yang mau ikut aku ke kamar mayat?" Tanya Jaejoong begitu mereka sampai markas.

"Aku akan mengurus pengajuan surat pengeledahan." Jawab Yoochun cepat, secepat ia melarikan diri dari Jaejoong.

Jaejoong memutar bola matanya, menoleh pada Wonho tapi langsung mengibaskan tangannya.

"Kau bisa menemui Kihyun lebih dulu. Pastikan kondisi psikisnya. Jika ada yang tidak beres laporkan padaku dan hubungi konsultan." Perintah Jaejoong.

Ia bisa melihat kembang api festifal meletup-letup di mata Wonho tepat setelah kalimatnya selesai. Yah, tidak ada yang suka mendatangi kamar mayat, apa lagi setelah makan daging.

"Jadi siapa yang mau ke kamar mayat?" Tanya Jaejoong pada diri sendiri.

"Aku." Jawabnya sambil mengangkat tangan.

"Bagus. Berangkat."

Kelakuannya persis seperti orang gila. Ia bicara dan menyahutnya sendiri. Beruntung tidak ada yang menyaksikan kelakuan konyolnya.

Ia mendorong pintu tebal ke ruang autopsi saat Kyunghoon, kepala pemeriksa medis melakukan pembedahan pada tubuh Kijong.

"Oh bagus sekali. Sekarang aku mual." Batin Jaejoong.

"Beli satu dapat dua eoh?" Sindir Kyunghoon.

"Oh ya sepertinya begitu. Pagi yang berlemak untukmu." Jawab Jaejoong sembari masker dua sekaligus.

"Hahaha. Ya begitulah. Sepertinya aku tidak akan menyentuh daging untuk beberapa hari ke depan."

"Aku baru saja makan daging."

"Oh kasihan."

"Aku berpikir pembunuh keduanya adalah orang yang sama. Metode yang sama. Apa kau sependapat?" Tanya Jaejoong masuk ke mode polisinya.

"Benturan dan trauma fisik. Secara teknis, ia menghajar mereka habis-habisan. Mengikat pergelangan kaki dan tangan. Aku akan terkejut kalau tim penyapu tidak menemukan pita perekat untuk kedua korbanmu berasal dari gulungan yang sama. Keduanya mati karena cekikan. Korban namja disetrum, kontak penuh persis di tulang dada. Dia juga memiliki, seperti laporanmu luka di buku-buku jari. Dia melawan."

"Ya, aku sepakat. TKP sangat berantakkan."

"Tidak ada trauma setelah kematian pada keduanya. Tak ada kekerasan seksual pada korban yeoja. Tapi yah mereka memang disiksa sebelum akhirnya di habisi."

Kyunghoon menyeka tangannya yang terbungkus, lalu bergerak mengelilingi tempat Jihyun terbaring, sudah dibersihkan, telanjang dan diberi tanda identitas.

"Dari tubuh korban ke dua aku menyingkirkan beberapa pecahan keramik, di punggung dan pantat." Kata Kyunghoon.

"Vas pecah. Korban mengambilnya dari atas meja untuk dijadikan senjata perlawanan. Membentur pelaku mungkin, pecah dan saat pelaku mejatuhkannya, ia terjatuh di atasnya." Papar Jaejoong.

Kyunghoon memgangguk. "Tapi luka siksa yang didapat oleh korban kedua terbilang ringan dari pada korban pertama. Mungkin si  pelaku bersikap sedikit lunak pada yeoja dan tidak memberi ampun pada namja."

Ia berpindah dari ranjang Jihyun setelah menutup tubuh telanjang itu menggunakan kain putih lalu ke ranjang Kijong. Ia mengangkat tangan Kijong dan memperlihatkan jarinya yang patah.

"Dari sudut dan posisi patahnya, menunjukkan kalau jari-jarinya di tekuk ke belakang."

Ia meletakkan tangan Kijong, lalu Kyunghoon mengangkat tangannya sendiri, menarik jari kelingkingnya menggunakan tangan satunya, dan menariknya ke belakang serta ke bawah.

"Efektif dan menyakitkan."

"Yeah. Yeah. Menyakitkan." Jawab Jaejoong tak ingin membayangkan.

Ia jadi ingat rasa terbakar dan perih saat Haneul mentatonya tanpa bisa melawan. Mengerikan.

"Membakar bahu, perut dan telapak kaki. Sepertinya luka bakar dari stungun atau sejenisnya. Lihat bentuk melingkar itu? Benda itu pasti ditekan sangat kuat sehingga tidak hanya membakar tapi juga meninggalkan bekas dalam seperti itu."

Demi melihat lebih baik, Jaejoong mengenakan microgoggles.

"Tidak ada garis-garis, hanya sedikit di sini." Kata Kyunghoon sambil menunjuk bagian yang perlu Jaejoong lihat.


"Dia berontak meski telah diikat menggunakan pita perekat, sehingga si pembunuh harus menekannya, menindihnya. Meninju wajahnya."

"Sampai hidungnya patah."

"Ya, tapi ada yang harus kau perhatikan ada memar di bagian kanan kiri tulang hidung. Si setelah meninju tepat di sini." Kyunghoon menunjuk hidungnya. "Lalu hidungnya di tekan dengan keras menggunakan ibu jari dan telunjuk sampai korban kesulitan bernafas."

Jaejoong mengerutkan keningnya. "Hidungnya telah patah dan berdarah tanpa ditekan pun ia sudah kesulitan bernafas."

"Jika ini hanya pembunuhan dengan siksaan dia akan melakukan lebih dan memilih cara yang lebih menyakitkan. Seperti menyayat, mematahkan lebih banyak tulang dan di lebih banyak tempat. Kemungkinan besar akan ada penyiksaan seksual atau trauma ke payudara dan alat kelamin korban yeoja." Imbuh Kyunghoon.

Jaejoong menyentuh dagunya memperhatikan kedua tubuh itu sekali lagi, berkeliling dan melihat setiap detailnya lagi. Menebak dan menganalisa.

"Terima kasih Kyunghoon." Kata Jaejoong ketika ia memutuskan untuk segera keluar dari kamar mayat.

"Oh sama-sama. Aku selalu senang bisa membantu." Jawabnya.

●●●

Setidaknya, akhirnya Kyuhyun mengirim pesan singkat pada Changmin. Tepat ketika namja itu hampir diujung stress siang itu dan memutuskan untuk makan siang bersama.

"Apa yang terjadi?" Tanya Changmin khawatir melihat pasangannya menunjukkan raut wajah yang tidak biasa.

Ia tahu mereka tadi bertengkar tapi ekspresi itu jauh lebih rumit untuk diurai dari pada itu. Ia sangat yakin. Ia bisa meraba kegelisahan namja manis itu.

Kyuhyun memejamkan matanya, menarik tangannya dari atas meja ke atas paha.

"Aku memikirkan banyak hal tadi. Aku rasa sikapku berlebihan. Mian." Ucapnya.

Namja itu telah menjelaskan tapi Changmin tetap merasa tidak tenang. Ada satu dua hal yang membuatnya tidak mendesak pasangannya itu. Ia memberikan tatapan paling lembutnya, tatapan khusus yang hanya ia berikan pada Kyuhyun sambil tersenyum.


"Dengar, aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku sangat paham. Aku berjanji padamu jika semuanya telah membaik, kita akan melakukan apa pun yang kau inginkan." Katanya lembut.

Kyuhyun mengulas sebuah senyum tipis. Senyum yang menyimpan sejuta rahasia dan Changmin sangat berharap ia bisa membacanya.

●●●

"Jendral yang mencari informasi."

Jaejoong memainkan pulpen di tangannya dengan gerakan memutar lambat, sebelah tangannya yang lain mengetuk-ngetuk meja berirama.

Pelaku mendatangi Kijong, mereka bergelut sampai pelaku bisa menghentikan perlawanan korban dengan mengikatnya menggunakan pita perekat. Bertanya sesuatu pada Kijong, namun saat tak mendapatkan jawaban ia menyiksa korban mungkin membakar, mematahkan jari atau memukul lebih dulu. Baiklah, Jaejoong memilih mengurutkan dari yang paling ringan memukul. Pelaku memukul korban, bertanya lagi tetapi korban masih tak memberikan jawaban yang ia inginkan. Ia melakukan hal yang lebih lagi, membakar kulit korban menggunakan stungun, menekannya sambil bertanya. Tapi korban masih bertahan pada pendiriannya. Siksaan yang diberikan meningkat dengan mematahkan jari lalu mematahkan hidung dan membuat korban kesulitan bernafas.

Korban orang yang konsisten pada pendiriannya, tetap bungkam lalu pelaku yang tahu tindakannya tidak akan membuahkan hasil ia menghabisi Kijong dengan mencekiknya. Mungkin ia melakukannya agar korban mati perlahan dan masih sempat berubah pikiran lalu memberitahu apa yang ingin di ketahuinya.

Setelah membunuh ia mengobrak-abrik lokasi, berusaha mendapatkan sesuatu dari ruang kerja korban. Data? Laporan? Dan untuk menghilangkan jejak, merusak komputer korban atau karena emosi? Mengambil alat komunikasi milik korban berupa ponsel.

Entah bagaimana pelaku mengetahui hubungan Kijong dan Jihyun, mendatangi wanita malang itu untuk sebuah informasi. Berharap Kijong menceritakan atau meminta bantuan kekasihnya menyimpan suatu rahasia.  Jihyun melawan tapi perbedaan kekuatan mereka sangat besar jadi Jihyun lumpuh dalam waktu singkat setelah melakukan perlawanan. Pelaku tidak menyiksa korban terlalu lama.

Ada dua kemungkinan yang dipikirkan oleh Jaejoong. Pertama korban kedua tidak tahu apa-apa. Atau yang kedua korban memberikan jawaban yang diinginkan oleh pelaku karena ketakutan. Alasan yang masuk akal bagi Jaejoong saat ini adalah yang kedua. Karena komputer korban yang hilang dan juga ponsel. Ada data penting di komputer dan ponsel kedua korban yang diinginkan oleh pelaku.

Pelaku memiliki kendaraan untuk beroindah dari lokasi korban pertama ke korban kedua, untuk mengangkut komputer. Apakah pelaku adalah orang yang mereka kenal?

Gerakan jemarinya yang mengetuk meja semakin cepat, secepat ia memeras otaknya.

Jika pelaku menginginkan data dari satu kasus yang sedang dikerjakan oleh kedua korban, itu akan wajar menurutnya seandainya kedua korban berada di satu divisi dan satu tim. Tapi kedua korban tidak menangani kasus yang sama. Ia mengaruk rambutnya kasar.

Satu orang divisi asing dan satu divisi domestik. Ia mengulang lagi semua hal yang ia dengar dan lihat hari ini secara runtut sejak ia keluar dari rumah.

Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah gambaran dan gambaran itu tidak baik menurutnya. Manik mata doenya bergetar, bergerak liar.

Jika tebakkannya benar ini akan menjadi hal yang sulit untuknya.

"Jendral yang mencari informasi. Kalau begitu ada raja yang sedang menunggu laporan." Gumamnya lirih.

Tok

Tok

Tok

"Masuk." Katanya datar.

Ia menoleh ke arah pintu yabg terbuka, dan rekan sejawatnya Yoochun masuk dengan dua buah gelas berisi kopi.

"Aku pikir kita akan butuh kopi dan aku tahu kau sangat setuju." Katanya menghampiri Jaejoong.

Yoochun celingukan, menyadari Jaejoong hanya sendiri.

"Di mana Wonho?" Tanyanya sambil menarik kursi.

"Ah, aku menyuruhnya melihat keadaan saksi utama kita." Jawabnya mengambil salah satu gelas yang telah di letakkan oleh Yoochun. "Yang ini?"

"Hem. Kental tanpa gula." Yoochun menaruh tangannya di atas meja, dan mengangkat gelasnya dengan tangan yang lain. "Jadi kau ke kamar mayat sendirian?"

"Yah, kalian harus berterima kasih padaku. Aku hampir muntah di sana." Jawabnya dengan wajah berkerut.

"Oh ini hal baru. Kau bisa juga mengalaminya? Aku pikir hanya aku."

"Lupakan. Lupakan." Jaejoong mengusir rasa mual yang mendadak menyerangnya. "Katakan saja bagaimana surat pengeledahannya, kapan kita bisa mengambil berkas di kantor mereka?"

"Ah soal itu." Yoochun diam sejenak. "Sepertinya tidak akan selesai hari ini. Pihak kejaksaan sepertinya mempersulit kita. Mereka memberikan jawaban berputar-putar. Mereka bilang mereka bukti telah dikumpulkan dan diproses. Saat aku menghubungi mereka lagi mereka marah dan bilang kalau mereka bukan penghasil keajaiban yang bisa mengeluarkan surat dengan satu jentikan jari."

"Pengacara." Desah Jaejoong. "Kurasa pengacara firma akuntan langsung mengajukan mosi untuk penahanan surat perintah itu. Dan aku tidak kaget." Lanjutnya sambil menyesap kopinya lagi.

"Argh,aku bisa gila kalau begini." Keluh Yoochun, menyandarkan kepala di bahu kursi dan berputar-putar.

Suara ketukan teratur di pintu membuat kedua orang di sana menoleh ke arah pintu yang terbuka sedikit.

"Boleh aku masuk?" Tanya Wonho dengan kepala menyembul dari pintu.

Jaejoong menanggapinya dengan sebuah anggukan kecil.

"Terjadi sesuatu pada saksi utama?" Tanya Jaejoong begitu Wonho masuk.

"Kupikir kau telah membawanya lari ke rumahmu." Goda Yoochun sebelum Wonho sempat menjawab pertanyaan Jaejoong.

"Aniya Sunbae. Harus berapa kali aku katakan kalau hubungan kami tidak seperti itu lagi. Dulu memang aku menyukainya tapi---"


"Humph."

Jaejoong tertawa tertahan melihat salah satu anak buahnya cepat sekali salah tingkah dengan wajah merah, hanya karena sebuah godaan kecil dari Yoochun. Sangat tidak sesuai dengan penampilan gahar dan ototnya yang mengelumbung.

Yoochun dan menoleh pada Jaejoong. Sadar kedua rekannya diam ia mengangkat pandangannya.

"Mian." Katanya singkat. "Lalu apa yang membuatmu kemari?"

"Aku tadi mengunjungi Kihyun seperti permintaanmu tapi dia sedang bersama seorang temannya."

"Minhyuk?" Tanya Jaejoong.

Wonho mengangguk tak yakin. "Mungkin saja. Jadi aku memutuskan untuk melihat proses pengeledahan yang dilakukan tim penyapu pada barang bawaan Kihyun. Bagian penyapu menemukan ponsel Kihyun di dalam tasnya. Aku membawa ponsel itu kebagian cyber crime hanya untuk memastikan apakah ada rekaman percakapan terakhir Kihyun dan korban."

"Lalu?"

Mata Jaejoong menatap ke arah Wonho penuh harap.

"Ada." Jawab Wonho.

"Jinjja?" Pekih Yoochun melompat dari tempat duduknya hingga membuat Wonho melompat mundur karena kaget.

"Di sini." Lanjutnya setelah bisa mengatur diri sambil menunjukkan flashdisk yang berukuran tak lebih besar dari ibu jari Wonho.

Wonho sedikit merunduk, memutar layar komputer Jaejoong menghadap ke arahnya, menyambungkan flashdisk dan memutar rekaman percakapan yang ia maksud.

Halo hyung. Apa kabarmu?

Oh Ki. Syukurlah kau menghubungiku.

Wae? Apa ada hal penting yang perlu aku ketahui?

Ani. Hanya saja aku rindu padamu.

Hah? Kau serius?

Tentu saja. Kau satu-satunya keluarga yang aku punya kan?

Ketiga polisi itu mendengarkan dengan seksama.

Hyung, apa ada masalah? Sungguh aku jadi khawatir.

Ani. Aniya. Sungguh tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan banyak hal.

Bertengkar dengan nonna?

Ani. Kami baik-baik saja. Kemarin dia menanyakan kabarmu.

Apa ini soal pertunangan kalian? Salah satu dari kalian tidak berubah pikiran kan?

Bukan. Tidak ada hal yang seperti itu.

Syukurlah. Aku khawatir pada hubungan kalian. Oh ya,ngomong-ngomong aku sudah memilihkan cincin terbaik untuk kalian berdua.

Benarkah? Kau pikir Jihyun akan menyukainya?

Pasti. Aku sangat yakin.

Kapan kau kembali?

Aku akan sampai nanti malam. Sekarang aku sudah di bandara.

Begitu kau sampai di sini bagaimana kalau kita makan bertiga? Jihyun sudah tak sabar bertemu denganmu lagi.

Menunya?

Kau mau apa?

Apa saja asal tidak ada timun.

Hahaha. Akan kusampaikan pada Jihyun.

Ok. Sampai jumpa hyung.

Hem. Aku akan menunggu.

Rekaman itu berhenti di sana. Percakapan antara kakak dan adik untuk yang terakhir kalinya. Karena sang kakak yang tidak bisa menepati janjinya untuk menunggu kepulangan sang adik.

Percakapan yang disesali oleh Kihyun yang tak menyadari kakaknya sedang dalam bahaya.

"Dia seperti sedang stress berat." Ujar Yoochun menyuarakan pendapatnya.

Hal yang sama dengan pikiran Jaejoong. Tidak perlu melakukan analisis suara, sudah tergambar jelas dari cara korban berbicara dan melawan. Tidak ada rasa takut, karena yakin ia masih bisa lolos dan hidup tapi ada ketegangan dan keletihan.

"Ya sunbae benar. Pihak analisa suara mengatakan hal itu." Kata Wonho.

Jaejoong menoleh ke arah Wonho, takjub pada kinerja Wonho yang cepat dan tepat tanpa diminta, ia melakukan hal yang seharusnya.

"Kalau kau seperti ini terus cepat atau lambat kau bisa mendapatkan promosi." Ujar Jaejoong.

Wonho tersipu malu dan mengucaokan terima kasih.

"Bahaya. Posisiku bisa digeser anak baru." Kata Yoochun.

"Hahaha."

●●●

Changkyun dan Jooheon menceritakan detail pembicaraan Haneul dan Eunhyung tadi dan ketegangan di antara mereka berdua, menyingkirkan hal tidak perlu seperti Haneul yang mencoba merayu Changkyun.

Dari sana Yunho tahu kalau sudah terjadi kesepakatan dan ia harus melakukannya. Ia memang akan melakukannyandemi Jaejoong. Setelahnya kedua namja itu mengajaknya berkeliling, menunjukkan kamar yang ia gunakan.

Kamarnya diapit oleh kamar Hyungwon di sisi kanan dan kamar Jooheon di sisi kiri. Kamar paling depan dekat tangga di isi oleh Eunhyung dan di pojokkan, sebelah kamar Jooheon adalah milik Changkyun.

Yunho sempat bertanya di mana kamar namja bernama Hyunwoo tapi mereka bilang Hyunwoo tidak masuk di tim mereka. Dia ada hanya untuk adiknya, yang ternyata adalah Changkyun.

Setelah mengelilingi kamar, mereka bergerak ke ruangan besar yang ada di bawah, dekat ruang tengah. Sebuah ruangan dengan dua meja lengkap dengan dua buah monitor yang dibiarkan menyala.

"Di sini aku dan Changkyun melakukan tugas kami." Kata Jooheon pada Yunho.

Kening Yunho berkerut menemui hal yang tidak ia kuasai. Satu monitor seperti menayangkan rekaman dari CCTV dan satu lagi menampilkan huruf dan angka yang bergerak dengan kecepatan tertentu. Berbeda antara satu monitor dan yang lain.

"Kami menerima informasi yang dikirimkan oleh setiap mata-mata melalui kode yang hanya kami berdua yang tahu." Terang Changkyun seolah menjawab kebinggungan Yunho.

"Oh terima kasih. Dan aku yakin tempatku bukan di sini." Katanya dengan keyakinan penuh.

Jooheon mengaruk hidungnya, tersenyum tipis penuh arti.

"Ada ruangan khusus yang sudah disiapkan oleh Tuan Lee untukmu hyung."

Yunho memutar bola matanya ke atas, berharap itu bukan ruang isolasi seperti dulu.

"Jangan katakan pa-"

"Bingo. Itu ruangan untuk berlatih sama seperti yang dulu kau jalani." Potong Jooheon cepat.

Yunho meraup wajahnya kasar-kasar sampai bisa merontokkan sel kulit mati yang ada di wajahnya.

"Ruangan itu digunakan untuk semua anggota tapi sebenarnya diperuntukkan khusus untukmu, Hyungwon dan Hyunwoo hyung." Kata Changkyun menimpali dengan maksud agar Yunho tak merasa diperlakukan tidak adil.

"Ya itu membuatku lebih baik." Ucap yunho setengah hati.

"Mau melihatnya?" Tawar Jooheon.

"Tidak. Terima kasih. Jika boleh aku ingin mandi dulu. Badanku sudah tidak enak."

"Tentu. Kuharap kau tidak lupa di mana letak kamarmu." Jawab Jooheon menempatkan diri di kursi berhadapan dengan monitor.

"Aku akan kembali kemari jika aku tersesat."

Ia pun keluar dari ruangan itu, menaiki tangga menuju kamarnya. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin ia tanyakan tapi terlalu banyak pertanyaan dan jawaban dalam satu waktu tidak akan membantunya sama sekali. Jadi ia memutuskan untuk sedikit santai. Sampai saatnya tiba.

Namun ada satu hal aneh yang ia rasakan saat ia kehilanan kesadaran. Sesuatu yang sangat baru dan membingungkan untuknya. Ketika kesadarannya menghilang, yang ia lihat hanya putaran-putaran masa lalunya, masa kecilnya atau gambaran tentang Jaejoong. Tapi tadi ia melihat sekelilingnya kosong hampa, kemudian berwarna merah lalu abu-abu dan selanjutnya berwarna campuran pelangi.

Ia tak tahu apa itu dan kenapa itu terjadi, yang bisa ia rasakan hanya marah saat warna merah itu muncul. Lalu menjadi binggung dan bertanya-tanya ketika abu-abu. Saat ia sekelilingnya menjadi sewarna pelangi perasaannya campur aduk.

●●●

Setelah melewati hari yang panjang Jaejoong memutuskan untuk pulang satu jam lebih awal daripada seharusnya. Sejak tadi ia merasakan sesuatu yang tidak nyaman, tapi ia singkirkan karena menurutnya itu hal yang tidak terlalu penting.

Ia mampir di supermarket untuk berbelanja bahan makanan, ia juga membeli makanan kesukaan Yunho. Kekasihnya itu pasti bosan setengah mati karena tak bisa ke mana-mana. Hampir setiap hari namja itu mengeluh dan mengeluh tapi hebatnya namja itu tak oernah melangkahkan kakinya satu jengkal pun dari rumah. Menyibukkan diri dengan latihan fisik dan hal-hal lain yang bisa membuatnya tetap diam di dalam rumah.

Ia memilih-milih berbagai sayuran, merencanakan untuk memasak makanan yang sehat untuk menjadi penunjang latihan fisik Yunho yang entah untuk apa.

Jaejoong menyadari ada yang aneh di kediamannya ketika ia sampai. Terlalu sepi. Ia menaruh belanjaannya di dapur, berjalan mengelilingi isi rumah dengan tangan bersiap pada senjatanya.

Ruang tengah dan dapur kosong.
Ruang latihan juga kosong.
Ia menaiki tangga dengan hati-hati, penuh perhitungan dan siaga penuh.
Ia membuka kamar tamu pertama dengan posisi senjata teracung, kosong.

Hal buruk mulai melintas di benaknya.

"Jebal! Jebal!"

Ia berdoa dalam hati dengansungguh-sungguh ketika ia berdiri tepat di pintu kamarnya dan Yunho. Berharap dengan sangat pria itu ada di dalam sana sedang tidur atau mandi. Apa pun asal kekasihnya ada di sana. Nafasnya tertahan di paru-paru.

BRAK

Ia membuka pintu dengan kasar, hampir lemas ketika melihat kamar itu kosong melompong, tak ada tanda-tanda kehidupan di sana selain darinya yang seperti sedang diburu sesuatu.

Ia menghambur masuk, membuka kamar mandi lalu keluar setelah tahu tak ada siapa-siapa di sana. Ia berjalan ke lemari pakaian membuka pintunya lebar-lebar.

"Andwae. Andwae. Andwae." Ucapnya cepat sambil mengeleng-geleng tidak karuan.

Tubuhnya lemas, terduduk di lantai yang dingin.

Manik matanya mengedar, melihat seluruh ruangan dalam posisinya, engulum ludah kecut.

"Wae? Apa yang terjadi?" Gumamnya dengan suara parau.

Ia nyaris menangis.

●●●

-TBC-

●●●















Continue Reading

You'll Also Like

157K 10.7K 125
Disclaimer: I do not own this story, this is just and heavily edited MTL. Full title: Stockpiling Supplies and Raising a Child in the Post-Apocalypti...
24.5K 131 40
Alex is a football player which is mocked at for never been with a girl. When the opportunity comes he takes it, but next morning everything changes
15.2K 755 43
" arey aap ayse kase bath kar sakte ho , inse lo mein paise deti hu " she while giving 20 rupees note to bus conductor . " arey aap yaha bhi , chal...
22.7K 1.4K 30
ព្រោះតែការយល់ច្រឡំមួយ ទើបធ្វើអោយក្មេងប្រុសស្លូតត្រង់ម្នាក់ ហ៊ានធ្វើគ្រប់យ៉ាងដើម្បី សងសឹក គេវិញអោយបាន.....!!! ថេហ្យុង ជុងហ្គុក