Whiffler [END]

Від ArlenLangit

357K 25.6K 2.8K

21+ | Update Sebisanya | Terhubung dengan Equanimous #3 "If distance is what I have to overcome to be with yo... Більше

Tante Cantik | 1
Tersenyum Usil | 2
Si Usil | 3
Urusan | 4
Bersertifikat | 5
Tercyduk | 7
Fantasy Gila | 8
Fantasy Gila 2 | 9
Simba | 10
Jemput | 11
Stay | 12
Ternoda | 13
Datang Dan Pergi | 14
Membantu | 15
Ketahuan | 16
Masa| 17
Jijik | 18
Turunan | 19
Tak Bersuara | 20
Dikabulkan | 21
Kembali Pulang | 22
Hutang Hati | 23
Dunia Sudah Berubah| 24
Ngawur | 25
Proses | 26
Perkataan | 27
Dimulai | 28 [End]

Pembantu Jaman Now | 6

14.3K 1K 94
Від ArlenLangit

"Chilla ketemu, Pak!" teriak salah satu pegawai Benecio.

Micha berlari menembus kerumunan pegawainya yang membantu mencari, melihat sosok gadis kecil yang berdiri sambil mengucek matanya menatap heran pada kerumunan orang di belakang papanya. Micha memeluk Chilla erat, kemudian melihat wajahnya, menatapnya takut.

"Sayangnya papa darimana?"

Chilla mengedipkan matanya imut, "Chilla habis tidur di sana."

Micha melihat ruangan di mana tempat menyimpan patung-patung, tadi yakin sekali Ia sudah memeriksanya, tapi tak ada siapapun di sana.

"Chilla jangan ngambek lagi ya, nenek sampai cari kamu dan takut sekali, kasihan dia. Ayo kita pulang," ajak Micha pada puterinya. "Kalian semua boleh pulang, terima kasih sudah bantu saya cari Chilla."

"Iya, Pak."

Chilla menoleh ke belakang, pada ruangan tempat ia tertidur tadi. Ia teringat perihal perkataan kakak cantik sebelum pergi keluar, jika akan pergi ke Marisa Mall lagi. Chilla mulai mencari ide, bagaimana caranya dia bisa datang ke sana dan bermain lagi dengan Alanza.

Micha masih tak habis pikir soal menghilangnya Chilla, sebab ia mengira jika Chilla bersama mamanya. Tapi, menjelang petang, mamanya menelepon dan bertanya jika Chilla mau makan malam apa? Karena Nenek Ashmiranda sedang di sebuah restoran seafood. Tapi, Micha justru kaget, karena Chilla tak bersamanya sejak tadi.

Sepanjang jalan Micha bertanya perihal apa yang dilakukan Chilla di dalam ruangan itu, jawaban puterinya sungguh polos, jika dia ketiduran di sana setelah puas bermain anak-anakkan dengan patung. Micha berkata jika akan membelikan boneka lagi tapi janji ia tak boleh pergi tanpa pamit lagi.

Di rumah, Nenek Ash mondar-mandir gelisah, gugup dan panik memegangi kepalanya yang serasa mau pecah, bagaimana cucu kesayangannya sampai tidak terkontrol, tak diperhatikan dengan benar sampai hilang di dalam pabrik. Ia berbalik dan berjalan cepat keluar rumah saat mendengar deru mobil berhenti, meniti beberapa tangga dan sudah bisa mendekap Chilla yang turun dari mobil.

"Cucunya nenek, ke mana saja tadi hmm? Kamu ngumpet di mana? Enggak ke mesin kain 'kan?"

"Ndak, suaranya berisik. Chilla main anak-anakkan sama patung kecil di ruangan. Terus ketiduran gitu," kata Chilla mendongak sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Oough, ya Tuhaan. Nenek sampai ngomeli papamu tadi," kata Nenek Ash yang melirik ke arah anak menantunya. "Nenek bawakan udang asam manis, pedesnya seimut Erchillanya nenek!"

Chilla bergelayut manja di dekapan neneknya, "Nenek juga imut, imuuuttt!"

Chilla menjulingkan matanya, menjulurkan lidah dan menarik bibirnya ke samping dengan kedua jempol. Itu wajah jelek Chilla ketika menggoda siapapun, terutama nenek dan papanya.

"Chilla sini papa yang gendong aja, nenek capek nanti," kata Micha yang mengambil alih tubuh Chilla dari dekapan Nenek Ash.

"Maaf sudah mengomelimu tadi, hanya panik saja Chilla hilang," kata Nenek Ash pada Micha.

"Micha yang mestinya terima kasih pada Mama, kalau Mama enggak nelpon Micha cariin Chilla, mana Micha tahu jika Chilla hilang." Micha mencium pipi Chilla yang empuk.

"Aww, geli Papa," kata Chilla yang tertawa mengerutkan tubuhnya di dalam dekapan sang papa.

"Mama sudah lega sekarang. Mama mau pulang saja, dimakan ya udangnya, dihabisin loh!" ingat Ashmiranda pada cucunya.

"Iya, Nenek. Daaahh, Nenek!"

Ash melambaikan tangannya sambil meniti jalanan ke arah mobilnya berada. Micha dan Chilla masuk ke dalam, melihat Bibi Ramonah menyiapkan makan malam tercium aroma lezat. Chilla segera meminta turun dan berlari ke arah meja makan. Udang windu yang besar dan menggoda membuat saliva Chilla naik turun, matanya merekah dan siap menculik.

"Eits," kata Micha yang menghentikan tangan Chilla. "Mandi dulu, baru makan."

"Eh, iya ya. Chilla mandi dulu!" Chilla berlari ke kamarnya, sementara Micha melepas dasinya, penat sekali rasanya hari ini.

Micha melangkah ke kamarnya sendiri, sementara suara Bi Ramonah dan Erchilla bersahutan dari kamar sebelah. Micha tersenyum tipis mendekati pigura mendiang isterinya.

"Sayang, kaudengar suara puteri kita? Begitu riang bukan? Aku merindukanmu," bisik Micha di akhir kalimat sambil mencium pigura isterinya.

Micha melepas pakaiannya, tapi tak sampai seluruh pakaiannya terlepas, ponselnya berdering meminta perhatian. Micha keluar dari kamar mandi hanya bertelanjang dada, melihat di layar ponselnya bersiap menggesernya ke ikon merah, tapi nama Nora tidak di sana melainkan seorang rekan bisnisnya, Danell Dhanapati*.

"Selamat malam, Micha!"

"Halo, selamat malam juga, Danell!" seru Micha yang senang mendapat telepon dari rekannya.

"Wah, lama kita tidak mengobrol santai gini. Lagi apa kamu, mengganggu tidak?"

"Tidak, tidak. Hanya mau mandi saja, ada apa katakan?"

"Aku lagi di Marisa Mall sama isteri, biasa wanita sama hobinya jelas lama. Kenapa kita tidak ketemuan sambil ngopi?"

"Kau sudah menikah?? Tega kau enggak undang-undang aku! Ide bagus, bisa-bisa." Micha memprotes temannya sambil tertawa.

"Ajak juga Chilla, biar dia kenal sama tante baru."

"Boleh, dia pasti suka ke Marisa Mall."

"Oke, aku tunggu di kafe biasa kita nongkrong dulu," kata Danell.

"Oke." Micha menutup sambungan teleponnya dengan senyuman.

"Papa senyum-senyum sama hape? Hapenya lucu ya?" tanya Chilla yang melongok ke dalam sudah rapi dan wangi.

"Ah tidak, tadi ada telepon dari Om Danell, inget enggak?"

Chilla masuk dan mengingat-ingat, "iya, Om Danell yang cakep itu 'kan?"

"Iya, dia mau ajak papa ketemuan di kafe, sama isterinya, di Marisa Mall. Mau ikut enggak?" tawar Micha.

"Ikut! Ikut, Pa! Ikut!"

"Riang bener anak papa. Tapi, Chilla turun makan malam dulu sambil tunggu papa mandi, oke?"

"Okee!" Chilla mengajukan dua jempolnya sambil tersenyum lebar.

Chilla berlari keluar dari kamarnya, Micha mengikuti Chilla keluar setelah mendengar suara sesuatu terjatuh. Vas bunga di meja dekat tangga ditabrak Chilla, gadis kecilnya tertawa kecil sambil memegangi fas itu kemudian menuruni tangga. Micha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sikap Chilla yang demikian turunan dari mananya semasa muda, ceroboh.

Chilla duduk manis di kursi meja makan, menyendokkan nasi dari bakul anyaman dan tersenyum merekah menaruh dua udang besarnya di atas nasi. Chilla menyendokkan sedikit nasi berbalut bumbu, Ia menyedot udara sedikit.

"Hmm, enak pedesnya imut, Chilla suka!"

"Ini minumnya, ya."

"Terima kasih, Bibi baik!"

"Bibi saja, Non."

Chilla hanya tersenyum sambil menggigit udang yang sudah ditusuknya dengan garpu. Ia menyukai makanan pemberian neneknya, tahu jika cucu kesayangannya menyukai seafood. Bibi Ramonah menemani Chilla makan, sampai papa Chilla turun.

"Bapak mau makan juga?" tawar Bibi Ramonah.

"Enggak usah, biar Chilla habiskan saja. Bibi kalau mau ambil saja ya, jangan sungkan." Micha meminta.

"Iya, Pak." Bibi Ramonah mengambil piring dari dapur dan mengambil dua potong udang.

"Bibi makan yang banyak, biar cepet gede kayak Chilla." Chilla menyendokkan tiga udang lagi di piring bibi.

"Terima kasih, sudah Non. Sudah," kata Bibi Ramonah senang.

"Enggak apa, ini masih banyak loh," Chilla berkata di sela sendawanya.

Chilla menyesap udang terakhir yang muat dimakannya dan bersendawa lagi. Ia bangkit dari kursi meja makan ke arah wastafel, setelah kering mendekati papanya yang duduk di sofa ruang tengah.

"Sudah minum?"

"Sudah, kenyang. Siap jalan-jalaaaan! Kak Bona ikut 'kan?"

"Mm, entahlah. Papa enggak yakin, karena Om Danell hanya bilang sama isteri barunya."

"Isteri baru itu, baru dibeli di toko ya, Pa?"

Micha tertawa menggandeng tangan Chilla keluar dari rumah, "E, Bibi. Kunci saja pintunya kemungkinan besar kami pulangnya agak malam."

"Iya, Bapak. Hati-hati di jalan," pesan bibi ramah.

"Daahh Bibi Ra, jangan kangen Chilla ya!"

Chilla masuk ke dalam mobil papanya, bersiap berangkat ke Marisa Mall. Micha menoleh ke anaknya yang girang.

"Chilla ada PR?"

"Ada,"

"Udah dikerjain?"

"Besok sepulang sekolah aja, PR matematika."

"Besok ada jadwal matematika?"

"Enggak ada," jawab Chilla.

"Ya sudah, besok papa bantu kerjain ya?"

"Chilla bisa kok, sekarang ayo maiiinnn!!" Chilla mengangkat kedua tangannya ke atas.

Micha tertawa kecil melihat semangat puterinya, segera melaju ke Marisa Mall. Sedangkan Bibi Ramonah di rumah sudah menutup pintu rumah tapi ketukan menahan langkahnya kembali ke meja makan. Bibi membuka pintu, Nora segera masuk begitu saja dan berteriak mencari Micha.

"Micha! Micha, Sayang! Aku datang yuhuu!" Nora berteriak di ruang tamu dan melihat ke lantai dua.

"Bu Nora-"

"Sssttt! Diem!" Nora melayangkan telunjuknya pada Bibi Ramonah. "Micha! Aku bawakan banyak makanan ini, turun dong!"

Bibi Ramonah mengabaikan Nora yang masih berteriak mencari tuannya. Ia melanjutkan makannya sambil melihat wanita cantik setengah edan itu berteriak.

"Bi, kenapa Micha enggak turun-turun sih! Panggilin napa, malah enak-enakan makan!" gerutu Nora yang lelah berteriak tanpa ada jawaban.

"Pak Micha dan Non Chilla baru saja pergi," jelas Bi Ra pada Nora.

Nora berkacak pinggang, meniup kesal dan melirik Bibi Ra, "kenapa enggak bilang dari tadi? Harus gitu biarin aku teriak kayak tarzan?"

"Bibi sudah mau jelasin, tapi dicegah sama Bu Nora tadi," kata Bibi Ra menyanggah.

"Eughh! Ngeselin! Pembantu jaman now, udah pinter ngeles, bantah, protes, eughh!" Nora pergi dari rumah setelah menaruh barang yang dibawanya di atas meja makan.

"Ini buat bibi, Bu?"

"Terserah, buat anak ayam kek, kelinci kek, kucing kek!" Nora berteriak tak memperhatikan jalan, hingga ia menabrak tepian meja. "Aww! Sialan! Siapa sih yang naruh meja ini di sini!!"

Bibi Ramonah menahan tawa melihat Nora yang kesakitan, ingin membantu, tapi jelas Nora tak ingin dibantu. Apalagi dalam mode kesal seperti saat ini. Bibi malah memperhatikan makanan yang dibawa Nora, makan besar dan sepuasnya menantinya. Di luar Nora segera pergi menyusul Micha, meneleponnya berkali-kali, tapi tak sekalipun diangkat oleh Micha. Micha tengah sibuk mendengarkan nyanyian Erchilla, yang terdengar riang dan gembira.

Dan di tempat lain, Alanza sudah bersiap pergi ke luar Benecio, tapi dua satpam berkeliling pabrik dan naik ke lorong-lorong kantor memeriksa setiap bagian. Alanza terdiam tak bergerak kala senter satpam menyinari beberapa patung di sebelahnya. Ia menggerakkan lesu tubuh bonekanya ketika satpam sudah pergi menjauh. Kunci yang disimpannya di tempat tak terduga diambilnya, mengalunginya di leher dan membuka pintu.

Ia melongok ke pintu, melesat pergi ketika satpam sudah berbelok. Pintu di belakangnya segera menutup sendiri, sontak mengagetkan Alanza dan satpam. Satpam berbalik mendengar pintu ditutup, berjalan mendekat dan membuka pintunya terburu-buru. Ia masuk dan menyenteri semua patung satu demi satu, bahkan sampai membuka plastiknya, sedangkan Alanza di luar ruangan dan bersembunyi menatap was-was jika ada satpam lain datang dan memergokinya. Alanza berusaha melangkah tanpa suara, keluar dari pintu belakang dan bebas pergi ke mana saja, meski Ia tak yakin bisa semudah itu sewaktu pulang nanti.








* kakak ipar Briella Michaeline : LIMERENCE

♧♧♧

Pagiii, udah pada sarapan? Grup ArlenFamily2 udah rame banget, makasih ya udah mau ambil kursi di sana. Kalau masih ada yang minat silakan klik link di wall nyak ya.

Itu si Nora rempong bener wkwkwk, Alanza semoga bisa pulang lancar ya. Dean Gitu enggak nongol nih, sabar ya Dean pikirin cara bikin dedek bayi aja dari nasi dan ikan. Eh,

Продовжити читання

Вам також сподобається

SINGLE MOTHER Від Ragil Renisa

Сучасна проза

401K 32.4K 34
[ MATURE CONTENT: 21+] Seorang ibu satu anak yang harus berpisah dengan suaminya karena satu dan lain hal. Menjadi wanita kuat, melakukan apapun send...
133K 6.4K 40
#21+ adult Dikala cinta menggoda dua insan.... Ketika dua insan bertemu di waktu yang salah, namun memiliki hati yang kuat untuk bersatu. Mungkinkah...
2.4K 152 4
*Bagaimana jadinya seorang dokter beralih profesi menjadi seorang guru?* *Bagaimana jika dia tertarik kepada laki-laki yang berstatus sebagai kakak d...
My QUEEN Від ern_queen

Романтика

6.8K 481 26
King Albert Sagara, diam-diam menyukai Queenza, sahabat masa kecilnya. Ia menyimpan perasaan sekian tahun lamanya, sampai seseorang hadir diantara me...