Membantu | 15

8.7K 720 80
                                    

Guru memberikan materi yang sudah diberikan dua hari yang lalu, para murid maju mengumpulkan tugas mereka. Chilla senang bisa mengerjakan tugas itu, karena telah dibantu kakak kelasnya yang baik, Izann. Bu Yasna meminta murid barunya itu mengambil kitab pelajaran di perpustakaan, tetapi karena masih baru belum hapal untuk pergi ke sana. Bu Yasna lantas meminta Erchilla yang mau kembali ke bangkunya untuk menemani Sivan ke perpustakaan.

"Chilla bisa bantu ibu? Temani Sivan ke perpustakaan ambil kitab pelajaran yang Chilla juga dipinjami, mau ya?" tanya Bu Yasna pada Erchilla.

"Bisa," kata Chilla menaruh pensilnya di meja dan tersenyum tipis ke arah Bu Yasna dan Sivan.

"Sivan ikut Chilla ya ke perpustakaan, ini daftar buku yang harus kamu ambil, segera kembali ya kalau sudah." Bu Yasna memberikan perintah.

"Iya, Bu." Sivan menjawab dan berjalan mengikuti Erchilla.

Sivan mensejajari langkah Erchilla, gadis kecil yang sedikit muram itu ditengoknya. Chilla yang menoleh ke samping sedikit teekejut oleh perilaku Sivan, teman barunya di kelas.

"Kenapa?"

"Enggak apa, kita belum berkenalan. Namaku Sivan," kata Sivan.

"Aku tahu kalau namamu Sivan," kata Chilla.

"Lalu namamu?" tanya Sivan.

Erchilla mempertontonkan bedge di dadanya, "Ini namaku, bisa dipanggil Erchilla atau Chilla."

"Salam kenal, Chilla." Sivan berkata, gadis itu mengangguk dan tetap berjalan sedikit menunduk. "Awas!"

Sivan menarik lengan Erchilla ke sisinya tepat, hampir saja gadis itu menabrak rak sepatu. Gadis itu terkejut, menoleh ke Sivan dan apa yang tadinya akan ditabraknya.

"Jalan itu pakai mata dan kaki harus sinkron, jangan menunduk." Sivan memberitahu Chilla.

"Iya, maaf. Terima kasih, Sivan."

"Sama-sama." Sivan tersenyum.

Erchilla mengajak Sivan ke ruangan besar berpintu ganda, ada lelaki penjaga perpustakaan dan arsip yang berjaga di bali meja kayu, di atasnya ada komputer yang kadang digunakannya bermain Soliter. Chilla menyapa penjaga dan Sivan memberikan kertas berisi daftar kitab apa saja yang harus diambilnya. Penjaga itu mengarahkannya ke deretan rak di lorong pertama. Sivan berjalan ke sana, sementara Erchilla awalnya duduk pun mendekat.

"Bahasa Indonesia 1a, matematika 1a," kata Sivan mengambil kitab-kitab di rak. Sivan melihat kitab di atas tubuhnya, perlu kursi atau tangga untuk bisa menggapainya.

"Kau butuh ini agar bisa ambil," kata Chilla datang membawa kursi plastik berwarna hijau. "Sini aku bawakan."

"Terima kasih, aku kira kamu enggak mau bantu aku, kamu terlihat sedih gitu, murung dan melamun." Sivan menaiki kursi plastik itu dan mengambil buku kitab.

"Iya, kamu tahu enggak Dean, itu anak lelaki yang duduk di bangku depanku, dia itu lagi sedih karena Nael pindah sekolah, dia jutek sama aku." Chilla bercerita sambil menyandarkan bahunya di rak.

"Jangan kausandari raknya, nanti kedorong trus raknya jatuh gimana? Duduk saja di sana, bentar lagi selesai," kata Sivan menunjuk ke meja bundar bersekat dicat menarik di atas karpet.

Erchilla duduk di sana, bersila dan menaruh kitab-kitab Sivan di meja, membukanya sekilas daripada duduk tanpa melakukan apapun. Sivan duduk di samping Chilla, melihat gadis itu cantik dan imut.

"Aku enggak tahu Dean itu siapa, masih sehari aku sekolah. Emang kenapa dengannya?"

"Aku suka main sama dia, tapi kalau dia sukanya main sama kakak kelasnya, di rumah juga main sama Kak Zena, dia jadi baik dan manis kalau dengannya."

Whiffler [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang