Pembantu Jaman Now | 6

14.3K 1K 94
                                    

"Chilla ketemu, Pak!" teriak salah satu pegawai Benecio.

Micha berlari menembus kerumunan pegawainya yang membantu mencari, melihat sosok gadis kecil yang berdiri sambil mengucek matanya menatap heran pada kerumunan orang di belakang papanya. Micha memeluk Chilla erat, kemudian melihat wajahnya, menatapnya takut.

"Sayangnya papa darimana?"

Chilla mengedipkan matanya imut, "Chilla habis tidur di sana."

Micha melihat ruangan di mana tempat menyimpan patung-patung, tadi yakin sekali Ia sudah memeriksanya, tapi tak ada siapapun di sana.

"Chilla jangan ngambek lagi ya, nenek sampai cari kamu dan takut sekali, kasihan dia. Ayo kita pulang," ajak Micha pada puterinya. "Kalian semua boleh pulang, terima kasih sudah bantu saya cari Chilla."

"Iya, Pak."

Chilla menoleh ke belakang, pada ruangan tempat ia tertidur tadi. Ia teringat perihal perkataan kakak cantik sebelum pergi keluar, jika akan pergi ke Marisa Mall lagi. Chilla mulai mencari ide, bagaimana caranya dia bisa datang ke sana dan bermain lagi dengan Alanza.

Micha masih tak habis pikir soal menghilangnya Chilla, sebab ia mengira jika Chilla bersama mamanya. Tapi, menjelang petang, mamanya menelepon dan bertanya jika Chilla mau makan malam apa? Karena Nenek Ashmiranda sedang di sebuah restoran seafood. Tapi, Micha justru kaget, karena Chilla tak bersamanya sejak tadi.

Sepanjang jalan Micha bertanya perihal apa yang dilakukan Chilla di dalam ruangan itu, jawaban puterinya sungguh polos, jika dia ketiduran di sana setelah puas bermain anak-anakkan dengan patung. Micha berkata jika akan membelikan boneka lagi tapi janji ia tak boleh pergi tanpa pamit lagi.

Di rumah, Nenek Ash mondar-mandir gelisah, gugup dan panik memegangi kepalanya yang serasa mau pecah, bagaimana cucu kesayangannya sampai tidak terkontrol, tak diperhatikan dengan benar sampai hilang di dalam pabrik. Ia berbalik dan berjalan cepat keluar rumah saat mendengar deru mobil berhenti, meniti beberapa tangga dan sudah bisa mendekap Chilla yang turun dari mobil.

"Cucunya nenek, ke mana saja tadi hmm? Kamu ngumpet di mana? Enggak ke mesin kain 'kan?"

"Ndak, suaranya berisik. Chilla main anak-anakkan sama patung kecil di ruangan. Terus ketiduran gitu," kata Chilla mendongak sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Oough, ya Tuhaan. Nenek sampai ngomeli papamu tadi," kata Nenek Ash yang melirik ke arah anak menantunya. "Nenek bawakan udang asam manis, pedesnya seimut Erchillanya nenek!"

Chilla bergelayut manja di dekapan neneknya, "Nenek juga imut, imuuuttt!"

Chilla menjulingkan matanya, menjulurkan lidah dan menarik bibirnya ke samping dengan kedua jempol. Itu wajah jelek Chilla ketika menggoda siapapun, terutama nenek dan papanya.

"Chilla sini papa yang gendong aja, nenek capek nanti," kata Micha yang mengambil alih tubuh Chilla dari dekapan Nenek Ash.

"Maaf sudah mengomelimu tadi, hanya panik saja Chilla hilang," kata Nenek Ash pada Micha.

"Micha yang mestinya terima kasih pada Mama, kalau Mama enggak nelpon Micha cariin Chilla, mana Micha tahu jika Chilla hilang." Micha mencium pipi Chilla yang empuk.

"Aww, geli Papa," kata Chilla yang tertawa mengerutkan tubuhnya di dalam dekapan sang papa.

"Mama sudah lega sekarang. Mama mau pulang saja, dimakan ya udangnya, dihabisin loh!" ingat Ashmiranda pada cucunya.

"Iya, Nenek. Daaahh, Nenek!"

Ash melambaikan tangannya sambil meniti jalanan ke arah mobilnya berada. Micha dan Chilla masuk ke dalam, melihat Bibi Ramonah menyiapkan makan malam tercium aroma lezat. Chilla segera meminta turun dan berlari ke arah meja makan. Udang windu yang besar dan menggoda membuat saliva Chilla naik turun, matanya merekah dan siap menculik.

Whiffler [END]Where stories live. Discover now