Proses | 26

11K 891 203
                                    

Beberapa part terakhir.

Alanza menatap Micha yang sudah siap menyetir dengan tatapan heran. "Erchilla sakit? Harusnya Bapak bawa dia ke rumah sakit bukan manggil saya, saya bukan bidan ataupun dokter."

Micha menghela napas sambil menyetir, "Aku tahu, tapi dia maunya kamu, ngigau sampai gitu. Mungkin dengan kamu datang temui dia, demamnya turun."

"Turunkan saya, saya mau pulang dan tidak mau pergi ke mana-mana dalam keadaan tidak mood." Alanza meminta Micha menepikan mobilnya, tapi lelaki di balik kemudi tak nenggubrisnya. "Astaga, ini sungguh tak masuk akal."

"Aku tak tahu harus minta tolong gimana lagi, jangan formal padaku, aku yakin kamu masih Alanza yang kemarin-kemarin aku kenal." Micha menyetir sambil bicara dengan Alanza.

Alanza memijat kepalanya, menatap jalanan kota malam hari dengan wajah dan perasaan sedih. "Aku tidak tahu bahwa dunia sudah berubah sejak aku koma, kalian bertiga ngotot ketemu aku, sedangkan Alfian... Alfian udah berkhianat dan meninggal."

"Aku turut berduka."

Alanza tertawa, tapi juga menangis. "Aku tak tahu harus menangisinya atau mensyukurinya, Alfian khianatin aku dengan hamilin Rahma!"

"Adikmu?"

"Sahabatku sendiri."

"Ouh, maaf."

"Dan sekarang, aku diculik orang yang ngaku-ngaku kenal aku buat temani anaknya yang sakit, apa dosaku sebenarnya?" tanya Alanza dengan pasrah.

"Diculik?"

"Lalu kaupikir ini apa kalau tidak menculikku?" tanya Alanza dengan mata tajamnya.

"Menyewamu yang benar. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, Chilla dan ah, kita! Yang Chilla tahu kamu adalah teman mainnya, bagi balon bersama, makan dan bermain bersama."

"Lalu?"

"Aku meminta tolong padamu, jadilah Alanza yang dikenalnya, hanya sampai akhir bulan ini saja, setelahnya aku akan bawa Chilla pulang ke Singapura, bibiku di sana. Hanya sampai akhir bulan ini saja, kumohon." Micha meminta.

"Akhir bulan 'kan? Hanya lima hari?"

"Ya, setelahnya kau boleh pergi, lupakan kami pernah ada di hidupmu dan kami tidak akan mengganggumu lagi." Micha menggigit bibirnya hingga merah, menahan lara perihal keputusannya yang sesaat. "Ini demi Erchilla, kumohon."

Hening. Alanza tak segera menjawab dan Micha tak sampai hati memaksa jawaban dari Alanza, tapi wanita itu mengiyaka ide Micha, hanya lima hari menjadi dirinya yang lain untuk anak kecil bernama Erchilla. Micha berterima kasih pada wanita cantik berkemeja kotak-kotak merah itu, sungguh wanita yang cantik. Micha mengesampingkan perasaannya demi Erchilla, jika Alanza benar tak mau mengenalnya lebih jauh dan bersikeras menjauh, Ia akan berusaha pula melupakan Alanza.

Alanza dan Micha sampai di rumah, bertemu Nenek Ash dan Bi Ramonah yang menunggu di kamar Chilla yang tengah diperiksa dokter. Dokter berkata jika sudah memberikan obat penurun demam untuk Chilla, tapi jika sampai besok lusa demamnya tidak kunjung turun segera bawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Micha mendekati puterinya, sementara Nenek Ash mengantar dokter itu keluar.

"Sayang, Chillanya papa. Lihat papa bawa siapa?" tanya Micha membangunkan Erchilla.

Chilla membuka matanya pelan, kemudian menatap papanya. "Papa bawa Tante Cantik?"

"Itu," kata Micha menunjuk Alanza.

Alanza menatap Micha kemudian berganti ke arah Erchilla sambil melambaikan tangannya. Sama seperti yang Alanza lakukan selama ini, berkat diberitahu oleh Micha. Erchilla duduk, menatap Alanza dengan mata berbinar dan merentangkan kedua tangannya.

Whiffler [END]Where stories live. Discover now