Kilter Man

By Novisari_

8.8K 2.2K 5.9K

Kisah yang menceritakan sebagaimana rumitnya perjuangan cinta sejati. Mereka, si cewek dan si cowok. Kedua se... More

1| Galen Leonardo Abraham
2| Nilam Angelia Puspita
4| Pemikiran masa lalu
5| Intan si cabe
6| Tatapan
7| Upacara
8| Diantar sama Galen?
9| Lina dan Kinan
10 | Datang bulan
11| Kotak makan
12 | Disita
13 | Disiram
14 | Film drama
15 | Batal

3| Pria dengan tatapan seperti elang

1K 269 642
By Novisari_

Nilam mendongak dengan tatapan datar, setelah melihat siapa yang berada didepannya ia kemudian menunduk kembali, meneruskan aktivitas yang tadi sempat tertunda.

Alesha terduduk menatap Nilam dengan tatapan sayu." Maafin gue, Lam. Gue gak sengaja bicara tentang keluarga lo."

Nilam mengendikkan bahu acuh, kemudian ia menjawab.

"Lo tau sendiri, kalau gue gak suka jika keluarga gue dibawa-bawa. Lo juga tau kondisi keluarga gue yang membuat gue sendiri jijik ngebayanginnya." Alesha menunduk, tanpa sadar air matanya mengalir.

"Maafin gue, Lam. Gue sekali lagi minta maaf." Nilam mengembuskan napas panjang.

"Kali ini gue maafin, dan ini untuk yang terakhir kalinya." Alesha mengangguk, tangan putih itu terulur untuk menghapus air matanya. Alesha mendongak menatap bola mata Nilam yang berwarna cokelat itu dengan mata berkaca-kaca.

"Hm, nanti malam gue ada jadwal pemotretan untuk dress keluaran baru tahun ini, jadi gue minta buat lo temenin gue. Lo gak keberatan kan?" Alesha tersenyum ia menggeleng.

"Nggak, nggak sama sekali." Nilam mengangguk, pembicaraannya berhenti ketika mendengar suara bel berbunyi.

***

Semua siswa-siswi tengah memadati koridor membuat dua gadis itu berdecak kesal. Nilam yang gemas langsung menghampiri, menatap seseorang yang menjadi bahan keributan.

Nilam menggerutu kesal. "Fael lagi Fael lagi."

Dia merentangkan kedua tangan membuka kerumunan supaya memberikan sedikit celah untuk gadis berbadan ramping seperti Nilam menerobos.

"Fael! Lo gak bosen masuk, keluar ruang bk terus?" Alih-alih menanyakan dan berbaik hati, Fael malahkan bersifat acuh tak acuh terhadap Nilam yang membuat model remaja itu geram.

"Dan elo! Lo siapa lagi! Kalau kalian mau ribut dan berbuat onar, mending diluar sekolah aja deh!" Fael berhenti adu mulut dengan lawannya. Ia menatap Nilam sinis dan didetik berikutnya ia tersenyum manis.

"Nilam yang cantik, kamu gak usah ikut-ikutan deh ya, nanti kena semprot gimana?" Nilam memutar bola mata malas seraya melipatkan kedua tangannya di dada.

"Fael, berhenti! Atau gue laporin ke Tante lo?" Usai menuntaskan kalimatnya, Fael membelalakkan mata.

"Jangan! Tante gue kalau udah marah, galak banget. Yaudah iya gue berhenti." Alesha yang berada disamping Nilam menahan senyum melihat wajah Fael yang memerah.

Ia melirik, menatap seseorang yang menjadi bahan semprot mulut Fael hanya berdiri diam dengan wajah tanpa ekspresi.

Fael yang ingin beranjak tiba-tiba berhenti ketika mendengar ucapan Nilam. "El, emang kenapa sampai-sampai lo sama dia ribut?"

Nilam masih memfokuskan perhatiannya kepada lelaki berpostur tinggi itu tanpa melihat Fael sedikit pun.

"Baju gue basah gara-gara dia." Nilam mengangguk.

"Lo anak baru?" tanyanya yang tidak digubris oleh lawan bicaranya.

"Hei ... lo tuli?" Disitu juga lelaki yang menjadi lawan bicara Nilam mendongak, bola mata biru milik lelaki itu menatap datar dan menusuk kedua bola mata Nilam.

"Gue pindahan dari IPA satu," jawabnya, kini tatapan datar itu berubah seperti menjadi tatapan tajam yang sangat menusuk kedua bola mata Nilam. Nilam menggeliat dan menelan ludah. Serem sekali tatapan lelaki itu, pikirnya.

"Nama lo siapa?" Tanpa menjawab pertanyaan Nilam, lelaki itu menerobos kerumunan, meninggalkan Nilam yang sedang terpaku.

Alesha menganga, menatap lelaki yang baru saja beranjak itu dengan tatapan bingung. "Lam ... tuh orang tatapannya tajam banget kayak silet."

Nilam mengangguk masih dengan ekspresi kaget. "Gue juga gak tahu kenapa."

***

"Pindahan dari IPA satu, hm ... " Tangannya berkutat pada kertas putih dengan map biru yang membungkus. Kedua bola mata berwarna cokelat itu tidak lepas dari kertas putih yang berada didepannya.

Senyuman tersungging indah dibibir mungilnya setelah menemukan satu foto yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Sampai-sampai tadi belajar, ia tidak bisa fokus.

"Galen Leonardo Abraham," gumamnya seraya menutup dan menyerahkan map biru itu kepada pemiliknya.

Ia beranjak pergi dari ruang tata usaha menuju kantin. Ia melihat Alesha tengah menunduk dengan satu buah buku berada ditangan perempuan itu. Nilam menghampiri dengan suara dehuman yang membuat Alesha mendongak.

"Kita pulang, urusan udah selesai." Alesha mengangguk, menutup buku lalu bangkit.

***

Lokasi pemotretan kini sudah ramai oleh kameraman, Nilam menyungging senyum kepada asisten pribadinya yang sedang menyiapkan segala alat makeup.

Nilam duduk di bangku yang sudah disiapkan, sambil menggual asal rambut pirangnya, ia tersenyum ke cermin yang memantulkan wajahnya dengan wajah asistennya.

"Bagaimana perkembangan pemotretan kamu kemarin, Nilam?"

"Lancar, Kak. Bahkan hasilnya lebih memuaskan dari pada yang Nilam bayangkan."

Asisten pribadinya yang bernama Maura sudah berusia dua puluh lima tahun itu tersenyum manis dan mengangguk. "Syukurlah."

"Bagaimana rasanya jadi model, Lam?"

Nilam terdiam sesaat. "Asyik kak, tapi perjuangannya yang membuat semua calon model cepat memiliki sifat pesimis, bahkan Nilam pernah jumpai calon model yang gagal karena sudah beberapa kali berusaha untuk mendapatkan juara, akan tetapi kenyataan tidak dengan kemauannya yang membuat mereka menyerah." Maura bersorak kecil.

"Wah berarti kamu beruntung ya, Lam." Nilam tersenyum lebar menanggapi ucapan antusias asistennya itu.

"Memangnya kenapa, Kakak nanya itu?" Maura berdehum pelan.

"Dulu juga cita-cita Kakak menjadi seorang model, akan tetapi karena dengan keuangan yang tidak mencukupi membuat cita-cita Kakak hanya bayangan saja."

"Sebaiknya Kakak jangan seperti itu, Nilam juga dari keluarga yang tidak mampu kok. Bahkan lebih tidak mampunya dari pada Kakak." Nilam menjeda kalimatnya sesaat. "Karena Nilam ingin banget cita-cita Nilam tercapai, Nilam mulai nabung hingga bisa mengikuti setiap perlombaan."

Baru saja Nilam ingin membuka bicara lagi, seseorang masuk dengan sebuah Hoodie ditangannya. "Pemotretan akan dimulai, bisakah untuk lebih dipercepat?"

Maura mengangguk dengan senyuman khasnya. Hanya butuh waktu dua menit untuk menyelesaikan makeup dan yang lainnya.

Setelah selesai, pemotretan pun telah usai, ia berlari kecil menuju kamar ganti. Matanya melihat Alesha yang tengah tertidur pulas.

"Hey ... kebo bangun!" Alesha menggeliat, hingga tangannya meninju wajahnya pelan.

Nilam memutar bola mata dan berkacak pinggang setelah melihat Alesha terbangun. Alesha yang menyadari sesuatu apa yang membuat Nilam seperti itu hanya bisa menyengir kuda. "Hehe maaf."

"Jadi, lo bisa kasih tau gue siapa nama laki-laki dengan tatapan seperti Elang itu?" ujar Alesha dengan suara parau, akan tetapi terdengar nada antusias dibalik suaranya.

"Galen. Si pria dengan tatapan dingin dan elangnya."

Hai, vote dan komennya jangan lupa yah, makasii ;)

Salam Nilam.

Continue Reading

You'll Also Like

876K 81.3K 71
ā€¢ š’šš”š„š‹š‹ š†š„šš™šŽ ā€¢ Gevano si biang onar, ruang bimbingan konseling seperti taman bermain baginya. Kapanpun ia bosan, ia akan datang kesana...
1.8M 104K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
4.8M 255K 57
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
404K 16.1K 49
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...