Bulan dan Bintang

By chocaramelle

150K 9K 2.2K

Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan terjatuh juga. Ali yang biasanya terlihat cool dan tenang, hari in... More

Chapter I
Chapter II
Chapter III
Chapter IV
Chapter V
Chapter VI
Chapter VII
Chapter VIII
Chapter IX
Chapter X
Chapter XI
Chapter XII
Chapter XIII
Chapter XIV
author's note📝✒
Chapter XV
Chapter XVI
Chapter XVIII
Chapter XIX
Chapter XX (Final Chapter)

Chapter XVII

5.5K 392 94
By chocaramelle

Ingat saat kemarin aku bilang kalau guru-guruku sedang dalam mood terbaik mereka?

Lupakan.

Karena minggu ini, PR, tugas, dan praktik bertebaran di dalam to-do-listku, dan semua murid di kelas. Mulai dari pelajaran yang aku suka, sampai yang paling aku tidak suka.


Yang benar saja. 


Bukan berarti aku pemalas. Hanya saja, tugasnya banyak sekali.


Memang tidak semua guru di setiap mata pelajaran memberikan sih, tetapi masih bisa dibilang banyak intinya. Bahkan, harus ada yang berbentuk laporan percobaan. Padahal kami baru pertama kali masuk bagian/sub bab tersebut. Jadi, singkatnya, kita harus melakukan percobaan sendiri di rumah. 

Iya, benar-benar sebuah pekerjaan rumah.

Laboratorium di sekolah sedang diperbaiki, sepertinya karena hal itu kami harus mengerjakannya di rumah.

Kata guru kami, kami boleh meminjam peralatan-peralatannya dari sekolah. Tetapi kalau sampai rusak maupun hilang, kami harus menggantinya. Walaupun aku bukan orang yang ceroboh, aku tetap khawatir kalau sedang memegang benda yang bukan milikku. Takutnya ada kejadian yang tidak-tidak dan, sudah. Peralatannya rusak atau hilang.

Tapi untunglah, ini adalah tugas kelompok. Aku, Seli, dan Ali langsung berpikiran untuk se-kelompok. Ali bilang dia punya peralatan yang nanti akan kami butuhkan, syukurlah.

Kami pun sepakat bahwa hari Sabtu nanti, tugas praktikum tersebut akan kami kerjakan di rumah Ali. Sudah jelas sih.

Praktikum ini membutuhkan makhluk hidup. Karena ini adalah praktikum biologi tentang bagian pernafasan pada makhluk hidup.

Kami membutuhkan beberapa jangkrik.

Dan, yang jelas, bukan aku yang akan membawanya. 

Aku bersedia membawakan alat maupun bahan apapun yang dibutuhkan asalkan bukan jangkrik. 

Tidak, aku tidak takut dengan jangkrik.

Tetapi mereka membuatku bergidik. Rasa geli pasti muncul ketika mereka berjalan di tanganmu dengan kaki kecilnya, lalu— Sudahlah aku tidak mau membahasnya lebih lanjut.

Aku dan Seli hanya bisa bernafas lega ketika Ali bilang dia juga sudah punya bahan kimia yang dibutuhkan. Syukurlah.

Tetapi, aku juga jadi merasa tidak enak. Aku harap nanti aku bisa membantu banyak ketika praktik.

Kami kembali membicarakan tentang kesepakatan waktu yang tepat untuk melakukan praktik tersebut.

_______________________________

Aku sudah berdiri di depan rumah Ali. Aku menekan bel yang berada di dinding sebelah pagar raksasa.

Suara langkah terdengar dari dalam rumah, "Nona Raib ya?" Ternyata yang muncul adalah salah satu pembantunya.

Aku mengangguk. "Silahkan masuk. Tuan Muda Ali sudah menunggu."

Dia membuka pintu pagar lebih lebar agak aku bisa masuk. "Terima kasih."

"Iya. Ikuti aku." Ia menjawab sambil mulai berjalan.

Aku mengikutinya ke arah kamar Ali, walaupun aku sudah tahu di mana kamar Ali, sepertinya akan lebih sopan jika aku mengikutinya saja. 

Setelah beberapa menit berjalan, kami pun sampai di depan pintu kamar. Aku segera mengucapkan terima kasih dan bibi tersebut menjawab sambil tersenyum ramah.

Kalau aku punya pembantu, rasanya akan bagaimana ya? Ah, tapi nanti mama malah tidak punya pekerjaan di rumah. Aku tidak bermaksud bahwa mamaku harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sampai dia lelah setiap saat, tetapi aku tahu, kalau mamaku tidak melakukan apapun seharian, dia akan bosan. Sangat bosan sampai apapun diprotes olehnya. Mamaku dasarnya memang suka mengurus rumah. Jadi ya, begitu.

Baru aku mau mengetuk pintu kamar, tiba-tiba pintu kamar Ali sudah terbuka sendiri.

"Di situ kau rupanya." Ali kemudian menyingkir dari depan pintu dan membiarkanku masuk.

Ali mengenakan kaos rumahannya, kaos oranye polos dan celana pendek, di atas lutut sedikit. Aku mencium sedikit bau gosong, sepertinya dia baru saja membuat suatu barang, mungkin?

Aku masuk dan melihat-lihat lagi kamarnya, sudah lama sekali rasanya ke sini bersama Seli sejak kejadian Ali 'diculik' ILY. Sambil memperhatikan apakah ada yang berbeda atau tidak dari sebelumnya, aku berkeliling sebentar. Bukan karena apa-apa ya, aku hanya tertarik untuk mengamati kamarnya kembali.

"Kau sedang mencari sesuatu, Raib?"

"...Tidak. Aku hanya melihat-lihat saja."

"Sebegitu menarikkah kamarku? Kau bisa berkunjung kapan pun kalau kau mau."

Aku hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Bukannya dia malah akan terganggu kalau orang-orang mengunjungi kamarnya ini? Bukankah banyak barang-barang berbahaya kalau disentuh sembarangan? Tidakkah dia khawatir dengan hal itu?

Aku bingung sekaligus khawatir.

Ali hanya tertawa melihat reaksiku. "Buat apa juga aku ke kamarmu. Yang ada hanya barang-barang tidak jelasmu."

"Bukan tidak jelas, hanya belum jadi saja," jawabnya sambil memainkan salah satu barangnya.

"Kau tidak keberatan jika kita menggunakan kamarmu nanti?"

"Tentu saja tidak, Tuan Putri Raib." 

Ih. Panggilan ini lagi.

"Apa... kau lebih sering memanggilku Tuan Putri belakangan ini karena kau suka denganku?"

Ali terlihat berpikir untuk sejenak. "Tidak seperti itu juga sih, aku memanggilmu itu karena aku suka saja."

"Baiklah.." Aku dan Ali saling bertatapan untuk beberapa menit. Hanya berdua di kamar ini. 

Astaga, kenapa Seli belum datang juga—


"Kau tahu, Raib?"


Eh? Kenapa Ali tiba-tiba mendekat? Ada apa ini??

Aku mulai mundur. Memasang wajah agak khawatir. Aku harap Ali bisa mengerti kalau aku mulai khawatir dengan perilakunya ini.

Aku mundur beberapa langkah.

Ali tidak menghiraukan wajahku.

Sampai akhirnya punggungku menyentuh tembok dekat pintu kamar. Celaka.

Ali kemudian berhenti di depanku. Sedikit terlalu dekat. Kemudian ia mengangkat salah satu tangannya ke dinding di samping kepalaku.

Mata Ali kemudian menatapku sambil tersenyum polos. Aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan sekarang. 

Apa yang akan ia lakukan dengan tatapannya itu? 

Jantungku mulai berdegup kencang. Aku berusaha untuk tetap tenang.

"Kalau dipikir-pikir, panggilanmu itu cocok dengan panggilanku." Ali tiba-tiba membicarakan panggilan kami.

Ali, apakah harus dengan posisi klise ini kita baru bisa membicarakan hal tersebut? 

Kamarmu kan sangat luas, ayolah.

"Lalu? Memangnya kenapa?" Aku menjawab sambil berusaha untuk keluar dari posisi ini. Tetapi, tatapannya entah kenapa menahanku untuk melakukannya. 

"Tuan Muda Ali, Tuan Putri Raib. Bukankah itu juga merupakan sesuatu bagimu? Menurutku, ini lucu dan spesial."

"Itu..mungkin itu hanya kebetulan..?" jawabku, tidak tahu pembicaraan ini akan mengarah ke mana.

"Aku rasa tidak hanya itu. Raib, bukankah ini bisa jadi takdir?"

Takdir? 

Ali mulai mengangkat tangan yang satunya lagi. Aku makin panik.

"Aku—"


Duk duk. 

Suara ketukan pintu. 

Terima kasih, Seli!

Aku segera mendorong Ali dan membuka pintu. "Seli!"

"Hei!! Maaf aku agak lama, tadi aku harus mengelilingi seluruh area pasar hanya untuk mencari jangkrik-jangkrik ini. Tapi syukurlah ketemu!"

"Bagus. Ayo cepat masuk." Aku menarik Seli dan para jangkrik-jangkriknya agar ia segera masuk ke kamar. Aku tak mau berlama-lamaan berdua dengan Ali seperti tadi. Tadi cukup menegangkan.

Aku dan Seli kemudian membicarakan hal apa saja yang akan kami butuhkan untuk praktik nanti. Akupun selalu berusaha menghindari tatapan Ali, karena sepertinya ia masih ingin melanjutkan percakapan tadi.

Aku hanya bisa berharap sampai selesai nanti aku tidak akan kehabisan topik pembicaraan dengan Seli. 


______________________________

Maaf updatenya kelamaan hehee, kemarin-kemarin belum sempet ngetik dan minggu ini aku ada TO :")) Maaf juga karena chapter ini cukup pendek. Aku mau kasih scene lain tapi kayaknya di chapter berikutnya aja ya hehe ;D

BTW, TERIMA KASIH ATAS 2.5K READERS!!! kalian sangat 😭👍👍!!! Semoga ke depannya, ff ini bisa menjadi lebih baikk, aamiinn.

 Selamat malam kawan~










Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 803 13
Aku tidak pernah membayangkan Jika aku hanya tinggal di dunia bayangan Lalu di mana kehidupan ku yang sebenarnya? Apa benar aku sekarang seorang putr...
155 57 5
Rere seorang diplomatik negara. Ketika di pesawat ia bertemu dengan seorang warga negara Thailand yang bekerja sebagai pramugari di maskapai internas...
34K 3.8K 61
Bg Umin mah kalo naksir cewek bisanya cuma diam2 bae.... Tapi perhatiannya dijamin buat meleleh... Bininya XIUMIN EXO dipersilahkan kepoin ni cerita ...
14K 1.8K 103
Hanya teman atau lebih dari teman? #epistolary #beforeloveseries1 INDONESIA COLLEGE OF ARTS (ICA) Highest Rank: #476 Fiksiremaja Start : 1 Maret 2023...