Memories of Gisaeng ✔

TheAnn द्वारा

115K 6.8K 187

Perasaan cinta hanyalah sebuah kesia-siaan bagi seorang gisaeng. Meski mencintai seseorang sepenuh hati, gisa... अधिक

Memories of Gisaeng
1st Memory
2nd Memory
3rd Memory
4th Memory
5th Memory
6th Memory
7th Memory
8th Memory
9th Memory
10th Memory
11th Memory
12th Memory
13th Memory
14th Memory
15th Memory
16th Memory
17th Memory
19th Memory
20th Memory - End
Cuplikan Session 2

18th Memory

3.6K 261 7
TheAnn द्वारा

-EDITED-

Yong Goo dan Myung Geum disiksa sebelum dimasukkan ke penjara terpisah. Raja yang murka telah menjadwalkan pemenggalan kepala mereka berdua. Permaisuri memohon agar putra satu-satunya yang masih hidup itu jangan dibunuh. Dia telah kehilangan Yong Han, putra sulung kebanggaannya. Dia tidak ingin kehilangan satu putra lagi, meskipun putra bungsunya itu sering membuat masalah.

“Tolong pikirkan lagi, Yang Mulia. Ini bisa menjadi skandal besar yang bisa menjatuhkan Yang Mulia, kalau rakyat sampai tahu,” kata Penasehat Kerajaan Hwang yang berusaha menenangkan amarah Raja.

“Benar, Yang Mulia. Kita tidak tahu, di luar sana mungkin masih tersisa orang-orangnya Kim Jeong Ho. Mereka bisa menggunakan skandal ini untuk merebut kekuasaan yang telah susah payah anda dapatkan,” tambah Perdana Menteri Han, mertua almarhum Yong Han.

Raja menggeberak meja, “Aku tidak bisa membiarkan mereka begitu saja! Mereka telah membuat malu kerajaan ini! Mereka harus dihukum mati, meskipun dia adalah anak kandungku sendiri.”

“Tetapi siapa yang akan menjadi putera mahkota untuk meneruskan tahta Yang Mulia, jika Putera Mahkota Yong Goo dibunuh?” tanya Perdana Menteri.

“Aku masih punya anak laki-laki dari selirku. Kasim Baek,” panggil Raja.

“Hamba, Yang Mulia,” jawab Kasim dengan segera.

“Siapkan Pangeran Yong Sung untuk menjadi putera mahkota.”

“Ta… tapi bukankah ibunda Pangeran Yong Sung adalah keturunan rakyat jelata?” tanya Penasehat Hwang.

“Yong Sung tetaplah putraku!” bentak Raja. “Lebih baik aku menjadikan anak budak rendahan menjadi putera mahkota, daripada anak bangsawan yang sudah membuat malu negeri ini dengan tindak asusilanya!”

***

Dengan membayar penjaga penjara, Eon Hwa mengunjungi Myung Geum yang meringkuk lemas di dalamnya. Air mata Eon Hwa mengalir melihat tubuh Myung Geum yang penuh luka.

“Kenapa… kenapa…?”

Terseok Myung Geum merangkak menghampiri Eon Hwa yang duduk di luar jeruji kayu, “Maafkan aku. Aku tidak pernah mendengar nasehatmu. Aku melibatkan perasaan, hingga rasa itu berakar sangat kuat. Aku tidak sanggup mencabutnya.”

“Bodoh… Bodoh!” Eon Hwa memukul-mukul jeruji kayu yang memisahkan mereka.

Myung Geum tersenyum tipis, “Iya, aku memang bodoh. Logika sudah tidak bisa lagi bekerja memperingatkan tanda bahaya. Cintaku padanya telah melumpuhkanku. Aku tak berdaya.”

Eon Hwa menghapus air matanya, “Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkanmu dari sini. Aku akan mencegahmu dipenggal. Kau tidak akan mati. Percayalah padaku.”

“Terima kasih, tapi kau tidak perlu susah-susah melakukannya. Yang Mulia tidak akan memaafkan kami, terutama aku. Mungkin Putera Mahkota bisa saja bebas, tapi aku tidak.”

Eon Hwa menggenggam tangan Myung Geum melalui celah jeruji, “Percayalah padaku. Kau tidak akan mati.”

***

Usai Eon Hwa, giliran Yoon Shik yang mengunjungi Myung Geum. Tetapi Myung Geum terus memunggunginya, tidak ingin bertatap muka dengan pria itu.

“Myung Geum…”

“Anda berhak menceraikan saya, Nauri. Silahkan ambil kembali uang anda yang sudah anda berikan pada Hojang untuk membeli saya.”

Yoon Shik terkesiap, “Myung Geum, mengapa kau berkata seperti itu? Tak pernah terlintas sama sekali di benakku untuk meninggalkanmu.”

“Saya tidak pantas menjadi selir anda. Saya sudah menjatuhkan martabat anda.”

“Kumohon, Myung Geum, jangan berpikir seperti itu. Aku tidak akan pernah meninggalkan wanita yang kucintai, meskipun wanita itu meninggalkanku untuk lelaki lain.”

Myung Geum menoleh perlahan. Wajahnya telah basah oleh air mata.

“Kemarilah, Myung Geum,” Yoon Shik mengulurkan tangannya yang masuk melalui celah jeruji.

Myung Geum mendekat perlahan. Keningnya bersandar pada jeruji sambil menangis tersedu-sedu, “Maafkan aku… Maafkan aku… Aku bersalah padamu. Aku bersalah kepada suami gibu-ku.”

Yoon Shik mengelus-elus lengan Myung Geum, “Akulah yang bersalah. Aku tidak melindungimu dengan baik. Aku membiarkanmu tetap bertemu dengan Yong Goo, karena aku merasa bersalah padanya, telah merebutmu darinya.”

Myung Geum menengadah dan terperangah, “Jadi… selama ini anda tahu?”

Yoon Shik mengangguk.

“Dan anda diam saja?”

“Itu salahku. Aku diam saja, sehingga membuatmu seperti ini.”

Myung Geum menutup mulutnya yang menganga dengan tangan. Air matanya mengalir deras. Baru kali ini dia bertemu dengan seorang pria yang membiarkan wanitanya bercinta dengan pria lain, dan masih mau menerima wanita itu kembali. Rasa bersalah Myung Geum jadi semakin besar, karena dia tak mampu membalas perasaan Yoon Shik yang sangat tulus itu. Hatinya telah penuh oleh cinta Yong Goo saja. Tidak ada tempat sedikitpun untuk pria baik ini.

***

Seorang perempuan dengan seragam dayang mendatangi kamar Raja dengan membawa nampan berisi makanan.

“Makan malam sudah tiba, Yang Mulia,” lapor Kasim, namun Raja tak bergeming dari tempat duduknya. Sedari tadi dia menopang kepalanya yang terasa berat.

Dayang itu berlutut di depan Raja, meletakkan makanan di hadapannya. Raja menatap makanannya tanpa selera. Dia menghela napas panjang. Saat mengangkat kepalanya, Raja terkejut, karena dayang tadi belum keluar dari kamarnya. Lebih terkejut lagi, karena Raja mengenal wajah perempuan itu, dan dia bukanlah salah satu dari dayang istana.

“Bagaimana bisa kau menyusup ke mari, Eon Hwa?”

“Ampuni hamba, Yang Mulia. Tetapi hamba tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk bisa bertemu dengan Yang Mulia.”

“Kalau ini soal pelacur itu, lebih baik kau segera pergi sekarang, sebelum aku memanggil pengawal.”

“Anda telah berjanji untuk melindungi seluruh penghuni Gibang Bu Yong. Myung Geum juga penghuni Gibang Bu Yong, Yang Mulia. Tolong ampuni dia, Yang Mulia!” pinta Eon Hwa dengan wajah menunduk mencium lantai.

Raja memalingkan wajahnya, “Cepat pergi dari sini. Kalau tidak, kau juga akan kumasukkan ke penjara.”

“Hamba tidak akan pergi dari sini sebelum Yang Mulia membebaskan Myung Geum. Hamba rela dipenjara, bahkan dihukum mati, asal Myung Geum diampuni.”

“Pengawal!” panggil Raja.

“Yang Mulia, tolong dengarkan permintaan hamba!”

“Pengawal!!!”

Pintu kamar Raja terbuka oleh beberapa pengawal kerajaan.

“Cepat usir perempuan ini!”

“Yang Mulia, tolong dengarkan permohonan hamba sekali ini saja! Ampuni dia, Yang Mulia! Saya mohon!” jerit Eon Hwa sembari diseret keluar oleh para pengawal.

Eon Hwa terus berteriak memohon sampai tubuhnya dicampakkan ke luar istana. Dia kemudian berlutut, tidak beranjak dari sana sampai pagi menjelang. Penjaga gerbang telah menyuruhnya berkali-kali, tetapi dia tak bergeming.

Pagi itu mendung. Hujan rintik-rintik mulai turun, dan semakin lama menjadi makin deras. Lutut Eon Hwa sudah kram, namun tak dipedulikannya. Meski nantinya kaki Eon Hwa menjadi lumpuh, dia rela, asalkan Myung Geum bisa dibebaskan.

Tiba-tiba di tengah derasnya hujan yang mengguyur, Eon Hwa tidak merasakan titik-titik air itu mengenai tubuhnya. Dia menengadah. Ada sebuah payung terbentang di atas kepalanya. Yoon Shik yang memegang gagang payung itu. Dan dari balik tubuh pria itu, para gisaeng dari Gibang Bu Yong muncul. Mereka semua bergabung dengan Eon Hwa, berlutut di depan gerbang untuk menyelamatkan salah satu anggota keluarga mereka. Yoon Shik juga berlutut di sampingnya.

“Yang Mulia, ada banyak gisaeng di depan gerbang,” lapor penjaga gerbang kepada Raja.

“Pemandangan itu bisa mengundang rakyat, dan skandal ini bisa terbongkar. Yang Mulia harus segera membuat keputusan,” kata Penasehat Hwang.

Raja berpikir sejenak, “Bawa dua orang itu ke ruang hukuman.”

***

Akhirnya Yong Goo dan Myung Geum bertemu kembali, setelah beberapa hari dipisahkan oleh jeruji. Yong Goo tidak sampai hati melihat tubuh wanita yang dia cintai yang dulunya mulus, kini penuh luka. Mereka dudud berdampingan dan diikat di kursi hukuman.

“Maafkan aku. Ini salahku,” bisik Yong Goo.

“Tidak. Aku juga bersalah,” gumam Myung Geum.

Raja memasuki ruang hukuman dan duduk di hadapan mereka.

“Aku berbaik hati untuk memberikan kalian pilihan hukuman, mana yang kalian suka? Hukuman gantung? Hukuman pancung? Atau sayak?”

Abbamama…” panggil Yong Goo.

“Kau bukan putraku lagi.”

“Yang Mulia, hamba meminta keringanan hukuman. Bukan untuk hamba, tetapi untuk dia,” pinta Yong Goo.

Raja menatap Myung Geum sinis, “Apa yang kau miliki, sehingga semua orang memohon padaku untuk membebaskanmu?”

“Hamba mengaku salah, Yang Mulia,” Myung Geum angkat suara, “Hamba bersedia dihukum mati dengan cara apapun, asal bukan sayak, karena saya bukan orang terhormat yang bisa mati dengan sayak.”

Yong Goo terbelalak, “Myung Geum!”

Raja tersenyum, “Baiklah, kalau itu yang kau mau. Algojo, siapkan pedang besarmu. Potong kepalanya.”

“Yang Mulia, hamba mohon jangan, Yang Mulia!” pekik Yong Goo ketika tubuh Myung Geum diseret ke tempat pemancungan.

Mata Yong Goo menatap ngeri pedang besar untuk memenggal kepala, yang sedang diasah oleh algojo.

“Ha… Hamba mengaku salah. Hamba adalah anak durhaka yang sudah membuat malu Yang Mulia. Ampuni kami sekali ini saja. Hamba bersumpah, akan mentaati apapun perintah Yang Mulia. Silahkan pisahkan kami sejauh mungkin, kami tidak akan bertemu lagi. Hukuman apapun akan kami terima, tetapi jangan hukuman mati. Hamba mohon, Yang Mulia.”

Raja tak bergeming. Sementara algojo telah selesai mengasah pedangnya. Sepasang kayu telah memasung leher Myung Geum. Algojo menari-nari dengan pedangnya, diiringi tepukan genderang besar, semakin menambah kengerian di ruang itu.

Abbamama… ini permintaan terakhir saya sebagai anak anda, Abbamama… Apapun yang Abbamama inginkan, akan saya turuti. Saya mohon, Abbamama…” pinta Yong Goo yang wajahnya telah basah oleh keringat dan juga air mata.

Algojo mengangkat pedangnya. Sinar matahari terik memantulkan ujung pedang tajam itu. Dan kemudian pedang itu terayun.

“Tidaaaaakkkkk…”

To be continue

Notes: 

Maaf kemarin part ini kuhapus, karena jalan ceritanya kemarin rada melenceng dari yang sudah saya rencanakan hehehe... dan yang sekarang sudah jadi lebih panjang. Sebenarnya part ini mau ku upload nanti, setelah aku selesai menulisnya sampai tamat, jadi sekalian upload 3 part. Tetapi setelah kupikir2 lagi, akhirnya ku upload sekarang aja, biar bikin pada penasaran hehehe...

selamat membaca...

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

Bastien Adam [END] Historical Authors... द्वारा

ऐतिहासिक साहित्य

80.9K 6.1K 11
Dia Bastien, bocah berumur dua belas tahun yang dulu terkapar tidak berdaya di sebuah pondok usang. Tidak ada yang tahu bagaimana sejarah hidupny...
Lucia Taran (END) Zahratun Shiroyama द्वारा

सामान्य साहित्य

146K 9.5K 153
Mohon maaf ada kata-kata yang salah dalam terjemahan dan ada kata-kata yang tidak dimengerti. Happy reading minna...
144K 18.1K 48
Ini cerita tentang (Name) yg ketemu sama anak brandalan di sekolahnya. Beruntung atau sebaliknya? "Pleaseee siapapun tolongin gw" "Lo takut sama te...
31.1K 4.2K 105
Pekerjaan sebagai Analis Profil di FBI mengharuskan Athena untuk memahami perilaku manusia. Namun, Athena takut karena pekerjaannya, ia akan benar-be...