Oscillate #1: The Big Secret

radexn

4.1M 481K 216K

[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpali... Еще

00 • Mula
01 • Albino
02 • Pertikaian
••• PENTING DEMI KEBERLANGSUNGAN HIDUP CERITA ADEN •••
03 • Sepeda
04 • Studio
05 • Penasaran
06 • Derita
07 • Saddaru
08 • Marah
09 • Kelahi
10 • Kaget
11 • Es Krim
12 • Tangis
13 • Duka
14 • Kesal
15 • Kemampuan
16 • Syok
17 • Kaku
18 • Kesepian
19 • Takut
20 • Lidah
• TRAILER OSCILLATE •
21 • Mimpi
22 • Heran
23 • Hell
24 • Rasa
25 • Trap
26 • Muram
27 • Ambigu
28 • Rahasia
29 • Déjà Vu
30 • Perasaan
31 • Deathrow
32 • Demon
33 • Sheriff
34 • Bad News
35 • Sahabat
36 • Lagi
37 • On Fire
38 • Daredevil
40 • Oscillate

39 • Bloody Sakura

86.1K 10.2K 8.9K
radexn

"GILA LO YA?"

Figo setengah berteriak ketika Saddaru berkata ingin pergi menemui Davila padahal kondisinya belum seratus persen pulih.

Saddaru sudah mencoba turun dari brangkar, tapi selalu ditahan oleh Figo dan Dion. Alan dan Saga hanya diam tapi terus berceloteh meminta Saddaru untuk tidak keras kepala.

Pada akhirnya, Saddaru mengalah dengan rasa kesal yang ia pendam. Cowok itu kembali pada posisi tiduran dan tak lagi bergerak untuk mencoba kabur dari tempat ini.

"Ngapain sih lo lebih mentingin Davila daripada kondisi lo sendiri? Lo nggak sadar lo masih sakit? Mau sok bisa ngalahin Davila yang tingkahnya lebih dari setan?" Saga berucap ketus.

Saddaru mendengus keras. "Lo diem kalo nggak tau apa-apa."

"Gue tau. Lo mau nemuin Davila pasti buat ribut, kan? Udah kebaca, Dar!" balas Saga. "Dari omongan lo pas teleponan sama dia juga semua orang yang denger pasti tau apa maksud dari obrolan lo berdua."

Kali ini Saddaru tidak membalas ucapan Saga. Dia sudah terlanjur kesal keinginannya tidak tercapai karena dihalau oleh teman-temannya. Daripada hal yang tidak diinginkan terjadi, Saddaru memilih diam.

Dia sebenarnya sadar —bahkan sangat sadar bahwa kondisinya tidak sebaik hari-hari kemarin. Namun, hasratnya sangat ingin menghancurkan Davila detik ini juga.

"Buat sekarang lo nggak usah respons Davila deh, Dar. Dia sesat dan lo tau itu." Alan berujar.

"He'em. Lo di sini aja, istirahat," tambah Figo.

Saddaru menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam amarah yang hendak meluap. Davila memang selalu membuatnya kesal. Bahkan ketika Davila sedang diam pun Saddaru bisa terpancing amarahnya.

Mengingat percakapan yang terjadi antara dirinya dan Davila tadi membuat Saddaru semakin pusing. Yang Saddaru takutkan hanya ... dia takut Davila benar-benar melakukan itu pada Sakura. Bahayanya, omongan Davila selalu serius.

"Yon, Sakura di mana?" Saddaru bertanya.

Sebelum menjawab, Dion meraih ponselnya dari saku jins yang ia kenakan. "Bentar gue tanya. Kenapa emang, Bro?"

Sambil mencari kontak Sakura, Dion mendengarkan Saddaru yang menjawab pertanyaannya. "Gapapa. Coba lo tanya dia di mana," kata Saddaru.

Hanya perlu waktu tiga detik hingga akhirnya panggilan Dion diterima Sakura. Cowok itu segera berucap, "Babe?"

"Ya?" Sakura menyahut.

"Kamu di mana?" tanya Dion.

"Di rumah," jawab Sakura. "Kamu di mana?"

"Ini lagi bareng Zhynix di rumah sakit. Jenguk Saddaru," ucap Dion.

"Aku mau ke situ, boleh?" kata Sakura.

Sebelum menjawab Sakura, Dion menatap teman-temannya yang juga mendengar ucapan Sakura karena Dion me-loadspeaker panggilan telepon itu. Ketika Saddaru mengangguk yang berarti "bolehin aja", Dion pun kembali berucap pada Sakura.

"Ya udah, sini aja. Kamu sendiri atau sama siapa ke sininya?" tanya Dion. "Apa mau aku jemput?"

"Nggak. Mau sama Bang Nolan aja," celetuk Sakura.

"Oh, ya udah. Hati-hati," tutur Dion.

"Ya. Dadah," ucap Sakura yang akhirnya memutuskan sambungan telepon.

Usai bertelepon dengan Sakura, Dion menghela napas lega dan menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana. Dia memandang Saddaru yang juga terlihat lega karena cowok itu akhirnya tau keberadaan Sakura. Sakura sama sekali tidak pergi untuk menemui Davila dan itu cukup membuat Saddaru tidak secemas sebelumnya.

"Dar," panggil Dion tiba-tiba.

Saddaru hanya memberikan tatapan tanya, maka Dion lanjut berkata, "Lo nggak naksir cewek gue, kan?"

Bam!

Satu alis Saddaru refleks naik dan ekspresi bingung langsung terlihat jelas di wajahnya. Teman-temannya yang lain seketika menoleh ke arah Saddaru, seperti menunggu jawaban Saddaru.

"Kok lo nanya gitu, Man?" Saddaru balik bertanya.

"Ya, gapapa. Lagian lo kayak khawatir banget sama Sakura," celetuk Dion.

Kini Saddaru mengerutkan kening, seperti tak mengerti maksud ucapan Dion. Lantas, Saddaru berdecak dan lagi-lagi mendengus. "Perasaan dari tadi gue biasa aja."

"Biasa aja gimana? Jelas-jelas lo panik tapi diem doang," balas Dion.

"Terus maksud lo kalo gue panik itu artinya gue naksir Sakura?" ujar Saddaru. "Bro, gue nggak amnesia. Gue inget dia cewek lo. Santai aja lah, gue cuma nanya dia di mana."

"Lo boleh ngomong kayak gitu kalo gue nanya kapan lo berdua putus. Ini kan nggak," lanjut Saddaru.

"Tetep aja, Dar." Dion tertawa kecil, terdengar sedikit miris. "Sorry kalo misalnya kemaren-kemaren gue terlalu gercep nembak dia. Sorry kalo misalnya ternyata lo udah duluan suka sama Sakura. Tapi, tolong, Sakura kan sekarang punya gue, Man."

Figo, Saga dan Alan yang mendengarkan percakapan Dion dan Saddaru memilih untuk diam. Sebenarnya lidah Saga sudah gatal ingin menyuruh dua temannya itu untuk diam. Figo juga gemas ingin menyeletuk bahwa Saddaru memang hanyalah untuk Sakura. Tapi ... Figo mencari jalan aman daripada nantinya dia digampar Saddaru dan direbus Dion.

"Yon, udah, ya. Nggak usah bahas ginian. Apa banget dah lo," cetus Saddaru, meminta Dion mengakhiri topik ini.

"Gue cuma mau ingetin lo aja, Dar. Sakura cewek gue. Tolonglah hargai gue. Gue temen lo," kata Dion.

"Hargai gimana lagi? Gue nggak ada apa-apa sama Sakura, Yon." Saddaru berucap.

Sepertinya Dion tidak percaya akan ucapan Saddaru. Saddaru juga terlihat makin kesal karena Dion yang bertingkah seperti bocah SMP. Ingin rasanya Saddaru mengusir Dion dari ruangan ini agar hidupnya tentram.

Dengan mata memincing, Dion menatap Saddaru penuh rasa penasaran. "Ini ada hubungannya sama Davila, ya, Dar?"

Lagi, Dion membuat Saddaru mengerutkan kening. Tanpa menunggu Saddaru menjawab, Dion berkata lagi, "Lo mau nemuin Davila gara-gara Sakura? Lo nanyain Sakura ada di mana karna lo takut dia kenapa-napa?"

"Apa ini ada hubungannya juga sama email yang Davila kirim ke anak Galaksi lima soal dia yang nyari Sakura?" lanjut Dion. "Kalo bener kayak gitu kenapa Davila ngomongnya sama lo? Berarti dia tau lo sama Sakura ada apa-apa? Apalagi Davila sepupu lo."

"Terus kalo dia sepupu gue, kenapa?" balas Saddaru.

"Siapa tau lo cerita sama dia." Dion berujar santai.

Kali ini Saddaru tertawa singkat dan sinis. "Lo mau gue jedotin kepala lo ke tembok? Biar inget kalo gue sama Davila nggak pernah akur. Boro-boro cerita, ngomong sama dia aja gue males."

"Siapa tau, Dar," celetuk Dion.

Melihat Saddaru yang seperti ingin menerkam Dion, Alan segera menghentikan percakapan dua lelaki itu. Dion tak lagi bersuara, begitu juga Saddaru.

Sifat Dion yang seperti inilah yang Saddaru dan teman-temannya tidak suka. Pencemburu.

Sepuluh menit berlalu, pintu kamar Saddaru bergerak terbuka ketika seseorang membukanya. Ternyata itu adalah Sakura dan cewek itu tidak sendirian, dia datang bersama Nolan.

Kedatangan mereka disambut hangat oleh orang-orang yang ada di kamar ini. Ketika Sakura hendak mendekati brangkar, Dion tiba-tiba meraih pergelangan tangan Sakura dan meminta cewek itu untuk tetap berada di sampingnya.

Saddaru lantas mendelik sinis melihat tingkah Dion. Sakura tidak tahu apa yang sebelumnya terjadi antara Dion dan Saddaru. Maka, tak salah bila Sakura sekarang terlihat biasa saja.

"Hai." Sakura menyapa Saddaru.

Saddaru balas itu dengan senyuman tipis. Dion melihatnya, tapi tidak berbuat apa-apa selain mendengus ringan. Saddaru juga tak peduli akan hal itu.

"Gimana, Bro? Kapan bisa pulang?" tanya Nolan pada Saddaru seraya mendekati anak itu.

Ketika Nolan berdiri di sisi kanan brangkar Saddaru, dia memerhatikan luka-luka di tangan dan wajahnya. Nolan juga bertanya pada teman-teman Saddaru apakah Saddaru sudah makan atau belum. Apakah tadi Saddaru mengeluh kesakitan atau tidak. Pokoknya, Nolan berlaku seperti dia adalah kakaknya Saddaru.

"Besok udah boleh pulang belom? Lo pasti bosen kan di sini?" celetuk Nolan.

"Besok gue pulang kok," kata Saddaru.

"Bagus." Nolan berucap puas.

Sementara Nolan asyik berbincang dengan Saddaru, Sakura yang awalnya hanya diam kini mulai mengeluarkan suara. Dia berkata, "Ada yang mau aku omongin ke kalian."

Saddaru menoleh, menunggu kalimat yang selanjutnya Sakura ucapkan. Begitu juga anak-anak yang lain. Sebelum berucap, Sakura melepas tangan Dion yang semula menggenggam tangannya.

"Tadi aku mimpiin Alina lagi," ucap Sakura, memulai. "Aku nggak tau harus sebut ini mimpi atau apa, soalnya sebelumnya aku liat Alina di depan aku. Tapi tiba-tiba aku kayak masuk ke dunia mimpi, pas aku bangun Alina udah nggak ada di kamar aku."

"Sumpah, Sa, lo kenapa demen banget cerita horror gitu, sih?" celetuk Figo.

"Tapi ini emang serius," kata Sakura, "aku nggak bisa diem aja, aku harus kasih tau ke kalian soalnya ini berhubungan sama kalian."

"Emang mimpinya gimana, Sa?" tanya Alan.

"Jadi, awalnya di mimpi itu ada Alina yang lari-larian keluar dari sekolah. Dia ujan-ujanan sambil nangis," cerita Sakura, "terus tiba-tiba mimpinya itu berlanjut ke tempat yang beda. Di sana kayak ada kamar perempuan, rapi, tapi di lantainya ada banyak darah."

"Terus?" Semuanya menyimak dengan baik.

"Terus ada satu bingkai foto jatoh ke lantai sampe kacanya pecah. Itu tuh foto Alina bareng kalian semua, kecuali Bang Nolan," tutur Sakura.

"Yang bikin aku kaget, foto itu kayak nunjukin gimana Alina meninggal ...." Sakura berucap sedikit gugup.

"Maksudnya gimana, Sa?" Saddaru bertanya.

"Foto yang jatoh itu nimpa darah yang ada di lantai. Anehnya, yang kena darah cuma gambar Alina. Ditambah lagi ada pisau di lantai dan pisaunya berlumuran darah," ungkap Sakura.

"Mimpi itu kayak nunjukin meninggalnya Alina itu berhubungan sama pisau dan darah," lanjut Sakura.

"Buset, serem amat," ceplos Figo.

"Tiba-tiba juga ... pisau yang ada di lantai itu bergerak dan nusuk wajah salah satu dari kalian," papar Sakura sambil menatap anak-anak Zhynix secara bergantian.

"Siapa, Sa?" tanya Dion.

Belum sempat Sakura menjawab, Alan tiba-tiba menyeletuk, "Sakura, lo inget gimana bentuk foto yang ada di mimpi lo itu? Lo masih inget jelas kan kamar yang lo maksud?"

"Masih. Aku nggak bisa ilangin itu semua. Kayak nempel di otak aku," sahut Sakura.

"Kalo gitu, lo sekarang ke rumah gue, ya?" ajak Alan.

"Mau ngapain?" heran Sakura.

"Cek kamar Alina," ujar Alan.

• • 🌸 • •

Hembusan angin menerpa wajah Sakura ketika gadis itu membuka jendela kamar milik Alina yang sudah sangat lama tak pernah dibuka. Di belakangnya ada Nolan yang menemani, serta teman-temannya yang lain yang juga berada di kamar ini.

Saddaru tidak ada di sini. Cowok itu harus menetap di rumah sakit dan sangat benci akan hal itu. Dia hanya menitipkan pesan pada semua temannya untuk memberi tahu apa yang terjadi setelah mereka mengunjungi kamar Alina.

Sakura berbalik badan, menatap Alan, Saga, Figo, Dion dan Nolan yang ada di hadapannya. Tatapan Sakura awalnya teduh dan polos seperti biasa, namun tiba-tiba berubah jadi tajam dan terlihat aneh.

Bersamaan dengan deru angin yang menerpa rambut panjang Sakura. Figurnya terlihat menyeramkan karena rambutnya itu berkibar ke sana ke mari, wajahnya memucat, dan ia terdiam di tempat dengan tatapan kosong.

"Sakura," panggil Nolan, berusaha menyadarkan adiknya yang malah melamun.

"Sa? Sakura?" Alan ikut memanggil.

Lima detik setelah itu, Sakura mendadak jatuh ke lantai namun dalam keadaan sadarkan diri. Dengkul dan kedua telapak tangannya menyentuh keramik dingin itu, dan wajahnya menghadap ke bawah. Otomatis rambut putihnya berjuntai ke lantai dan pemandangan itu membuat teman-temannya takut.

Nolan hendak membantu Sakura berdiri dari posisi itu, tapi tiba-tiba adiknya itu menengadah dan bangkit berdiri. Wajah Sakura sangat datar, pupil matanya membesar, auranya berbeda.

Kedua kaki Sakura mulai bergerak dan berpijak menelusuri kamar ini. Dia berjalan mendekati sebuah nakas putih di samping ranjang. Cewek itu membuka laci pertama dan meraih sebuah pigura yang berisikan foto Alina bersama Zhynix.

Foto tersebut persis dengan apa yang ada di dalam mimpi Sakura.

Secara tiba-tiba juga Sakura membanting pigura tersebut hingga hancur berantakan. Cowok-cowok yang ada di kamar itu panik, tapi juga bingung. Alan merasa aneh dengan tingkah Sakura, begitu juga Nolan.

"Sa, kenapa dibanting?" tanya Nolan.

"Gue rasa ini bukan Sakura." Alan yang berdiri di samping Nolan berbisik seperti itu sambil melirik Sakura.

"Maksud lo gimana?" Nolan belum sepenuhnya paham.

Alan tak menjawab. Dia diam dan memerhatikan apa yang akan Sakura lakukan terhadap pigura itu. Nolan sudah panik, takut terjadi apa-apa pada adiknya. Tapi, Alan memintanya untuk tenang.

Setelah pigura tadi berhasil Sakura pecahkan, gadis itu kini membungkuk dan meraih satu pecahan kaca yang runcing. Tanpa pikir panjang, Sakura menyayat pergelangan tangan kirinya hingga cairan merah itu keluar dan mengotori lantai.

"Sakura!" Nolan berteriak.

Dion hendak menghampiri Sakura, tapi ditahan oleh Figo. Alan juga meminta semuanya untuk diam dan tetap pada posisi mereka, sementara dirinya mendekati Sakura dan berdiri tepat di belakang cewek itu.

Sakura meraih selembar foto tadi dan memoles wajah Alina dengan darahnya sendiri. Sekarang, dari seluruh wajah yang ada di foto itu hanya Alina yang 'berdarah'.

Setelahnya, Sakura memandang salah satu cowok di foto itu dan kemudian ia mendadak berteriak nyaring tapi suaranya sama sekali tidak seperti suara aslinya. Ini malah terdengar jelas seperti teriakan ... Alina.

Lantas Alan berjongkok di samping Sakura dan memegang kedua bahu cewek itu sambil berbisik, "Alina, stop."

"Tolong ...." Sakura berbisik sangat halus, hampir tak jelas didengar Alan.

"Udah, ya? Kasian Sakura," ucap Alan lagi.

Tanpa menggubris Alan, Sakura memandang foto itu lagi, lalu berucap, "Dia ...."

"Siapa?" Alan bertanya.

Telunjuk Sakura pun bergerak ke permukaan foto itu dan berhenti menunjuk di wajah satu orang. Orang itu berdiri di dekat Alina, sedang tersenyum lebar, tapi senyumannya membuat Alina ingin murka.

"Kenapa kamu tunjuk dia?" tanya Alan lagi.

"Mati," bisik Sakura dengan lirikan mata begitu tajam.

"Maksudnya gimana, Lin?" Alan bingung.

Belum sempat menjawab pertanyaan Alan, Sakura seketika pingsan dan Nolan spontan menghampiri adiknya itu. Tangan Sakura masih mengeluarkan darah dan wajahnya semakin memucat.

Segera Nolan mengangkat tubuh Sakura ke gendongannya dan membawa adiknya itu keluar dari kamar Alina. Semuanya mengikuti jejak Nolan untuk segera minggat dari kamar ini, kecuali satu orang yang malah berdiri di ambang pintu sambil memandang darah, pecahan kaca, serta foto tadi.

Dion.

• • • • •

AHAYDE AKHIRNYA UPDATE💃🏻🙂

gimana perasaan kalian setelah baca chapter 39? senang? :)

SPAM COMMENT FOR NEXT PART OK!!!

dan kayaknya bentar lagi Oscillate tamat HEHEHEHEHHE sudah siapkah kalian?!

^^^ aku mau berbagi kebahagiaan bahwa visual Sakura & Saddaru notice aku!!!😭😭😭❤️

kalo kalian followers aku di instagram, pasti udah tau ini hehehe + video David yang bikin aku hampir meninggal :-)

OK SEKIAN YA!

KALO KOMENTAR DI CHAPTER INI RAME SECEPETNYA ATAU BAHKAN BESOK LAMGSUNG AKU NEXT!

— Raden aka mama geng

Продолжить чтение

Вам также понравится

Berawan #1 PEBIO

Про вампиров

2.7K 617 58
[VAMPIR] [Tamat] [13+] "Aku mencintai salah satu jenis dari mereka yang disebut vampir. Makhluk rupawan yang memiliki bentuk tubuh seperti malaikat...
Monster Tyrant [END] Nursida122004

Подростковая литература

1.4M 123K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
47.5K 1.9K 15
Seorang gadis yang cantik, imut dan baik tentunya telah menarik hati seorang pria yang ganteng,cool, dingin dan susah jatuh cinta. Gadis ini hanyalah...
Clandestine (Sudah Terbit) Puspita Pirsouw

Подростковая литература

24.1M 1.7K 2
#5 in kisahsma, 5 Januari 2020 #3 in fakelove, 10 Januari 2020 #1 in psycopath, 14 Januari 2020 #2 in teenfiction, 20 Januari 2020 #2 in ngakak, 21...