Memories of Gisaeng ✔

By TheAnn

115K 6.8K 187

Perasaan cinta hanyalah sebuah kesia-siaan bagi seorang gisaeng. Meski mencintai seseorang sepenuh hati, gisa... More

Memories of Gisaeng
1st Memory
2nd Memory
3rd Memory
4th Memory
5th Memory
6th Memory
7th Memory
8th Memory
9th Memory
10th Memory
11th Memory
12th Memory
13th Memory
14th Memory
15th Memory
17th Memory
18th Memory
19th Memory
20th Memory - End
Cuplikan Session 2

16th Memory

3.7K 275 22
By TheAnn

Meski sudah menjadi Putera Mahkota dengan kebebasan terbatas, Yong Goo tetap punya cara untuk menyelinap keluar. Tembok kokoh istana tidak dapat menghalangi niatnya untuk bertemu wanita yang dicintainya, meski wanita itu sudah menjadi milik orang lain.

Seperti saat ini, Yong Goo berdiri di balik pohon dengan seragam prajurit kerajaan, memandang sebuah taman bunga. Bukan bunga yang dilihatnya, melainkan wanita yang menari di tengahnya. Di dekat wanita itu, Yoon Shik berdiri memandangnya sambil tersenyum. Tiga setengah tahun yang lalu, Yong Goo-lah yang berada di posisi Yoon Shik, memandang kekasihnya menari. Tetapi kini keadaan sudah berubah, dan Yong Goo merutuki diri sendiri atas ketidakberdayaannya.

“Kalau Myung Geum belum jadi milikku, apa yang ingin kau lakukan? Menikahinya? Menjadikannya selir atau bahkan permaisurimu?” cibir Yoon Shik setelah Yong Goo menghajarnya habis-habisan, “Kalau kau membunuhku sekarang, percuma saja. Sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa memilikinya. Jarak yang terbentang di antara kalian sangat jauh. Dia gisaeng dari kasta paling rendah, sedangkan kau Putera Mahkota, yang akan menjadi Raja. Pikirkan reaksi rakyat jika raja mereka mengangkat gisaeng sebagai ibu negara. Kalaupun kau tetap menikahinya, dia hanya akan menderita dengan segala tekanan di istana.”

Yong Goo menghela napas panjang. Dia terpaksa hanya bisa memandang Myung Geum dari kejauhan. Dan rasanya…

“Sakit sekali, bukan, Yang Mulia?” Suara seorang perempuan mengejutkan Yong Goo.

“Eon Hwa, kau mengagetkanku!” Yong Goo mengelus-elus dadanya.

Eon Hwa memandang Yoon Shik dan Myung Geum sambil menyentuh dadanya, “Rasanya sakit sekali, setelah orang yang kita sukai menjadi milik orang lain. Meski aku sudah bisa menduga dan berusaha merelakan, karena aku sendiri terlarang untuk memilikinya, tetapi rasanya tetap sakit.”

“Kau menyukai Yoon Shik?”

Eon Hwa tidak menjawab. Yong Goo mengikuti tatapan Eon Hwa yang hanya menuju kepada satu orang di antara dua orang di taman itu. Kemudian dia terbelalak tak percaya.

“Ti… tidak mungkin… kau… kau menyukai Myung Geum?”

Eon Hwa hanya tersenyum tipis. Senyum yang tampak sedih dan tidak berdaya.

***

Jika ditanya sejak kapan? Entah kapan. Tiba-tiba saja dia muncul tanpa diundang dan tak mau hilang. Mula-mula dia berupa benih kecil tak kasat mata yang tak dianggap dan dibiarkan begitu saja. Namun lama-kelamaan dia tumbuh dengan sendirinya tanpa disiram, tanpa dipupuk. Dia berakar semakin kuat, menancap sedalam-dalamnya sehingga sulit untuk dicabut dan dibuang. Dia bernama cinta. Meski sesungguhnya cinta itu bukan dosa, melainkan anugerah, namun bagi Eon Hwa, rasa ini salah alamat.

Apa penyebabnya? Apakah mungkin karena kebencian terhadap ayah kandungnya yang membuat ibunya gila hingga bunuh diri? Eon Hwa tidak tahu.

Ketika pertama kali Myung Geum yang masih berstatus budak menginjakkan kaki di gibang dengan nama Kyung Ja, Eon Hwa sudah tergetar dengan kecantikan gadis itu. Ketika Myung Geum baru menjadi gisaeng cilik, Eon Hwa mulai mendekatinya sebagai teman. Dan rasa sayang antar sahabat itu semakin melenceng ke arah lain dan semakin dalam.

Eon Hwa sering memperingatkan Myung Geum agar tidak terlalu dekat dengan tamu lelaki, agar nasibnya tidak seperti ibu Eon Hwa. Namun selain hal itu, alasan sebenarnya adalah karena Eon Hwa tidak suka Myung Geum terlalu dekat dengan laki-laki. Apalagi saat Myung Geum sangat dekat dengan Yong Goo, yang ternyata saling mencintai, Eon Hwa marah. Tetapi dia tidak dapat melakukan apapun selain menelan kemarahan dan kecemburuannya. Dia pun berusaha mengalihkan kemarahan itu dengan membantu Yong Sook hingga sukses menjadi raja. Dia pikir, perasaan ini akan hilang dengan sendirinya, apalagi setelah membunuh ayahnya sendiri yang merupakan salah satu penyebab Eon Hwa memiliki perasaan terlarang ini. Tetapi tidak ada yang berubah. Perasaanya terhadap Myung Geum tetap ada, dan semakin dalam.

Ketika Yoon Shik membeli Myung Geum, Eon Hwa sadar bahwa dia harus bisa melepaskan Myung Geum. Lagipula Yoon Shik merupakan pria yang baik, bukan jenis pria mata keranjang yang suka menyia-nyiakan perempuan. Meski sakit, Eon Hwa merestui mereka dalam hati dan mendoakan kebahagiaan mereka. Dia berharap Yoon Shik dapat membuat Myung Geum tersenyum lepas lagi, seperti sebelum Yong Goo menghilang.

Akan tetapi yang tidak Eon Hwa tahu, Myung Geum masih belum mendapatkan keceriaannya kembali. Dia hanya pura-pura tersenyum di depan Yoon Shik dan semua orang. Padahal di dalam kamarnya, dia selalu menangis dalam diam sambil memandang binyeo emas dari Yong Goo.

***

Malam telah tiba. Setelah makan malam bersama di kedai, Yoon Shik mengantar Myung Geum pulang ke gibang. Sepanjang jalan Yoon Shik tidak pernah melepaskan jemari Myung Geum yang berada di dalam tangan besarnya.

“Terima kasih atas hari ini,” kata Myung Geum.

“Aku yang harusnya berterima kasih. Aku sangat bahagia hari ini. Aku berharap, esok dan seterusnya, kita akan selalu begini.”

Myung Geum hanya tersenyum tipis, “Ehm, aku masuk dulu.”

“Ya, selamat tidur.”

“Eng…” Myung Geum menggoyang-goyang tangan yang berada di genggaman Yoon Shik. Dengan enggan, Yoon Shik akhirnya melepaskan tangan yang sudah berkeringat itu. Yoon Shik masih di depan gerbang sampai Myung Geum masuk ke dalamnya.

Tetapi Myung Geum tidak langsung masuk ke dalam gibang. Dia masih berdiri bersandar pada pintu gerbang sambil menghela napas panjang. Dia memandang tangan yang sering digandeng oleh Yoon Shik. Kekosongan itu seharusnya sudah terisi, tetapi mengapa dia masih merasa ada yang kurang?

Tanpa disadarinya, seseorang muncul dari balik pohon besar.

“Myung Geum…”

Yang dipanggil menoleh dan tertegun sesaat. Mereka saling menatap dengan penuh kerinduan.

“Ba… bagaimana bisa Putera Mahkota keluar dari istana dan masuk ke gibang?”

“Kau tentu tahu, tidak ada yang bisa menahan kebebasan seorang Yong Goo.”

Yong Goo mendekat dan meraih tubuh Myung Geum ke dalam pelukannya. Myung Geum terkesiap. Tangannya mendorong pinggang Yong Goo, namun pria itu makin mengetatkan pelukannya.

“Satu menit saja, kumohon…”

Dorongan Myung Geum mengendur. Sepasang tangan lembut itu malah bergerak melingkari pinggang Yong Goo. Pelukan inilah yang selama ini dirindukan mereka berdua. Air mata Myung Geum membasahi dada Yong Goo. Yong Goo melepas pelukannya, mengangkat dagu Myung Geum.

“Ak… aku… aku masih mencintaimu…,” kata Myung Geum terbata di isak tangisnya.

Yong Goo menyeka air mata wanita itu, “Aku juga. Tak pernah sedetikpun aku melupakanmu.”

Tangan itu beralih ke belakang kepala Myung Geum, menahannya, karena kemudian bibir Yong Goo menyambar bibir wanita itu. Ciuman itu lembut, tidak panas menggebu. Sepasang tangan Myung Geum melingkari leher Yong Goo, menikmati ciuman pertama mereka setelah tiga tahun lebih berpisah.

TBC

nb:

video clip di samping itu adalah ost. drama doctor stranger, judulnya going to meet you now by lee ki chan. memang gambarnya nggak nyambung sama ceritaku ini, tapi liriknya pas sama part 16:

The happy memories of when I loved you, when I really loved you

Even your smile, even our love

They all became tears and have fallen down

Now I can’t think of anything

I’ve held in all the days without you

A difficult goodbye

I couldn’t tell you I loved you back then

I’m going to meet you now

Let’s meet again now

If we meet again, I’ll be really happy

If you’re not here, I can’t do anything

I’m going to meet you again now

Do you remember the times we were always together?

I am longing for our times together

I want to be with you now

I won’t ever lose you again

I’m going to meet you now

Let’s meet again now

If we meet again, I’ll be really happy

If you’re not here, I can’t do anything

I’m going to meet you again now

I difficultly ran and ran

And now finally I can see you

The tears in my sad eyes

Are falling down my heart

I’m going to meet you now

Let’s meet again now

If we meet again, I’ll be really happy

If you’re not here, I can’t do anything

Let’s meet again now

I’m going to meet you now

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 59K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
1.4M 111K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
The Queen Of Egypt By NINA

Historical Fiction

453K 88.1K 67
18+ Menjadi calon Firaun artinya tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya di sekitarmu. Mena telah melalui puluhan kali percobaan pembunuhan, fitnah...
750K 3.3K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...