Oscillate #1: The Big Secret

By radexn

4.1M 481K 216K

[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpali... More

00 • Mula
01 • Albino
02 • Pertikaian
••• PENTING DEMI KEBERLANGSUNGAN HIDUP CERITA ADEN •••
03 • Sepeda
04 • Studio
05 • Penasaran
06 • Derita
07 • Saddaru
08 • Marah
09 • Kelahi
10 • Kaget
11 • Es Krim
12 • Tangis
13 • Duka
14 • Kesal
15 • Kemampuan
16 • Syok
17 • Kaku
18 • Kesepian
19 • Takut
20 • Lidah
• TRAILER OSCILLATE •
21 • Mimpi
22 • Heran
23 • Hell
24 • Rasa
25 • Trap
26 • Muram
27 • Ambigu
28 • Rahasia
29 • Déjà Vu
30 • Perasaan
31 • Deathrow
32 • Demon
33 • Sheriff
34 • Bad News
36 • Lagi
37 • On Fire
38 • Daredevil
39 • Bloody Sakura
40 • Oscillate

35 • Sahabat

75.7K 10.2K 14.8K
By radexn

"LO SEMUA HARUS BANTAI KELAS SEBELAS IPS SATU! SEMUANYA! YANG NGGAK IKUT BAKAL GUE LAPORIN KE SADDARU NANTI BIAR LO DIHAJAR SAMA DIA!!!"

Figo dengan suara menggelegar berucap di depan kelas 12 IPS 1 yang merupakan kelasnya. Ia berkampanye meminta seluruh murid di kelas itu untuk ikut serta dalam rencana ini. Rencana yang telah dibuat olehnya serta Saga dan Dion.

"Pokoknya cewek gue nggak boleh sampe pindah dari Galaksi 5," ucap Dion.

"YA UDAH, AYO! SIKAT!" seru Saga pada anak-anak kelas itu.

Maka, seluruh penghuni 12 IPS 1 keluar dari kelas. Mereka telah diperintahkan oleh Zhynix untuk mengajak kelas lain dalam rencana ini. Mereka tak peduli guru-guru akan mengamuk. Guru nomor dua, sahabat nomor satu!

"MANA BOCAHNYA, GO? YANG MANA BENTUKNYA?" Cowok ganteng dengan nametag Gibran Zabriel itu berucap pada Figo ketika mereka sedang berjalan menuruni tangga menuju lantai dua.

"RAMBUTNYA BALA, NGGAK JELAS BENTUKNYA. DI KELAS ITU DIA YANG PAKE SWEATER ITEM SENDIRI!" balas Figo.

"RANO, YA?" Gibran menyahut.

"IYA! ITU LO TAU, NJING!" seru Figo.

"ITU MAH BOCAH IDIOT YANG SUKA NYARI MASALAH SAMA GUE. SIAP, MAU GUE TAMPOL DI BAGIAN MANA?"

Entah kenapa Figo dan Gibran malah asyik bicara sambil teriak-teriak seperti itu.

"BANYAK OMONG LO, RAN. ITU BOCAHNYA!" Figo menunjuk lurus ke depan, tepat ke seorang lelaki ber-sweater hitam yang tengah membawa minuman menuju kelas 11 IPS 1.

Semuanya lantas berhenti jalan. Rano yang menyadari adanya gerombolan senior di arah berlawanan dengannya lantas tercenung sesaat. Dia terlihat bingung tanpa merasa takut, padahal kakak kelasnya itu sudah menampilkan wajah sangar sepanjang masa.

"HEH, BABI! TIME TO DIE!" seru Gibran.

Sedetik setelahnya, para senior itu berjalan cepat menghampiri Rano dan menyerang lelaki itu. Bukan hanya itu, sebagian dari mereka masuk ke kelas 11 IPS 1 dan mulai mengacak-acak kelas itu.

Semua murid yang berada di kelas terlihat terkejut beserta takut. Para siswi berteriak histeris, berlari menuju pintu untuk keluar tapi dihalau oleh kakak kelas mereka. Mereka dikepung!

"KELAS INI YANG SUKA BULLY SAKURA? MENTAL TEMPE BERANINYA KEROYOKAN!" seru Figo.

"SINI LAWAN GUE SAMA TEMEN-TEMEN GUE! JANGAN CUMA TERIAK-TERIAK, BANGSAT!!!" sambung Saga.

Panik. Semuanya panik. Ini semua dilakukan karena Nolan yang tadi pagi datang ke SMA Galaksi 5 hanya untuk menyampaikan pesan secara langsung pada Zhynix.

"Apa yang Sakura rasain, harus mereka rasain juga." Begitu kata Nolan tadi.

Nolan ingin sekali turun tangan dan menampar langsung anak-anak songong itu. Sayangnya dia ada kelas pagi dan juga harus mengumpulkan tugas yang sudah ia kerjakan semalam. Nolan benci itu, tapi mau gimana lagi. Toh sebentar lagi Nolan bebas dari masa-masa pusing karena kuliah.

Nolan juga sebenarnya tidak tega melihat Sakura yang menjadi sangat murung saat tahu dirinya harus pindah sekolah. Kabar itu juga telah sampai di telinga Zhynix, termasuk Saddaru, dan mereka tak terima Sakura pindah hanya karena Rano dan kawanannya. Maka dari itu, terjadilah perang seperti sekarang ini.

"LO YANG KEMAREN DIHAJAR SADDARU, KAN? MASIH BANYAK GAYA LO TERNYATA?! BELOM KAPOK DIBIKIN HAMPIR MATI SAMA SADDARU?!" sentak Saga sambil mendorong keras dada Rano. Minuman yang Rano pegang pun sampai jatuh ke lantai.

"BERANTAKIN BARANG-BARANG MEREKA! BUANG KE TEMPAT SAMPAH!!!" titah Figo.

"JANGAAAN!" seru geng cewek-cewek alay.

"JANGAN!"

"JANGAN, KAK!"

"GUE NGGAK IKUTAN BULLY SAKURA, SUMPAH!"

"JANGAN! ITU ADA MAKEUP GUE!"

"KAK, PLEASE, JANGAN!"

Semuanya ketar-ketir. Mereka mencoba menyelamatkan tas mereka masing-masing, tapi senior mereka tak membiarkan hal itu terjadi. Gibran yang merupakan mantan ketua OSIS SMA Galaksi 5 terkenal akan sifat kepemimpinannya. Maka, dia memerintahkan seluruh temannya untuk membuang tas-tas yang ada di kelas ini ke lantai bawah dari balkon.

"YA ALLAH!" Satu cewek mulai nangis melihat tas merah jambunya dibawa ke arah balkon, ritsletingnya dibuka dan seluruh barang-barang di dalam tasnya jatuh ke lantai bawah.

Bukan hanya satu orang, beberapa orang mulai melakukan hal yang sama. Orang-orang yang sedang melintas di lantai bawah pasti kaget melihat hujan yang bukan berbentuk air.

"JANGAN DONG KAK, ASTAGA!" pekik seorang siswi.

Kerusuhan ini mengundang murid-murid dari kelas lain perlahan mengumpul dan menyaksikan kegilaan kelas 12 IPS 1 melawan 11 IPS 1. Figo yang menyadari itu lantas berucap lantang,

"DARIPADA LO NONTONIN DOANG, MENDING JOIN! HAJAR BOCAH SEBELAS IPS SATU!"

Perang tersebut terjadi hingga bel tanda berakhirnya istirahat berbunyi. Keadaan kelas 11 IPS 1 berantakan. Tidak ada tas di dalam sana, semuanya lenyap dibuang. Kursi dan meja juga rusak dan tak jelas bagaimana bentuknya. Beberapa cewek menangis, tapi ada juga yang mencoba melawan.

Dion meninju salah satu sisi tembok kelas hingga kaca jendela di dekatnya bergetar. "Apa yang lo lakuin ke Sakura, harus lo rasain juga. LO PIKIR GUE BAKAL DIEM AJA? LO HARUS TAU, SEMUA ORANG DI SEKOLAH INI BERPIHAK SAMA SAKURA! CUMA KELAS INI YANG KAYAK TAI!"

"Kelas anjing. Nggak berguna!" sahut salah satu senior.

"Isi kelas ini kan bukan orang. Sampah semua." Saga membalas.

"Lo nggak tau Sakura siapa, hm?" Figo bersuara. "Dia adeknya Nolan! TAU NOLAN NGGAK LO?!"

"Charlez de Nolan bukan, Bro?" Gibran bertanya serius pada Figo. Ia mau memastikan 'Nolan' mana yang dimaksud.

"Iya. Nolan yang pas jamannya dia sekolah sering ngebela Galaksi 5 dari serangan SMA tetangga. Kalo nggak ada Nolan sama gengnya, Galaksi 5 nggak bakal ada sampe sekarang!" ujar Figo.

"MAMPUS LO SEMUA, KAMBING! MATI LO SAMA NOLAN!" Gibran terlihat puas mendengar penjelasan Figo.

Rano yang merupakan biang kerok dalam masalah ini lantas tertohok dan tak mampu berkata-kata. Ia yang tadinya berusaha melepaskan diri dari cengkraman salah satu senior, mendadak jadi terdiam bagai patung.

"Lo udah berurusan sama Nolan. Ditambah lagi sama Saddaru. Kelar hidup lo, Man." Saga menunjuk Rano yang pucat pasi.

"Kalo sampe Sakura keluar dari sekolah ini, lo harus keluar dari sini juga." Dion menyambar.

"Inget. Lo nggak aman." Gibran menepuk bahu Rano, kemudian menempeleng kepala cowok itu dan berlalu dari hadapannya.

• • 🌸 • •

Suhu ruangan ini terasa dingin. Figo, Saga dan Dion duduk berdampingan di sofa yang berhadapan dengan orang penting di sekolah ini.

"Apa tujuan kalian bikin rusuh kayak tadi? Buat apa ngerusak fasilitas sekolah?" Mariam yang merupakan kepala SMA Galaksi 5 berucap pada tiga cowok di hadapannya.

"Mereka udah ngelakuin bullying ke Sakura. Kami nggak terima," jawab Dion.

"Apa perlu bales pake kekerasan juga?" sahut Mariam.

"Mereka udah kelewatan. Nggak sepantesnya mereka bersikap kayak gitu ke Sakura. Kalo didiemin, mereka bakal cari korban lain, bukan cuma Sakura." Kali ini Figo yang berucap.

Mariam membuang napas berat. Dia nampak pusing melihat kejadian tadi. Bahkan ada beberapa guru hampir pingsan mengetahui banyak murid yang babak belur dan fasilitas sekolah yang hancur. Termasuk Mariam yang kepalanya hampir meledak karena kejadian itu.

"Kalian udah dewasa. Kalian udah kelas dua belas, sebentar lagi lulus. Seharusnya kalian bisa kasih contoh yang baik buat adik kelas kalian. Kalo mereka salah, tegur, bukannya dihajar sampe babak belur kayak gitu." Mariam berkata.

"Tampang kayak mereka nggak bakal mau terima nasihat. Baru sadar kalo pake anceman dan kekerasan," sahut Saga.

"Sakura bisa depresi, Bu. Ibu mau tanggung jawab? Mau sekolah ini ditutup gara-gara muridnya kurang ajar kayak gitu?" celetuk Dion.

"Mendingan keluarin aja Rano. Nggak berguna," kata Figo. "Vizko juga tuh. Cemen."

Mariam menggeleng, nampaknya ia makin pusing. "Percuma kalian ngelakuin ini sampe ajak orang-orang buat nyerang adik kelas kalian. Toh Sakura udah pindah dari sini. Saya sama orang tua Sakura dan orang tua Rano udah bicara tentang ini. Seharusnya nggak ada masalah kayak gini lagi."

"Nggak, Bu, Sakura nggak boleh pindah. Ibu harus tau, Sakura itu adiknya—"

"Adiknya Nolan." Mariam menyelak. "Ya, saya tau. Saya juga kenal orang tua mereka. Saya juga udah minta maaf ke Nolan tentang masalah ini. Semuanya udah beres, nggak ada yang perlu dibahas lagi."

"Tetep nggak bisa! Sakura nggak boleh pindah. Kalo Sakura pindah ...." Figo berhenti berucap. Dia menoleh ke Saga dan Dion secara bergantian, lalu mereka bertiga menatap tajam Mariam dan serempak berkata,

"Kami bakal pancing SMA tetangga buat serang sekolah ini!"

Mariam tersentak. "Figo, Saga, Dion!"

• • 🌸 • •

Saddaru terbatuk sekali ketika dirinya hendak mengubah posisi jadi duduk. Dengan dibantu oleh Sakura, Saddaru akhirnya berhasil duduk di atas brangkar.

Ya, Sakura ada di sini sejak setengah jam yang lalu. Ia bosan berada di rumah karena hari ini dirinya tak sekolah. Besok Sakura harus bersekolah di sekolah baru dan ia tak siap untuk itu.

"Saddaru," panggil Sakura.

"Hm?" sahut Saddaru.

"Aku besok nggak sekolah di Galaksi 5 lagi ... aku pindah." Sakura berucap.

Sebenarnya Saddaru sudah tahu karena tadi pagi teman-temannya sudah bercerita tentang ini. Jadi, dia hanya diam tanpa bertanya ke mana Sakura akan pindah.

"Aku pindah ke Shrewd High School. Sekolah Bang Nolan dulu," ujar Sakura, memberi tahu.

Bagian itu juga Saddaru sudah tahu. Shrewd High School merupakan sekolah terfavorit sepanjang masa. Seragam mereka juga berbeda tidak seperti yang sering kalian lihat. Murid-muridnya pun lebih berkelas dan ditakuti oleh sekolah lain, termasuk SMA Galaksi 5.

"Aku takut. Nasib aku bakal gimana ya kalo sekolah di sana?" ucap Sakura.

"Kata Bang Nolan sih ... di sana beda sistemnya sama sekolah-sekolah biasa. Lebih ketat juga," ujar Sakura lagi.

"Kalo itu yang terbaik ya gapapa. Terima aja," ucap Saddaru sangat pelan dan suaranya sedikit berbisik, karena bibirnya agak sulit digerakkan.

"Aku nggak ketemu kamu lagi dong." Sakura kembali sedih.

Saddaru tersenyum tipis, dia terkekeh kecil. "Gue bisa mampir ke rumah lo kalo lo butuh."

"Terus ... Dion sama Figo gimana? Saga juga," kata Sakura. "Kak Alan juga."

"Lo main aja ke studio," balas Saddaru.

Sakura memberenggut. Dia tidak siap untuk pisah sekolah dengan teman-temannya itu. Tapi, dia juga capek hati menghadapi anak-anak kelasnya yang sangat benci padanya. Hidup Sakura memang penuh dengan rasa dilema.

Sakura selalu merasa dirinya tak pantas bahagia. Karena setiap Sakura senang, pasti dia akan merasakan kesedihan yang mendalam. Tiap Sakura bahagia, selalu ada duka yang datang. Terkadang Sakura benci hidupnya.

"Sakura." Saddaru memanggil saat ia sadari perubahan raut wajah Sakura yang menjadi amat sedih.

Karena namanya disebut, Sakura pun menengadah dan menatap Saddaru. Saddaru hanya memberikan tatapan teduhnya pada Sakura, maka Sakura langsung mengubah ekspresinya. Yang awalnya dia sedih, kini tersenyum tipis.

"Aku suka tatapan kamu yang kayak gitu." Sakura mengaku.

Saddaru ikut tersenyum walau sangat tipis. Melihat Sakura tersenyum, hati Saddaru jadi adem. Saddaru bisa membayangkan seberuntung apa Dion memiliki Sakura.

"Oh iya, lo gimana sama Dion?" tanya Saddaru yang kemudian merasa bodoh telah menanyakan itu.

"Nggak gimana-gimana. Aku bingung," kata Sakura.

"Bingung kenapa?" heran Saddaru.

"Bingung aja ... kayak ada yang ngeganjel gitu. Aku jadi kurang nyaman kalo sama Dion," aku Sakura.

"Kurang nyaman gimana? Dion nggak apa-apain lo, kan? Nggak macem-macem?" Saddaru berujar serius.

Sakura menggeleng cepat. "Nggak kok. Dion baik, tapi akunya yang ngerasa aneh gitu. Ah, aku susah jelasinnya."

Saddaru tidak mengerti. Dia bingung dengan apa yang Sakura katakan. Tapi, dia tidak mau bertanya lebih jauh lagi. Takut kelewat batas.

"Lo kalo ada apa-apa cerita aja. Nolan kan ada," kata Saddaru.

"Iya." Sakura mengangguk.

"Atau ke gue." Saddaru kini menatap lekat kedua bola mata Sakura. "Gue siap denger lo cerita."

"Bukan maksudnya gue kepo. I just want you to be okay," lanjut Saddaru.

Hati Sakura meleleh setiap mendengar kata yang keluar dari mulut Saddaru. Cowok itu memang selalu memberikan 'rasa' yang berbeda bagi Sakura. Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa jantung Sakura selalu berdebar kencang tiap kali bertemu bahkan mendengar Saddaru bicara.

"Tapi, gue perhatiin Dion kayaknya sayang banget sama lo," ucap Saddaru. "Semoga dia bisa jaga lo."

Sakura memanggut, tapi wajahnya seperti tidak yakin dan kurang menyukai kalimat Saddaru. Sakura benar-benar merasa ada yang aneh dalam dirinya.

"Lo kalo ada apa-apa bilang, ya, jangan diem aja," tutur Saddaru. Beberapa detik dia diam, tapi kemudian berucap lagi, "Lo temen gue, Sa."

Terdengar helaan napas berat dari Sakura. Teman. Ya, memang hanya sebatas itu. Sakura cukup bersyukur untuk itu.

"Saddaru, aku mau jujur." Sakura mendadak berkata seperti itu, wajahnya juga terlihat sedikit tegang.

"Jujur apa?" tanya Saddaru.

Sebelum menjawab, Sakura menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Melihat Sakura yang gugup malah membuat Saddaru bingung. Aneh, kenapa makhluk bernama perempuan selalu bikin laki-laki bingung akan tingkah mereka?

"Aku suka sama kamu," ujar Sakura semakin nervous, "aku nggak tau kenapa tiba-tiba aku pengen bilang ini ke kamu."

Kaget. Saddaru kaget. Tapi, dia menanggapinya dengan santai dan disusul tawa kecil. "Gue juga suka lo, Sa."

"Serius?" Mata Sakura berbinar.

Saddaru mengangguk. "Gue udah bilang, lo temen gue."

Jantung Sakura mencelos. Dadanya juga sesak dalam hitungan detik. Matanya yang semula berbinar, seketika redup lagi. Meski begitu, Sakura tak lupa tersenyum agar tidak terlihat menyedihkan.

"Jaga diri lo, ya." Saddaru memberi pesan.

Kali ini Sakura hanya mengangguk tanpa berkata apapun. Tidak mampu menahan wajahnya yang merona antara malu dan menahan tangis, gadis itu beranjak dari kursi dan berjalan ke toilet. Tadi dia berkata pada Saddaru bahwa dirinya kebelet pipis.

Sepeninggal Sakura ke toilet, Saddaru menghela napas berat. Ini terasa rumit. Kenapa Sakura bisa berkata bahwa dia menyukai Saddaru di saat dirinya tengah menjalin hubungan bersama Dion.

Dia kenapa, ya?, batin Saddaru.

• • • • •

JHAAAA RIBET BANGET YA SADKURA. MANA NIH PENDUKUNG #SADKURA?!!

ya ... beginilah chapter 35. kuharap kalian suka 🙏🏻 jangan lupa kasih komentar biar aku semangat lanjutin chapter2 selanjutnya! ❤️❤️

YUK, TULIS SATU KATA BUAT CHAPTER INI!!!

segitu dulu deretan para coganku👶🏻

NEXT PART? SPAM COMMENT DI SINI YA! YANG SUKA SIDER PLEASE PERLIHATKAN WUJUD KALIAN 🙏🏻❤️

TERIMA KASIH UDAH BACA OSCILLATE CHAPTER 35!

DADA!!!👋🏻

—radenmutz




tambahan:

follow instagram aku @radenchedid yaa kalo mau tau keseharian aku yang hobi posting snapgram tentang anak-anaknya 👶🏻💃🏻 biar kita makin deket juga ok readers 😘🤪

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 182K 21
[available on bookstores; gramedia, etc.] "Aku harap yang berpaling akan kembali lagi." O S C I L L A T E 2 2018 by Raden Chedid
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 69.8K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
604K 16.9K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
620K 13.3K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...