Oscillate #1: The Big Secret

By radexn

4.1M 481K 216K

[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpali... More

00 • Mula
01 • Albino
02 • Pertikaian
••• PENTING DEMI KEBERLANGSUNGAN HIDUP CERITA ADEN •••
03 • Sepeda
04 • Studio
05 • Penasaran
06 • Derita
07 • Saddaru
08 • Marah
09 • Kelahi
10 • Kaget
11 • Es Krim
12 • Tangis
13 • Duka
14 • Kesal
15 • Kemampuan
16 • Syok
17 • Kaku
18 • Kesepian
19 • Takut
20 • Lidah
• TRAILER OSCILLATE •
21 • Mimpi
22 • Heran
23 • Hell
24 • Rasa
25 • Trap
26 • Muram
27 • Ambigu
28 • Rahasia
29 • Déjà Vu
30 • Perasaan
31 • Deathrow
32 • Demon
34 • Bad News
35 • Sahabat
36 • Lagi
37 • On Fire
38 • Daredevil
39 • Bloody Sakura
40 • Oscillate

33 • Sheriff

59.1K 9.4K 7.1K
By radexn

Sakura tidak bisa tenang setelah mengetahui Davila sedang mencarinya. Belajar pun tidak bisa fokus. Ditambah ia di kelas sendirian sebab Garrisco tidak ada, membuatnya semakin stress karena mereka hobi menyindir dan mengejeknya serta menjadikannya bahan candaan.

Rano yang telah dihajar habis-habisan oleh Saddaru beberapa waktu lalu kini sudah kembali ke sekolah dengan tampilan yang berbeda. Ia selalu mengenakan sweater untuk menutupi beberapa luka yang masih berjejak di tangannya, ia tak banyak bicara, ia juga tidak mengejek Sakura lagi. Tapi, setiap melihat Sakura pasti tatapan sinisnya muncul.

Walau di sekitarnya banyak orang, Sakura merasa sendirian. Ia kesepian, sedih, tapi tidak bisa melakukan apapun. Kepalanya sudah cukup pusing memikirkan Saddaru yang entah di mana, serta memikirkan bagaimana cara untuk melindungi diri dari Davila.

Meski Sakura tidak tahu siapa Davila dan tak pernah bertemu Davila secara langsung, dia bisa merasakan semengerikan apa sosok cowok bernama belakang Naraka itu. Namanya saja berunsur seram, apalagi orangnya.

"Woi! Itu dipanggil Bu Diora!" Suara seseorang mengejutkan Sakura disertai menggebrak mejanya yang membuat Sakura tersentak kaget.

Beberapa detik Sakura nampak terkejut dan bingung dengan apa yang terjadi, karena dirinya melamun sepanjang pelajaran. Saat ia sadari di samping kanannya ada Diora yang tengah berkacak pinggang sambil sedikit melotot, Sakura pun menghela napas berat.

"Maaf, Bu, tadi—"

"Kamu lagi mikirin apa?" celetuk Diora, memotong ucapan Sakura.

Sakura menggeleng. "Nggak lagi mikirin apa-apa."

Mata Diora lantas sedikit memincing ke arah Sakura, menatap curiga muridnya itu. Satu tangannya tiba-tiba bergerak ke wajah Sakura, memeriksa suhu tubuh gadis itu dengan punggung tangannya yang Diora tempelkan pada dahi Sakura.

"Kamu sakit, ya?" tanya Diora seraya menjauhkan tangannya dari dahi Sakura.

Lagi-lagi Sakura menggeleng. Tapi, Diora tidak percaya dan meminta Sakura beranjak dari kursi. Sakura menurut. Sakura yang dikenal memiliki fisik berbeda dan mudah sakit serta seringkali pingsan itu membuat Diora khawatir, takut muridnya itu kenapa-napa.

"Kamu di UKS aja. Muka kamu pucet," ucap Diora.

"LAH, BU, APA-APAAN SIH. MUKANYA DIA KAN EMANG PUCET TERUS. NGGAK SAKIT JUGA PUCET!" cetus seorang murid.

"Lebay banget dikit-dikit UKS!" sambar yang lain.

"GURU-GURU KENAPA PILIH KASIH BANGET SIH SAMA BOCAH INGUSAN KAYAK DIA?!" protes murid lagi.

"Dasar cewek aneh! Penyakitan mah nggak usah belagak sekolah! Nyusahin!" celetuk cowok dengan rambut ikal di pojok kelas yang merupakan teman satu meja Rano.

"Lemah lo!" cibir murid-murid lagi.

Mendengar kalimat-kalimat yang sangat menyakitkan itu, mata Sakura berkaca-kaca seketika. Tapi, dia menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan dirinya. Ia juga melepaskan tangannya dari genggaman Diora, meminta untuk kembali ke kursi daripada anak-anak kelas ini tak terima dirinya menetap di UKS. Tapi, Diora tak mengizinkan.

"Kalian jangan kurang ajar, ya!" marah Diora. "Kalian sekolah tapi mulutnya kayak nggak dididik!"

Lantas kelas menjadi hening karena suara Diora yang menggelegar bahkan terdengar sampai ke luar kelas. Dia nampak marah dan tidak terima akan sikap tak sopan murid-muridnya itu pada Sakura.

"Nggak ada guru yang pilih kasih. Semuanya sama rata ke setiap murid! Tapi, kalo ada yang sakit, guru pasti kasih perhatian lebih ke dia! Bukan karna pilih kasih, tapi demi kesehatan dia!" tutur Diora.

"Sakura nggak kayak kalian! Fisiknya nggak sekuat kalian! Harusnya kalian kasih dia semangat, bukannya malah ngejek!" lanjut Diora.

Sakura menunduk, wajah pucatnya semakin pucat, gigi di dalam mulutnya juga sedikit bergemetar. Bukan hanya Sakura yang menunduk, seluruh murid yang duduk di kursi mereka pun menunduk dan tak berani melihat Diora.

Diora terlihat begitu marah karena tingkah anak-anak itu yang sudah kelewat batas. Ia pun menarik napas dalam-dalam, meredam amarahnya dan berusaha untuk tak semakin meledak.

"Sekali lagi saya dengar kalian ngomong yang nggak-nggak ke Sakura, nilai kalian saya tahan." Diora mengancam yang kemudian mengajak Sakura keluar dari kelas.

Sepeninggal Diora dan Sakura dari kelas ini, seluruh murid itu menggerutu dan malah semakin kesal pada Sakura. Dengan teganya dua murid menendang kursi milik Sakura, mengobrak-abrik tas Sakura dan membalikkan meja Sakura hingga permukaan meja itu bertemu dengan lantai.

"Gara-gara tu bakteri, Bu Diora marah sama kita!" seru Vizko.

"Emang dasarnya nggak guna. Dia dateng cuma bikin susah," cetus Rano begitu sinis.

Di lain tempat, Sakura bersama Diora jalan bersamaan menuju UKS. Diora tak mengizinkan Sakura pergi sendiri dan memilih untuk mengantarnya karena dia tahu —bahkan semua guru tahu tentang Sakura yang suka menjadi bahan bully murid SMA Galaksi 5.

Lira, ibunya Sakura, sudah berpesan pada semua guru untuk menjaga anaknya dan memberikan kenyamanan pada Sakura selama berada di lingkungan sekolah. Semua guru tahu bahwa Sakura pernah homeschooling tapi jenuh untuk itu. Pihak sekolah juga tidak mau membuat siapapun kecewa, termasuk keluarga Sakura. Mereka berusaha memberikan yang terbaik karena pendidikan itu penting.

Ketika sedang berjalan, mata Sakura berhenti pada satu titik di mana seorang cewek berlari ke arah lobi sekolah. Cewek itu terlihat tergesa-gesa, malah sempat dia hampir terjatuh karena tersandung sesuatu di lantai.

Kelly? Mau ke mana ya dia?, batin Sakura saat menyadari siapa cewek tersebut.

• • 🌸 • •

Tepat pukul tiga pagi tadi, di usia kandungan tiga puluh lima minggu Irene melahirkan seorang bayi. Faktor kelelahan membuat Irene mengalami pecah ketuban dini. Berjam-jam lamanya tubuh Irene panas tinggi dan ternyata sudah memasuki pembukaan empat.

Beruntungnya Tuhan ada di saat Irene membutuhkan-Nya. Persalinan itu berjalan lancar, ia berhasil melahirkan bayi yang lucu nan imut dengan berat satu koma sembilan kilogram, dan panjang empat puluh sentimeter.

Bayi itu berada di atas badan Irene karena dia membutuhkan kehangatan dari seorang ibu. Lucu dan menggemaskan. Garrisco senang menyentuh pipi adiknya itu dan tertawa kecil karenanya.

Garrisco telah memberi tahu Andra tentang kelahiran bayi itu. Cowok itu sempat menghubungi Idah dan bervideo-call bersama Andra juga. Idah dan Andra menangis terharu melihat Irene dan bayinya, begitu juga Irene yang ikutan menangis. Sebenarnya Irene sangat ingin ada Andra dan Saddaru juga di sini, menemani dan menyemangatinya. Walau begitu, Irene tetap bersyukur masih ada Garrisco.

"Lucu banget ya, Ma," kata Garrisco, gemas.

Irene mengangguk samar seraya tersenyum. Lalu ia menatap Garrisco dan berucap, "Kamu mau kasih saran nama?"

"Mmm ...." Garrisco berpikir sejenak sambil mengerutkan kening dan memandang bayi itu dengan wajah serius. "Apa ya?"

Irene menunggu sambil sesekali mengecup puncak kepala bayinya. Setelah beberapa detik berlalu, Garrisco pun memiliki ide untuk memberikan nama pada bayi itu.

"Pake nama Bang Daru aja, Ma. Nama depannya," kata Garrisco.

"Muezzanden?" tanya Irene. "Tapi kan ini perempuan ...."

"Nggak semuanya, setengahnya aja." Garrisco terkekeh.

Irene mengernyit bingung. Karena Irene tak mengerti, Garrisco pun langsung menyebutkan nama yang saat ini ada di benaknya.

"Muezza."

• • 🌸 • •

Waktu terus berlalu. Bel tanda berakhirnya sekolah untuk hari ini telah berbunyi nyaring seantero sekolah. Sakura kembali ke kelas dan mendapati kelas sudah kosong. Seluruh meja serta kursi di kelas ini tersusun rapi, tapi tidak untuk meja dan kursi miliknya.

Dengan wajah bingung bercampur sedih, Sakura jalan ke bagian belakang kelas dan melihat kursinya rusak. Kaki kursi itu patah. Mejanya juga entah bagaimana bentuknya. Tas merah jambu miliknya pun kotor seperti diinjak-injak, dengan keadaan ritsleting terbuka dan isinya tidak ada.

Sakura menelusuri seisi kelas dan memerhatikan lantainya. Ia mencari keberadaan benda-benda miliknya yang seharusnya ada di dalam tas. Sayang, lantai kelas ini bersih. Tidak ada benda-benda yang ia cari.

Sakura hampir menangis. Dadanya bergerak naik-turun, matanya juga berkaca-kaca. Dia menghela napas berat seraya mengangkat tasnya itu dan membawanya tanpa ia sampirkan di punggung.

Gadis itu berjalan ke depan kelas untuk keluar dari ruangan ini, tapi tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya. Seperti ada magnet, Sakura berjalan cepat mendekati sebuah tempat sampah yang berada di pojok kiri depan kelas. Ia membuka penutupnya dan terkejut melihat sesuatu yang berada di dalam tempat sampah itu.

Tepat saat itu, pintu kelas terbuka lebar dan muncul tiga orang cowok yang merupakan teman-temannya Saddaru. Mereka jelas kaget melihat Sakura yang seperti ingin menangis sambil melihat tempat sampah dan menenteng tas yang begitu kotor.

"Sakura?" Figo memanggil.

Dion yang merupakan kekasihnya segera menghampiri Sakura dan menyentuh bahu cewek itu seraya bertanya apa yang sedang terjadi.

Sambil menahan tangis, Sakura menjawab. "Mereka buang barang-barang punya aku ke tempat sampah. Tas aku diinjek-injek. Meja sama kursi aku dirusak ...."

"Hah?" Figo tersentak kaget. "Serius lo, Sa? Anjir, parah banget."

Akhirnya air mata itu turun. Sakura langsung menyekanya dan menunduk karena malu dilihat cowok-cowok itu. Tapi, mereka tak masalah. Mereka malah menenangkan Sakura dan meminta Sakura untuk berhenti menangis.

"Siapa yang gituin kamu?" tanya Dion.

"Aku nggak tau. Tadi aku di UKS," jawab Sakura, sesenggukan. "Tapi aku yakin yang ngelakuin ini semua anak-anak kelas aku. Mereka benci aku."

"Gila, nggak ada otaknya." Saga terlihat marah.

Sakura yang sangat sedih dan sakit hati itu masih terus menangis. Ia mencoba mengambil buku-buku miliknya di dalam tempat sampah, tapi dicegah oleh Dion. Dion tak mau tangan Sakura kotor.

"Itu kotor, Sa. Mereka kayaknya buang macem-macem minuman sama makanan ke tempat sampah. Sengaja biar barang-barang kamu nggak bisa diambil." Dion berkata.

"Tapi, nanti Mama bisa marah kalo tau buku-buku aku nggak ada," lirih Sakura.

"Lo ngomong jujur aja, Sa, kalo lo diperlakuin kurang ajar kayak gini sama anak-anak kelas lo," usul Figo.

"Aku bisa dipindahin. Nanti aku disuruh homeschooling lagi." Tangis Sakura makin menjadi. "Aku nggak mau homeschooling. Aku capek sendirian terus ...."

"Daripada lo diginiin terus?" sahut Figo. "Mereka nggak bakal berenti sebelom lo keluar dari sekolah."

"Tapi, kalo kamu pindah mereka bakal ngerasa menang," celetuk Dion. "Kamu bakal makin dihina-hina."

Mendengar itu hanya membuat Sakura semakin pusing. Ia makin menunduk dan menghapus jejak air mata dari wajahnya. Tapi, air mata itu terus-menerus turun entah kapan akan berhenti.

"Udah, nggak usah sekolah aja lo mendingan. Serba salah." Saga berucap menyebalkan.

Tidak tega melihat Sakura yang bersedih, Dion berbaik hati memberi pelukan pada gadisnya itu. Kedua bola mata Saga mendelik malas seraya mendengus, tak seperti Figo yang malah anteng melihat pemandangan itu.

Di saat-saat yang seperti ini, sesuatu mengejutkan Figo ketika ponselnya berbunyi tanda panggilan telepon masuk. Cepat-cepat ia mengangkatnya.

"Halo, Lan?" Figo bersuara.

"Udah balik?" tanya Alan.

"Udah. Lo udah jalan ke Metropolitan?" sahut Figo.

"Nggak usah ke Metropolitan. Lo langsung aja ke jalan Andromeda, cari tempat yang ada banyak polisi. Gue lagi di sana sama Nolan!" seru Alan.

• • 🌸 • •

Mobil pink milik Sakura baru saja tiba tiga puluh detik lebih lambat dibanding Saga, Figo dan Dion yang tiba duluan dengan motor mereka masing-masing.

Benar apa yang Alan katakan. Ada banyak polisi di sini, mengepung sebuah bangunan yang jarang diketahui orang. Tempatnya pun berada di ujung jalan dan terpencil karena letaknya berjauhan dengan bangunan-bangunan lain.

Garis polisi melintang mengelilingi bangunan tersebut. Beberapa polisi juga sudah masuk ke dalam bangunan itu. Ada tiga orang lelaki berjaket hitam yang tertangkap dan segera dibawa masuk ke dalam mobil.

Terdapat tulisan 'Deathrow' di bagian punggung jaket mereka. Sudah bisa dipastikan mereka adalah anggotanya Davila. Sayangnya wujud Davila tidak terlihat di sana.

"Figo!" Suara lelaki memanggil, membuat Figo dan teman-temannya menoleh —mendapati Nolan dan Alan tengah menghampiri mereka.

"Bang!" Sakura berseru pada Nolan. Gadis itu segera mendekatkan diri pada sang kakak dan memeluk lengan Nolan seakan dirinya merasa aman dengan posisi seperti itu.

"Lo abis nangis, ya? Matanya sembab," kata Nolan.

"Nanti aku ceritain." Sakura berucap. Ia lalu memerhatikan sekitarnya lagi dan bertanya, "Ini ada apa sih, Bang?"

"Polisi lagi nangkep orang-orang yang bikin resah warga. Ini sarang mereka," ujar Nolan.

"Mereka temen-temennya Davila Naraka itu?" tanya Sakura lagi.

Nolan mengangguk. Sakura kini menatap isi bangunan itu dari luar. Ia seperti mencari sesuatu dan juga berharap di dalam sana ada Davila. Sakura ingin sekali polisi menangkap Davila agar cowok itu tidak berkeliaran dan menebar kegelisahan pada setiap orang.

Kaki Sakura tiba-tiba bergerak dan masuk ke dalam lingkaran garis polisi. Cewek itu berlari masuk ke dalam markas Deathrow dan membuat Nolan serta teman-temannya ingin masuk untuk mengejar Sakura, tapi dilarang.

"Sakura!" panggil Nolan.

Menyadari ada seorang gadis mungil yang datang, seorang polisi hampir terkejut karenanya. Sebelum diusir keluar oleh polisi itu, Sakura segera berkata, "Aku juga korbannya Davila! Aku diincer sama dia entah buat apa. Aku takut!"

"Pokoknya dia harus ditangkep sekarang, Komandan!" lanjut Sakura.

Brak!

Sebuah suara seperti benda jatuh terdengar dari arah gudang. Semua mata seketika mengarah ke sana. Beberapa polisi mendekati pintu gudang dengan pistol mengarah ke sana. Satu anggota polisi menendang pintu yang terkunci itu hingga terbuka dalam sekejap.

Ternyata di dalam sana tidak ada siapa-siapa. Hanya benda-benda yang rusak dan tak berharga lagi. Sakura yang penasaran ikut melihat isi gudang. Ruangan itu bau, banyak debu dan banyak nyamuk.

Mata Sakura bergerak menyisir seisi ruangan, lalu berhenti di satu titik —di mana terdapat kain hitam yang membungkus sesuatu di bawah sana. Jantung Sakura tiba-tiba berdebaran hebat. Seperti ada sesuatu yang memintanya untuk menghampiri kain hitam itu.

Perasaan Sakura tidak enak. Ia mendekati kain itu dan langsung menyibaknya hingga terlihatlah apa yang sebelumnya dibungkus oleh kain tersebut.

Mulut Sakura terbuka lebar dan spontan ia membekapnya dengan kedua tangan. Sakura terkejut bukan main melihat seseorang tergeletak di sana dengan posisi tengkurap dan kedua tangan serta kakinya diikat kuat oleh tali.

Sakura tidak tahu itu mayat atau bukan. Tapi, orang itu terlihat sangat mengenaskan. Tubuhnya dipenuhi darah, kaos putihnya juga telah berubah warna menjadi merah. Sakura tidak berani melihat wajahnya, tapi perasaannya semakin tak karuan. Ditambah Davila sempat berkata bahwa korban pertamanya adalah Saddaru.

Penemuan Sakura membuat polisi-polisi itu datang menghampiri dan mulai memberi tindakan. Mereka melepas tali-tali yang bergerayang di tubuh orang tadi, lalu mengubah posisi orang itu menjadi terlentang. Dan di detik itu Sakura memekik histeris serta air matanya kembali keluar.

"SADDARU!" pekik Sakura.

• • • • •

🤪😭😭😭😭 Saddaru akhirnya ditemukan gengs :") siapa yang senang? :(

chapter ini aku ketik dari jam 12 siang dan baru kelar jam 17.26 😌 parah sih aku kayak susah banget ngetik chapter ini soalnya ngebahas orang lahiran, polisi-polisian, dan lainnya. takut salah informasi jadinya aku takut gitu ngetik chapter ini huhu (walau udah googling dan nanya sana-sini).

tapi semoga kalian suka ya....

gimana chapter ini? kasih komentarnya dong! ☺️💜

seperti biasa biar happy dan relaks, JAWAB ISIAN DI BAWAH INI YA!

• tulis 1 kata buat Saddaru!

• 1 kata buat Sakura!

• 1 kata buat Saga!

• 1 kata buat Dion!

• 1 kata buat Figo!

DAN KALIAN TEAM MANA

• #SakuraDion

• #SakuraSaddaru alias #Sadkura

• atau yang lain (((tulis di sini!)))

mau lanjut? SPAM COMMENT di sini ok!

Saddaru & anjing ☹️

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA!!!🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 251K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
8.4K 1.2K 33
-· completed ·- Star High School - Virgo Asteria Leia **** Virgo, si cewek penghuni taman belakang sekolah setiap jam istirahat tiba. Hanya dengan mu...
13.8K 1.6K 11
Gadis berusia 18 tahun dikenal karena sifat sosiopatnya yang langka dan hanya ada satu di SMA Erudite, Nayanika Ilunga namanya. Gadis cantik tetapi...
12K 591 55
[CLOSED] Étincelle Wattpad Cover Shop Tempat kamu memesan cover wattpad untuk ceritamu secara gratis dan berbayar. © 2019 by Ines Dian