BLE MOU ✓

Por Si_MiyuKi

261K 22.9K 712

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... Más

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[8] Resquer

6.3K 679 17
Por Si_MiyuKi

.

.

.


Ia membiarkan tubuhnya yang berangsur-angsur kembali ke wujud manusianya jatuh, sedangkan Lacey sudah tak sadarkan diri di dalam sana. Tubuhnya terasa sangat perih saat bersentuhan dengan dinginnya air sungai. Elle mencoba bergerak, yang sialnya semakin menambah rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya terlebih lagi perutnya mengingat panah batu tadi masih tertanam disana. Meskipun begitu, tangannya terus mencoba bergerak menggapai permukaan. Karena pasokan udara di paru-parunya yang kian menipis. Tiba-tiba saja beberapa panah melesat masuk ke dalam air. Tubuhnya yang masih berada dekat dengan permukaan membuat panah-panah itu masih dapat bergerak cepat.

Salah satu panah berhasil menancap lagi di paha kanannya. Reflek ia membuka mulutnya, berteriak, meskipun suaranya teredam oleh air. Sebuah kesalahan besar baginya, air sungai itu ikut masuk. Langsung terasa memenuhi sebagian paru-parunya. Ia kehilangan napasnya, sebelum kesadarannya terenggut Elle masih mencoba menggapai permukaan. Yang sayangnya tetap gagal. Tubuhnya pun semakin mati rasa, ikut terbawa arus, ia rasa mungkin sebentar lagi dirinya akan mati. Tapi itu lebih baik daripada harus ditemukan oleh mereka.

***

Davion yang saat itu sedang berlatih di halaman depan dengan beberapa warrior, merasakan sesak yang amat sangat di dadanya. Udara di sekitarnya seakan sangat sulit masuk ke paru-parunya dan tubuhnya seketika jatuh berlutut di depan Regan, Betanya. Semua orang yang melihat kejadian itu langsung reflek memanggil Alpha mereka dan menghampirinya. Regan mendekat dan membantu Davion untuk berdiri. Tapi tubuhnya terasa lemas. Regan dan seorang warrior memapah tubuhnya masuk ke dalam mansion, hingga ke kamarnya.

"Alpha, Anda baik-baik saja?" tanya Regan saat mereka sampai di kamar Sang Alpha. Davion hanya mengangguk sekilas meskipun sebenarnya dadanya masih merasakan sedikit sesak.

"Terima kasih. Kalian bisa keluar, aku ingin istirahat." Kedua pria itu mengangguk dan sedikit membungkuk padanya sebelum pergi. Davion merebahkan tubuhnya di kasur, menutup mata dengan satu lengannya. Dan satu pemikiran terlintas di otaknya. Ia terduduk. Jangan-jangan, kejadian tadi, rasa sakit yang ia rasakan tadi, berhubungan dengan matenya. Matenya? Bagaimana keadaannya? Ia bahkan belum bisa menemukan gadis itu sampai saat ini.

Dan baru saja ia bangkit dari duduknya, aroma itu seketika menerjangnya, memenuhi indera penciumannya.

***

"Celin! Sebenarnya mau apa kita kemari?" Laki-laki itu sudah sangat geram dengan kemauan saudara kembarnya. Ancelin masih terus berjalan menyusuri sungai di hutan tanpa mengatakan tujuannya. Gadis itu hanya meminta dirinya untuk ikut menemani.

"Kalau kau tidak mau menjawab. Aku akan pulang sekarang." Baru saja Ravel berbalik, sebuah tangan menarik kerah baju belakangnya. Membuat ia harus berjalan terseok-seok mengikuti langkahnya. Ia menepis tangan Ancelin dan merengut ketika gadis bermata hijau itu masih bungkam. Terpaksa Ravel tetap mengikuti kemanapun Ancelin pergi, atau ia akan terkena amukan keluarganya jika sampai gadis itu terluka. Ia mendengus kesal.

"Itu dia!!" Ancelin yang tiba-tiba berteriak membuatnya terkejut. Ia tidak sadar bahwa jarak mereka cukup jauh. Ravel mendekat dan semakin terkejut ketika melihat tubuh seseorang mengambang di tepi sungai. Tapi yang membuatnya semakin heran adalah ketika melihat rambut aneh gadis malang itu. Banyak sekali darah yang menggenang di sekitarnya. Ia juga bergidik ngeri saat melihat ada dua panah yang masih menancap di tubuh pucat itu. Apakah gadis itu masih hidup?

"Ravel, bantu aku membawanya kemari." Sekali lagi yang dipanggilnya itu mendengus. Meskipun begitu ia tetap melaksanakannya. Dengan hati-hati, takut benda tajam itu akan semakin menyakiti si pemilik tubuh jika ia bergerak salah, Ravel mengangkat tubuh gadis berambut biru itu lebih menepi.

"Apakah dia masih hidup?" Melihat Ancelin yang baru saja mengeceknya. Mendapat anggukan dari Ancelin, ia tahu bahwa orang itu memang masih hidup.

"Detak jantungnya lemah sekali. Napasnya juga semakin menipis," ujarnya. Tentu saja, melihat keadaan si gadis malang yang sangat mengenaskan.

"Lalu, mau kau apakan dia?" tanyanya. Serigalanya seperti merasakan sesuatu ketika melihat gadis itu. Sesuatu yang tidak asing baginya.

"Celin, apa yang kau lakukan?!" Ia terkejut saat melihat Ancelin yang bersiap menarik panah itu keluar. Seketika ia tak tega melihatnya.

Gadis itu tetap melanjutkan aktivitasnya, tanpa ragu tangannya mencabut panah yang berada di pahanya. Darah langsung mengalir keluar dengan deras dari sana. Tubuh Ravel menggelinjang ngeri ketika melihat aksi nekat yang dilakukan saudara kembarnya itu.

Tapi secara naluri Ravel langsung merobek pakaiannya dan melilitkannya pada bekas panah itu, mencegah darahnya semakin banyak keluar. Sejenak Ancelin ragu ketika tangannya memegang panah yang dianggapnya aneh. Panah itu menancap tepat di bagian perut, dan ia takut jika benda itu mengenai organ vitalnya. Ancelin menatap Raven yang sedang balik menatapnya.

"Kita bawa dia ke mansion," jawab Ancelin, gadis itu mengurungkan niatnya mencabut panah yang berada di perutnya. Membawa gadis itu ke mansion adalah pilihan terbaik, disana dokter akan membantunya.

"Mansion?! Kau yakin? Kalau dia bukan orang baik-baik bagaimana?!"

"Kau kira aku bisa kemari dan tahu ada seseorang yang sedang sekarat karena apa?! Aku mengada-ada begitu?" sengitnya. Ancelin bahkan sangat yakin jika gadis itu adalah orang baik. Ia tidak meragukannya.

"Kita tidak bisa membawa sembarang orang ke mansion tanpa persetujuan Alpha."

Ancelin menggeleng, terus menatap gadis yang masih tak sadarkan diri di depan mereka, "Aku tahu. Tapi aku yakin Alpha akan mengijinkan gadis ini masuk."

"Kita harus membawanya sekarang. Dia sedang sekarat." Ia menatap Raven tajam. Menuntut laki-laki itu untuk menuruti perkataannya. Tapi Ravel tetap menggeleng, ia masih ragu.

"Aku akan ceritakan padamu kenapa aku bisa mengetahui keberadaan gadis itu disini."

Ravel menatapnya skeptis. "Aku janji." Ancelin semakin gemas melihat tingkah saudara kembarnya itu. Jika saja dirinya bisa membawa tubuh lemah itu ke mansion, akan ia lakukan sejak tadi. Ravel menimang-nimangnya. Mungkin benar, insting mereka bahkan instingnya yang biasanya lebih kuat dari Ancelin tidak merasakan tanda bahaya dari gadis asing itu. Tidak sama sekali.

Akhirnya Ravel pun menurut. Ia menggendong tubuh tak berdaya itu untuk mereka bawa ke mansion. Semoga saja Davion mengijinkannya. Ia sebenarnya juga khawatir jika gadis dalam gendongannya ini tak bisa tertolong nantinya.

***

Kedua bersaudara itu mulai menapaki area gerbang mansion. Mereka berhenti sejenak, menatap satu sama lain dan meyakinkan diri mereka sekali lagi. Saat pintu gerbang terbuka, mereka segera masuk. Beberapa warrior yang berjaga disana menatap mereka waspada. Lebih tepatnya pada seseorang yang masih berada di gendongan Ravel. Ancelin sengaja langsung membawanya ke dalam mansion, ia akan memanggil beberapa tenaga medis kemari karena Ancelin masih sedikit takut jika membawanya ke rumah sakit pack.

Salah satu warrior menghampiri mereka, "Maaf, tuan Ravel. Siapa gadis ini?" tanyanya seraya sedikit mengendus udara di sekitarnya.

Ketika Ravel akan menjawab, Ancelin berinisiatif menggantikannya, "Aku akan menjelaskannya setelah kami membawanya ke dalam."

Tapi warrior itu masih mencoba mencegah mereka. "Maaf, tapi Anda tidak bisa membawa orang asing masuk kemari tanpa persetujuan Alpha," tegasnya. Warrior itu semakin ragu ketika melihat penampilan orang asing di dekapan Ravel.

Baru saja Ancelin membuka mulut untuk membalas, suara ribut di depan mansion mengalihkan atensi mereka.

Di sana, berdiri seekor serigala besar tengah menatap mereka dengan matanya yang berkilat. Geramannya yang terdengar membuat semua orang yang berada di sekitarnya menunduk submisif. Jangan-jangan Alpha mereka memang akan menolak kehadiran gadis ini.


***

TBC.

Seguir leyendo

También te gustarán

4.5K 633 41
Anastasya James Aliandra. Cewek jurusan hukum. Dia memiliki syarat untuk pria yang akan menjadi pacarnya. Diary hitam logo hati merah pekat, buku yan...
3.1M 188K 66
Briana yang awalnya adalah seorang Lady, harus terpaksa menerima lamaran sang Duke of Warwick, namun siapa sangka jika pria yang ia kira hanya seoran...
2.1M 140K 74
(SUDAH TERBIT) "Sebagai budak, kau harus lakukan apapun perintahku jadi cepat lepas pakaianmu itu, tentunya kau tidak tuli bukan?" mata gadis itu men...
2.6M 282K 57
Saat mendekati tikungan terakhir, mobil di belakang Elena kehilangan kendali. Dan insiden mengerikan itupun terjadi. Kejadian tersebut begitu cepat...