Oscillate #1: The Big Secret

By radexn

4.1M 481K 216K

[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpali... More

00 • Mula
01 • Albino
02 • Pertikaian
••• PENTING DEMI KEBERLANGSUNGAN HIDUP CERITA ADEN •••
03 • Sepeda
04 • Studio
05 • Penasaran
06 • Derita
07 • Saddaru
08 • Marah
09 • Kelahi
10 • Kaget
11 • Es Krim
12 • Tangis
13 • Duka
14 • Kesal
15 • Kemampuan
16 • Syok
17 • Kaku
18 • Kesepian
19 • Takut
20 • Lidah
• TRAILER OSCILLATE •
21 • Mimpi
22 • Heran
23 • Hell
24 • Rasa
25 • Trap
26 • Muram
27 • Ambigu
29 • Déjà Vu
30 • Perasaan
31 • Deathrow
32 • Demon
33 • Sheriff
34 • Bad News
35 • Sahabat
36 • Lagi
37 • On Fire
38 • Daredevil
39 • Bloody Sakura
40 • Oscillate

28 • Rahasia

70K 10.3K 6.2K
By radexn

"SADDARU?"

Suara Alan mengejutkan Saddaru yang posisinya sama sekali tidak berubah setelah pintu kamar Alina tertutup sendiri. Refleks Saddaru mendekat ke pintu dan pintu tersebut langsung terbuka dengan memunculkan figur Alan.

Alan terlihat sedikit terkejut dan terdiam sejenak saat matanya bertemu dengan sosok Saddaru di sana. Segera Alan menarik kaos yang Saddaru kenakan agar cowok itu cepat-cepat minggat dari kamar Alina.

Saddaru yang terseret itu hanya bisa pasrah, tapi setelah keluar dari kamar Alina cowok itu langsung menampol tangan Alan yang meremas kaosnya.

"Gila lo ya? Ngapain masuk ke kamar Alina?" tanya Alan sedikit ketus sambil mengunci kembali pintu kamar itu.

"Iseng aja," jawab Saddaru.

"Iseng? Udah tau setan-setan di sini sinting semua, demen semua sama lo," cetus Alan. "Buruan sana lo turun. Gue nggak mau tanggung jawab kalo sampe lo kerasukan kayak kemaren pas subuh-subuh. Ngeribetin."

"Ya." Saddaru mendengus dan berlalu meninggalkan Alan.

Derap kaki Saddaru terdengar dan menandakan anak itu sedang menuruni anak tangga. Sedangkan Alan masih sibuk di lantai dua untuk mematikan lampu-lampu yang tadi dinyalakan Saddaru. Kunci kamar Alina pun sekarang Alan simpan di tempat yang tak banyak orang tahu.

Setelah semua itu selesai, Alan turun ke lantai satu dan mendengar adanya keributan dari arah dapur. Segera Alan ke sana dan menemukan Saddaru sedang memungut pecahan piring kaca yang tadi tak sengaja ia jatuhkan.

"Lo kenapa lagi sih, Dar? Mabok lo, ya?! Megang piring aja bisa sampe jatoh gitu," celetuk Alan.

Bertepatan dengan itu, Desi datang dengan terpogoh dan langsung membantu Saddaru membersihkan pecahan-pecahan itu secara hati-hati.

"Sorry, Tan, tadi piringnya meleset dari tangan Daru," kata Saddaru.

"Gapapa, gapapa!" Desi malah panik melihat Saddaru. "Kamu nggak ada yang kena beling, kan? Aman?"

"Aman kok, Tan," sahut Saddaru.

"Lo ambil pengki aja, Dar," kata Alan kemudian.

Saddaru tak banyak protes. Ia beranjak dari tempat dan bergegas keluar dari dapur. Sayang, baru tiga kali melangkah Saddaru tiba-tiba menjerit ringan ketika sesuatu menusuk telapak kaki kanannya.

"Ah!" Saddaru refleks mundur, bersamaan dengan tetes darah yang mulai terjun dari luka itu.

"Ya Tuhan!" Desi memekik. "Lan, ambil kotak P3K buruan!"

• • 🌸 • •

Tepat jam dua dini hari Sakura yang sedang tidur mendadak permukaan wajahnya keluar butiran keringat, padahal suhu kamarnya terbilang dingin yaitu delapan belas derajat Celsius. Gadis itu terlihat tidak tenang, sejak tadi badannya berguling ke kiri dan kanan entah karena apa.

Semakin lama Sakura seperti orang tersengat panas api. Dia meremas selimutnya sekuat tenaga, tapi matanya masih terpejam rapat. Sesekali ia juga mengeluarkan suara seperti, "Erm....", "Argh!", "Hhh."

Kejadian itu berlangsung selama lima menit. Setelah itu, mata Sakura terbuka lebar dan deru napasnya terdengar berat. Ia menoleh ke kiri dan kanan, mendapati keadaan kamarnya yang tenang seperti biasa.

Sakura tidak mimpi buruk, tidak juga merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Ia mendadak parno lagi dan kepikiran tentang hal yang tidak-tidak.

Melihat jam yang menunjukkan pukul dua, Sakura makin ketakutan. Dia menarik selimut hingga mencapai setengah wajahnya, lalu menutup mata untuk kembali tidur. Kurang dari sepuluh menit, Sakura secepat itu terjun ke dunia mimpi.

Sebuah figur perempuan cantik muncul di sana, terlihat ceria dan selalu tertawa bersama lelaki yang ada bersamanya. Mereka berlarian di lapangan sekolah saat gerimis turun. Yang lelaki mencoba menangkap si perempuan tapi selalu gagal.

"Udahan aja, yuk! Nanti seragam kamu makin basah!" seru Saddaru.

"Nggak pa-pa! Kan udah pulang sekolah!" balas Alina.

Tidak mau menuruti ucapan Alina, Saddaru mempercepat langkahnya dan segera menangkap Alina dengan cara memeluk cewek itu dari belakang. Beberapa orang yang melihat adegan itu lantas tertawa dan terharu di waktu yang bersamaan. Tapi, hal itu tak berlangsung lama. Saddaru segera membawa Alina meninggalkan lapangan.

"Jangan bandel kalo dibilangin. Nanti sakit kan repot urusannya," kata Saddaru setelah mereka menepi di koridor sekolah.

Alina nyengir. "Kamu tau sendiri aku suka hujan."

"Iya, tau kok. Tapi, bukan berarti tiap turun hujan kamu mandi hujan." Saddaru membalas.

Alina terkekeh dan mengangguk. "Iya! Ini yang terakhir buat minggu ini."

Setelah itu, Saddaru meminta Alina untuk tidak ke mana-mana karena dirinya ingin ke kelas untuk mengambil barang-barang bawaannya. Alina sudah duluan mengambil tas dari kelasnya di lantai tiga dan menaruhnya di pinggiran koridor, di dekat tembok.

Sementara Saddaru pergi, Alina mengamati orang-orang yang ada di sekitarnya yang melakukan hal sama sepertinya, yaitu berteduh. Hujan turun lebat, membuat beberapa orang yang tadinya ingin menerobos hujan mendadak balik lagi ke koridor.

"Alina," panggil seorang lelaki.

Alina menoleh dan awalnya mengira itu adalah Saddaru. Ternyata bukan. Sambil tersenyum tipis, Alina bertanya pada lelaki itu, "Kenapa, Go? Nyari Saddaru? Tadi ke kelas."

"Tau aja deh Mbaknya!" Figo cengengesan. "Ya udah, gue ke kelas ya."

Alina mengangguk dan kembali mengubah arah pandangnya lurus ke depan. Beberapa detik lalu Figo menghampiri, sekarang ada lagi yang mendekat sambil menepuk sekali bahu Alina.

Spontan gadis itu menoleh dan mendapati Saga ada di sana, memberinya seulas senyuman manis. Saga menyodorkan sebuah gelas styrofoam yang berisi susu cokelat pada Alina.

"Buat lo," ucap Saga.

"Eh, nggak usah." Alina menolak. "Gue tadi udah minum susu juga soalnya, dibeliin Saddaru."

"Oh, gitu, ya?" Saga tersenyum kecut. Ia lalu melirik ke kanan kiri, seperti mencari sesuatu. "Saddaru-nya mana sekarang? Balik duluan? Lo ditinggal?"

"Nggak, Saddaru lagi ke kelas, ngambil tasnya," ucap Alina.

"Oh ... lo pulang bareng dia?" tanya Saga lagi.

Alina mengangguk. "Ya kayak biasa, Ga. Lo pasti udah hafal."

"Hehe, iya sih," kekeh Saga yang malah terdengar parau.

Alina tersenyum seraya memalingkan wajahnya dari Saga. Tanpa Alina ketahui, Saga membuang napas berat sambil menatap cokelat hangat itu dengan kecewa bercampur sedih. Tapi, cowok itu tidak mau menunjukkannya pada siapapun.

"Ya udah, gue duluan ya, Lin," pamit Saga.

Tujuan Saga adalah kelas. Ketika Saga masuk, orang yang tadi dibicarakan Alina muncul di ambang pintu. Saddaru.

"Eh, Dar," sapa Saga, sedikit terkejut karena temannya itu muncul tiba-tiba seperti hantu.

"Bro." Saddaru menepuk bahu Saga, kemudian nyelonong pergi dari tempat.

Saddaru melangkah cepat menghampiri Alina dan setelah tiba di samping cewek itu, Alina lantas tersenyum. Setiap lihat wajah Saddaru, pasti Alina tidak bisa untuk tidak tersenyum.

"Kamu sendirian aja? Nggak ngobrol sama temen kamu?" tanya Saddaru sambil melirik ke arah kanan, di mana terdapat tiga siswi yang merupakan teman Alina di kelas.

Alina menggeleng. "Aku di sini terus, kan kamu bilang ke aku buat jangan ke mana-mana."

"Oh iya." Saddaru terkekeh dan mengacak bagian atas rambut Alina.

Alina ikut terkekeh. "Tadi Figo nyamperin aku, dia nyari kamu. Udah ketemu?"

"Udah. Dia di kelas tuh, sama Saga." Saddaru menjawab.

Mendengar nama Saga, senyum lebar Alina berubah jadi tipis. Cewek itu lalu menengadah ke langit, melihat gumpalan awan gelap yang belum kunjung pudar. Alina rasanya ingin cepat-cepat pulang, tapi Saddaru tidak akan mau bila mereka hujan-hujanan.

Tiba-tiba Alina merasa seperti ada sepasang mata yang mengintainya. Ia spontan menoleh ke kiri, tepatnya ke arah kelas Saddaru yang berjarak tak begitu jauh darinya. Alina mengerutkan kening, tidak menemukan adanya orang yang memerhatikannya.

Hanya Saga dan Figo yang ada di sana, berdiri di ambang pintu.

Sakura kembali membuka mata, kali ini ia melotot lebar. Cepat-cepat Sakura turun dari kasur dan keluar dari kamarnya. Keadaan rumah sepi, semuanya pasti tidur. Sebenarnya Sakura agak takut keluyuran sendiri jam segini, apalagi rumahnya terbilang besar dan selalu bikin dia parno.

Tapi, Sakura memberanikan diri berlari meninggalkan kamar, mendekati sebuah pintu yang berjarak tak jauh dari kamarnya. Sayang, pintu itu dikunci.

"Bang?" Sakura memanggil sambil mengetuk permukaan pintu sebanyak dua kali. "Bang, masih bangun? Bukain pintu, dong!"

Tidak ada sahutan. Nolan sepertinya sudah terlelap. Sekujur badan Sakura pun kembali berkeringat dingin, wajahnya juga memucat. Tapi, dia tidak mudah menyerah. Sakura mengulang hal yang sama pada pintu sambil memanggil Nolan berkali-kali.

"Bang Nolan!" seru Sakura.

"Hm?" Tidak. Itu bukan suara Nolan.

Suaranya terdengar begitu halus, lembut, pelan, dan berasal dari belakang Sakura. Jantung Sakura rasanya mau copot. Kakinya juga mendadak kaku seperti robot yang kehabisan daya. Wajah Sakura juga semakin pucat, seperti mayat hidup.

"S ... Sa ...." Suara itu lagi. Kali ini suaranya terdengar samar, seperti bisikan yang begitu pelan.

Sa?, batin Sakura.

Sakura masih berdiri di tempat, sama sekali merasa dirinya tidak bisa berpindah. Sekali lagi, suara itu mampir ke gendang telinga Sakura.

"Tolong ...."

• • 🌸 • •

"LO KENAPA, ANJENG?!"

Suara Figo mengejutkan Saddaru yang baru saja memasuki kelas. Cowok itu jalan dengan sedikit timpang karena kakinya tertusuk beling semalam. Figo bantu Saddaru dengan cara memberikan bahunya untuk Saddaru jadikan tumpuan dan jalan bersama ke bangku barisan belakang di pojok kanan kelas.

Figo memang membantu. Tapi, anak itu tak berhenti mengejek Saddaru. Katanya, "Makanya, jangan durhaka sama guru. Lo kan sering ngerjain guru, apalagi Pak Danang. Ngaku, lo yang ngumpetin celana dia pas dia lagi boker, kan?! Pincang kan lo jadinya!"

"Mana pernah, Tai!" Saddaru menempeleng kepala Figo.

Figo terbahak keras. Padahal hal tersebut tak pernah terjadi, malah Saddaru bukan tipe murid yang iseng seperti dirinya. Di kelas ini, XII IPS 2, hanya Figo yang mendapat predikat "murid terjahil dan paling cerewet" tiga tahun berturut-turut yang selalu di urutan pertama.

Bokong Saddaru baru saja mendarat di permukaan bangku ketika seorang cewek berambut panjang dengan warna yang khas datang ke kelas ini. Anak itu terlihat takut dan malu. Tapi, saat matanya menangkap dua sosok lelaki di pojok kelas, segera ia memasuki kelas —sambil menunduk. Melihat kedatangannya, semua murid yang ada di kelas ini segera memberi perhatian pada Sakura.

Sakura menghampiri Saddaru dan juga Figo sambil berlarian kecil. Dan karena ia kurang berhati-hati, Sakura tersandung kaki meja yang mengakibatkannya hampir terjerembab. Lantas, mereka yang melihat serempak menertawakan Sakura.

"Wah, parah! Diketawain, Dar," celetuk Figo.

Saddaru tidak merespons. Cowok itu terfokus pada Sakura yang terlihat tergesa dan wajahnya lebih pucat dari biasanya. Ia pikir Sakura sakit, tapi entah apa yang sebenarnya terjadi.

"Saddaru," panggil Sakura ketika dia sudah berhenti di samping meja milik Saddaru.

"Kenapa?" tanya Saddaru, keningnya sedikit mengerut.

"Aku mau na—"

"DIEM DULU, BANGSAT! LO SEMUA MAU GUE SUMPAHIN NGGAK BISA BERENTI KETAWA?" seru Saddaru karena anak-anak kelas tak henti tertawa akan kejadian sepele yang menimpa Sakura tadi. Karena Saddaru sudah ngamuk, keadaan kelas mendadak hening lagi.

"Kalo lo ada yang kesandung kayak Sakura tadi, gue bakal ketawa paling keceng di situ." Saddaru berucap lagi, santai tapi lantang. "Berani macem-macem sama dia, urusannya sama gue."

"Gile, kalian goals banget. Gue fans Sadkura garis keras!" seru Figo sambil bertepuk tangan, heboh sendiri.

"Sadkura?" tanya Sakura.g

"Hooh. Saddaru Sakura," kekeh Figo. "Unch unch."

"Najes," cibir Saddaru mendengar dua kata terakhir yang Figo ucapkan dengan gaya sok imut —bibirnya dimonyong-monyongin.

"Itu nama couple, ya? Kalo aku sama Dion apa?" Sakura nyengir.

"Nggak tau. Gue sih setia sama Sadkura." Figo tersenyum sok ganteng, sambil menyisir rambutnya dengan jemari tangan.

"Nggak usah ditanggepin." Saddaru berucap pada Sakura sambil melirik Figo. "Lo ke sini mau ngapain?"

"Itu ... aku mau nanya sesuatu ke kamu. Jawab yang bener, ya."

"Masuk buku nilai nggak?" celetuk Figo.

"Go, gue tampar nih?" ancam Saddaru yang malah membuat Figo tertawa untuk ke sekian kali.

"Apa? Nanya apa?" Saddaru beralih lagi ke Sakura.

"Kamu tau nggak kenapa Alina datengin aku mulu?" tanya Sakura yang membuat Saddaru tercenung sesaat, Figo pun jadi bungkam padahal daritadi dia cekikikan mulu.

"Kok bisa? Perasaan dulu dia belom kenal lo ...." Figo bertanya.

"Aku nggak tau ... tapi, semalem aku mimpiin dia dan aku juga denger suara cewek padahal aku lagi sendirian." Sakura berucap.

"Demi apa, Sa?" Figo jadi panik.

"Serius," sahut Sakura, "aku takut ... kalian tau nggak kenapa aku mimpiin Alina mulu? Di mimpi itu juga selalu ada Saddaru sama Saga."

"Saga?" Saddaru menyebut nama itu.

Sakura mengangguk. "Iya. Kamu inget kan, kemaren aku sempet mimpi juga dan di situ Saga ngasih cokelat sama bunga buat Alina tapi Alina tolak?"

"Iya, gue inget." Saddaru menyahut.

"Nah, semalem aku mimpinya Saga ngasih minuman ke Alina, tapi ditolak juga. Alina bilang dia udah minum, dibeliin kamu," ujar Sakura. "Terus ... Saga kayak sedih gitu. Di mimpi itu juga ada Figo."

"Gue ngapain?" tanya Figo.

"Main sama Saga pas Saddaru berduaan lagi sama Alina," ucap Sakura.

Sejenak Saddaru dan Figo sama-sama terdiam. Mereka sempat saling tatap beberapa saat, lalu Figo mengusap wajahnya dan Saddaru mendesah ringan.

"Kok gue ngerasa deja vu, ya? Lo gitu nggak, Man?" ucap Figo sambil menyolek Saddaru.

"Iya," sahut Saddaru sedikit ragu.

"Alina sempet bisikin aku sesuatu juga tapi suaranya samar-samar," lanjut Sakura.

"Bisikin apa?" tanya Saddaru.

"Tolong ... gitu." Sakura mencoba menirukan nada bicara Alina.

"Dar," panggil Figo, membuat Saddaru menoleh.

Dengan panik bercampur semangat Figo berkata, "Telpon Alan sekarang, anjir!"

• • • • •

WIHI DOUBLE UDPATE!! uuuh selamat bertemu dengan Alina lagi :)

siapa yang kangen Alina?

siapa yang kangen Saga?

siapa yang kangen Garrisco?

siapa yang kangen Davila?

uh tunggu chapter yang isinya mereka-mereka ya! 🤩💃🏻

eh aku mau cerita sedikit deh... ini tentang Oscillate.
jadi, beberapa bulan lalu tuh aku sempet takut publish Oscillate. takut peminatnya sedikit banget, takut dinyinyirin, takut blablabla soalnya posisinya aku baru selesai hiatus hampir 3 bulanan kalo ga salah. otomatis orang-orang kayak 'lupain' aku gitu kan huhu.

eh ternyata pembaca Oscillate malah petjah banget!!!😭 SUMPAH AKU TERHARU BANGET KALIAN SEMUANYA AMAZING SEPERTI MALAIKAT TANPA SAYAP🧜🏻‍♀️

karna tanpa kalian aku nggak bakal nulis Oscillate sampe sejauh ini. huhu keren bgt kesel jadinya!!😭💜

maaf kalo cerita ini masih banyak kekurangannya yaaa. i'm so sorry but i'll try my best! 🧝🏻‍♀️

lopcu baby baby kesayangan aqu 💖💖💖

ni aden kasih foto King & Queen Oscillate

* Saddaru melas banget *

* Sakura nggak ada ekspresinya *

OKE SEKIAN!

NEXT PART? SPAM COMMENT DI SINI YAA!!! SEMANGATIN AKU KALO PERLU BIAR AKU SEMANGAT🤔💖💖💖

— Jughead's Queen 🧜🏻‍♀️

Continue Reading

You'll Also Like

213K 31.6K 25
[ HARUKYU STORIE ] Bukan hanya Aruna Watanabe yang membutuhkan Kim Junkyu, tapi ayahnya juga. ©harukyuperiodt, wattpad 2021.
493K 89.2K 42
[ MIN YOONGI FANFICTION | MY BOYFRIEND SERIES 3 ] | TERSEDIA DI GRAMEDIA Mengidap kepribadian ganda membuat hidup Suga tak jauh-jauh dari masalah...
3.5K 429 21
Ini bukan cerita tentang orang yang tergila-gila saat jatuh cinta, tapi ini tentang pasien rumah sakit jiwa yang saling jatuh cinta. Buat yang penasa...
4.1M 161K 9
[FANTASI] Diaz Elano Xeimoraga, bukan sembarang cowok. Ia dikarunia kelebihan bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Membac...