Oscillate #1: The Big Secret

By radexn

4.1M 481K 216K

[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpali... More

00 • Mula
01 • Albino
02 • Pertikaian
••• PENTING DEMI KEBERLANGSUNGAN HIDUP CERITA ADEN •••
03 • Sepeda
04 • Studio
05 • Penasaran
06 • Derita
07 • Saddaru
08 • Marah
09 • Kelahi
10 • Kaget
11 • Es Krim
12 • Tangis
13 • Duka
14 • Kesal
15 • Kemampuan
16 • Syok
17 • Kaku
18 • Kesepian
19 • Takut
20 • Lidah
• TRAILER OSCILLATE •
21 • Mimpi
22 • Heran
23 • Hell
24 • Rasa
26 • Muram
27 • Ambigu
28 • Rahasia
29 • Déjà Vu
30 • Perasaan
31 • Deathrow
32 • Demon
33 • Sheriff
34 • Bad News
35 • Sahabat
36 • Lagi
37 • On Fire
38 • Daredevil
39 • Bloody Sakura
40 • Oscillate

25 • Trap

76.3K 9.4K 6.2K
By radexn

Hari Minggu, Zhynix seperti biasa berkumpul di studio untuk latihan. Sebenarnya Figo, Dion, Alan dan Saga sudah tiba sejak tadi siang, tapi belum lengkap karena Saddaru tak kunjung datang. Cowok itu baru datang sore hari seperti sekarang.

Saddaru datang sambil membawa minuman es rasa cokelat yang tersisa setengah gelas. Wajahnya tidak ada ekspresi, mood-nya juga tak begitu baik. Kalau ada yang bikin Saddaru kesal, pasti orang itu akan ia maki habis-habisan —bahkan Saddaru pukulin sampai puas.

"Ayo, langsung aja!" seru Figo yang terlihat sudah tidak sabar untuk memainkan bass.

Saddaru berjalan mendekati meja untuk meletakkan minumannya di sana, dan melirik Dion yang sedang duduk di sofa. Dion menepuk bahu Saddaru sambil tersenyum. Saddaru membalas senyuman itu seraya berkata, "Udah mendingan lo sekarang?"

Dion mengangguk sekali. Saddaru kini gantian menepuk bahu Dion, lalu berdeham dan berlalu meninggalkan sahabatnya itu.

Seperti yang sudah-sudah, Saddaru menempatkan diri di depan stand microphone. Teman-temannya yang lain juga bergegas memposisikan diri mereka pada tempatnya masing-masing.

"Lagu apa? Friends lagi?" tanya Alan.

Saddaru baru akan mengangguk tapi tidak jadi ketika pintu ruangan ini terbuka dan muncullah seorang gadis imut berkulit putih, berambut putih, mengenakan kaos hitam serta rok putih yang mencapai —sedikit di atas— dengkul.

Anak itu menatap orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut, dan tersenyum saat iris kelabunya bertemu dengan iris Saddaru. Saddaru bukannya balas senyuman itu, tapi malah menoleh ke kiri —tepat ke arah Dion.

Mengingat pesan singkat yang Figo kirimkan kepadanya semalam, tentu Saddaru beranggapan senyuman tadi bukan untuknya, melainkan untuk Dion.

"Babe!" panggil Dion.

Sakura memperlebar senyuman manis itu sambil melambaikan satu tangannya ke Dion. Figo dan Alan serempak menggoda dua insan itu, membuat pipi Sakura jelas merona.

"Pajaknya masih ditunggu, nih!" kata Alan.

"Di depan ada pizza tuh," sambung Figo.

Saddaru dan Saga sama-sama diam. Saddaru sibuk membenarkan posisi mic, sedangkan Saga tak berhenti menatap nyalang Sakura.

"Lo ngapain ke sini? Ganggu orang mau latihan aja," ketus Saga pada Sakura.

"Mmh ... aku bingung di rumah mau ngapain. Jadi, aku ke sini aja." Sakura menjawab.

"Terus, lo pikir lo boleh ke sini? Masuk seenaknya nggak pake ketok pintu dulu, nggak ngabarin dulu? Lo siapa, woy?" ceplos Saga.

"Sst, Ga!" tegur Alan.

Dion menarik napas dalam-dalam dan menoleh ke Saga sambil berucap, "Lo kenapa jadi marah-marah gitu? Emangnya salah Sakura ke sini?"

"Salah, lah! Ini tempat buat kita latihan band, dia malah dateng seenaknya." Saga berujar sinis.

Sakura menunduk. Benar apa yang ia pikirkan tadi. Kalau dia mampir ke tempat ini, pasti Saga akan memarahinya terus. Ah, Sakura jadi sedih. Dia berpikir, kenapa Saga selalu bersikap seperti itu padanya. Sakura bingung apa kesalahan dia yang telah membuat Saga jadi semenyebalkan itu.

"Oke ... sorry," sesal Sakura, lalu berbalik badan untuk keluar dari ruangan ini sambil cepat-cepat merogoh ponselnya yang berada di dalam tas selempang kecil.

Ia ingin menghubungi Nolan untuk menjemputnya, karena ia yakin Nolan belum begitu jauh dari sekitaran studio. Tadi Nolan bilangnya mau mampir ke toko buku untuk mencari bahan tugas akhir.

Pintu ruangan ini baru saja terbuka dan Sakura hendak keluar namun sesuatu menginterupsinya, yaitu suara yang menyebut namanya dengan menggunakan microphone.

"Sakura." Saddaru memanggil.

Sakura terdiam sejenak. Tiga detik kemudian, ia kembali berputar badan dan menemukan empat lelaki itu sedang memandangnya. Mata Sakura berhenti pada satu titik, yakni mata Saddaru yang sedang menatapnya.

"Mau ke mana? Di sini aja," ucap Saddaru, masih bicara dengan microphone. Jadi, suaranya yang berat itu memenuhi ruangan ini dan berhasil membuat jantung Sakura menggebu-gebu karenanya.

"Iya, jangan ke mana-mana, Sa," kata Dion.

"Hooh! Ngapain dengerin Saga. Sesat!" balas Figo, lalu menjulurkan lidahnya ke arah Saga.

Saga mendengus keras. Sebal, ia memukul permukaan drum dengan kedua stik, sambil melempar lirikan sinis lagi pada Sakura.

"Saga, lo kalo ngomong kayak tadi lagi ke Sakura, gue pukulin lo pake tiang mic," cetus Saddaru.

Saga tidak menanggapi Saddaru. Ia terlalu malas karena teman-temannya lebih membela Sakura dibanding dia. Saga tidak suka!

"Sa, duduk aja di situ." Dion berkata sambil menunjuk sofa di dekat pintu. Sofa yang pernah Sakura tempati berdua Saddaru.

Sakura menurut. Cewek itu jalan ke sana dan duduk di sofa dengan nyaman. Senyuman tipis itu muncul lagi di wajah manisnya. Sekarang, Sakura siap mendengarkan suara Saddaru lagi.

"Oke. Ayo, mulai." Saddaru berucap yang dua detik setelahnya musik mulai mengalun.

"Eh eh, tunggu." Saddaru mengangkat satu tangan ke udara, meminta teman-temannya berhenti memainkan alat musik mereka.

"Kenapa lagi?" tanya Alan.

"Ganti lagu," ujar Saddaru. Tidak ada yang protes. Semuanya menuruti permintaan Saddaru. Karena kalau tidak, Saddaru tak mau bernyanyi.

*puter lagu di multimedia (((harus kudu wajib biar baper loe)))*

"You say you got a man
Girl he ain't me
And if he ain't me you ain't got a man...." Saddaru mulai bersenandung.

"You tell me he's reckless
You say that he's selfish
You know that I'm jealous
He's gettin' all of your love
You just don't get enough
Girl you need a real man...." Saddaru bernyanyi sambil menatap Sakura.

"Hangin' out the back, all over your lap
Like is you out with him?
I don't wanna know that
Yeah I don't care long as you here by
10:30, no later than
So I can tell your man what you want." Sekarang, Saddaru sekilas melirik Dion.

"Your girl is your girl but man
Your girl's gon' be mine soon
Your girl tells her girl she wants to be mine too
Tuesday and Wednesday, Thursday and Friday
Maybe I could just slide through the weekend
And when that Monday comes I'm her new man
So pack up all your things by next weekend
You couldn't do one day
So she just went my way
Now I got it covered every weekend

"Tell me if you're in the mood for a little bit more of us
No worries I got you on the weekdays too
Cause I know you need way more of them
Less him, more you, more on me
On us, just tell me you want me

"Monday, and I'll be at your door
Ready to take his place
Ready to give you
What you been missin' every day
What you been waitin' for
10:30, no later than
So I can tell your man what you want

"Your girl is your girl but man
Your girl's gon' be mine soon
Your girl tells her girl she wants to be mine too
Tuesday and Wednesday, Thursday and Friday
Maybe I could just slide through the weekend
And when that Monday comes I'm her new man
So pack up all your things by next weekend
You couldn't do one day
So she just went my way
Now I got it covered every weekend." Saddaru mengakhiri nyanyiannya.

Setelah nyanyian berakhir, Figo bertempuk tangan dengan riang. Katanya, "Liriknya dalem, Man. Lo nyanyinya juga menghayati banget, ya, Dar. Tumben."

Saddaru tidak berkata apa-apa. Ia meninggalkan tempat dan menghampiri Sakura yang duduk sendirian di sofa. Tapi, Saddaru bukan mau mendekati Sakura, melainkan ingin mengambil minumannya yang terletak di atas meja.

"Aku suka banget sama kamu." Sakura tiba-tiba menyeletuk.

"Hm?" Saddaru yang sedang menyedot es cokelat itu hampir terkejut mendengarnya.

"Iya, aku suka kamu. Suara kamu baguuuus banget! Lagunya juga enak banget tadi," puji Sakura.

Setelah menelan minumannya, Saddaru tersenyum tipis seraya berkata, "Thanks."

Tepat saat itu, Dion datang dan menempatkan diri duduk di samping Sakura. Beberapa hari lalu Saddaru yang duduk di sana, dan sekarang posisinya telah diganti oleh Dion. Heran, kenapa waktu cepat sekali mengubah segalanya.

"Kamu ke sini sama siapa?" tanya Dion.

"Abang," jawab Sakura, "nanti aku dijemput lagi sama dia."

Dion mengangguk paham. "Pulang sama aku aja, gimana? Sekalian kita makan. Kamu belom makan, kan?"

Sakura tersenyum malu. "Tau aja."

Lalu Sakura melanjutkan sambil melirik sekilas Saddaru. "Saddaru ikut?"

"Nggak," balas Saddaru secepat kilat.

"Yang lain? Alan? Figo?" tanya Sakura sambil menatap Saddaru dan Dion bergantian.

"Lo berdua aja. Namanya juga ngedate." Tanpa sadar, Saddaru berucap hampir ketus.

"Oh, gitu? Ya udah." Sakura tersenyum tipis.

Usai menghabiskan minumannya, Saddaru meletakkan gelas plastik yang sudah kosong itu di atas meja. Tanpa pamit pada siapapun, dia nyelonong keluar dari tempat ini dan menutup pintu dengan sedikit membantingnya.

"Lah, tuh anak kenapa?" heran Figo sedetik setelah mendengar pintu ditutup dengan sedikit kasar seperti tadi.

Alan mengenyit bingung akan sikap Saddaru yang barusan. "Gue nggak tau."

"Kejar, coba! Jangan-jangan kerasukan tuh!" celetuk Figo.

• • 🌸 • •

Saddaru tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri. Dari kemarin suasana hatinya kelabu terus, lebih kelabu dari hari-hari biasa. Yang seharusnya sekarang dia menghabiskan waktu bersama Zhynix, Saddaru malah pergi dari studio tanpa pamit.

Mungkin teman-temannya bingung akan sikapnya, atau malah tidak peduli. Saddaru pun tidak peduli mau bagaimana mereka menanggapinya. Saddaru terlalu malas mengurus itu semua.

Bersama motor besarnya, Saddaru membelah jalan yang padat kendaraan. Macet bertebaran di mana-mana, bikin keadaan makin sumpek dan rasanya Saddaru ingin marah. Untungnya dia pintar menyalip kendaraan lain hingga berhasil keluar dari area 'macet dadakan'.

Laju motor Saddaru membawanya ke sebuah tempat yang tak begitu asing baginya. Tempat yang dulu sering ia kunjungi, tapi lama-kelamaan tempat ini membosankan sehingga Saddaru sangat jarang berkunjung lagi.

Saddaru berhenti di depan sebuah bangunan yang terbilang cukup luas. Dia masuk ke dalam sana dan suasana ramai dengan gemerlap lampu warna-warni segera menyambutnya. Bukan, ini bukan kelab malam. Ini hanya tempat di mana para lelaki berjaket hitam berkumpul untuk menyenangkan diri mereka.

"My bro, Saddaru!" seruan itu terdengar sangat lantang, membuat orang-orang yang awalnya tak menyadari kehadiran Saddaru, kini memberi perhatian pada remaja itu.

"Woi! Gile, akhirnya lo mau gabung lagi sama kita!" Davila terlihat sangat senang akan kedatangan Saddaru.

"Pala lo," dengus Saddaru, "gue cuma mampir, nggak ada maksud apa-apa."

"Ck, ngeles aja lo kayak tai." Davila tertawa. Ia lalu merangkul Saddaru dan mengajak anak itu untuk gabung bersama anak-anak yang lain. "Ayo, mereka semua udah nunggu lo, Bro!"

Kesal, Saddaru melepaskan diri dari rangkulan Davila. Tapi, Davila tidak masalah. Dengan suaranya yang besar, Davila berseru di tengah-tengah banyaknya manusia, "Man! Adek gue dateng, nih!"

Lantas, semuanya berseru dan terlihat begitu excited. Sayangnya, Saddaru tetaplah Saddaru. Tidak ada respons, cuma diam dan tidak peduli dengan sekitarnya. Padahal, mereka semua adalah teman-temannya. Mereka merindukan Saddaru yang dulunya merupakan anggota Deathrow paling muda.

Sebetulnya tidak ada kepastian apakah Saddaru benar-benar sah keluar dari Deathrow atau tidak. Selama ini Saddaru hanya membataskan diri dengan anak-anak Deathrow dan menyimpulkan sendiri bahwa dia bukan lagi anggota mereka.

Obing, Ori dan Raka menghampiri Saddaru. Ori menepuk bahu Saddaru sambil menyodorkan sebuah botol yang merupakan minuman beralkohol. Saddaru menolak. Bukan alkohol yang dia mau. Dia maunya pistol untuk membunuh siapapun yang membuatnya kesal.

Saddaru beranjak dari tempat dan berjalan menuju sofa yang diduduki beberapa orang. Semua orang asyik menikmati alunan musik dari seorang DJ, ada yang sibuk main billiard, ada yang main kartu, ada juga yang sudah teler.

Saddaru perhatian mereka semua mengenakan jaket yang sama. Padahal, dulu pakaian mereka berbeda-beda, tidak sekompak sekarang. Apakah dengan kembalinya Davila, cowok itu benar-benar mau membuat Deathrow 'berjaya'?

Jumlah mereka juga terlihat lebih banyak dari yang sebelumnya dan aura mereka seram semua. Saddaru jadi merasa asing dengan keadaan sekitarnya.

Tiba-tiba, sesuatu mendarat tempat di pangkuan Saddaru. Sebuah benda berwarna hitam yang tadi Davila lempar ke arahnya. Lelaki yang biasa disebut King Davila itu terkekeh sembari mendekati sepupunya tersebut.

"Lo pake sekarang. Kalo nggak, lo bisa ditendang dari sini karna jaket lo beda sendiri sama yang lain." Davila berujar.

Saddaru memeriksa jaket tersebut dan menemukan sebuah tulisan berwarna emas di bagian belakang jaket. Jelas ini merupakan jaket yang sama dengan orang-orang yang berada di tempat ini.

Saddaru menatap tajam Davila. "Apa-apaan? Kalo gue nggak mau?"

"Lo harus mau," balas Davila. "Kalo nggak, lo boleh keluar dari sini. Sekarang."

Saddaru sempat terdiam sambil menatap Davila dengan tatapan yang seakan ingin menerkam Davila. Namun kemudian, Saddaru beranjak dari sofa dan menghempaskan jaket tadi ke Davila. Davila dengan cekatan menangkapnya dan menatap kepergian Saddaru dari hadapannya.

"Saddaru!" panggil Davila sambil mengejar cowok itu.

Saddaru spontan berhenti saat Davila tiba-tiba muncul di hadapannya. Lelaki itu berusaha mencegah Saddaru agar tidak keluar dari tempat ini. Sekali lagi, Davila menawarkan jaket tadi untuk Saddaru kenakan.

"Lo bebas mau ke sini kapan aja asal lo pake jaket ini," kata Davila sambil menunjuk jaket yang ia pegang.

"Gue nggak mau pake, gue bukan anggota Deathrow. Gue harus bilang berapa kali biar lo ngerti, Bangsat?" desis Saddaru.

"Oke, lo bukan anggota Deathrow. Tapi, lo pake aja jaket ini. It's okay, Bro, ini cuma formalitas biar lo nggak beda sendiri di sini," papar Davila.

"Perlu lo tau, peraturan Deathrow lebih ketat dibanding yang dulu. Nggak ada orang lain yang boleh gabung tanpa alesan yang jelas. Deathrow yang sekarang beda sama yang dulu. Deathrow yang baru udah bangkit, Bro," tutur Davila lagi.

Saddaru mendengus keras. Ia melirik ke sekitarnya, melihat orang-orang masih sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Lantas, Saddaru melepas jaket maroon dari badannya dan melemparnya ke Davila. Davila pun langsung menyerahkan jaket hitam tadi ke Saddaru.

"Gue pake ini bukan berarti gue balik jadi anggota Deathrow." Saddaru berucap tegas.

Davila mengangguk sambil menahan senyum. Ia tak sabar melihat sepupunya itu mengenakan jaket yang sama dengannya. Jaket yang merupakan lambang solidaritas seluruh anggota Deathrow.

Setelah jaket hitam itu melekat di tubuh Saddaru, Davila seketika bertepuk tangan dan sangat bahagia melihat Saddaru mengenakan jaket tersebut.

"OUR SADDARU IS BACK!" seru Davila, membuat heboh semua orang di tempat itu. Semuanya serempak bersorak dan merayakan momen ini.

Saddaru jelas kaget karena awalnya Davila setuju jaket ini hanya formalitas, bukan tanda dirinya kembali menjadi anggota Deathrow. Ternyata ....

"Fuck," umpat Saddaru.

• • • • •

WAWAWAWAAAA SADDARU TERJEBAK 😂

gimana chapter ini my babies? SUKA TIDA?:( wkkwkw

UDAH SAMPE CHAPTER 25 NIH OMG CEPET BANGET YA RASANYAAAA....

ayo dong ceritain gimana perasaan kalian selama baca Oscillate dari chapter awal sampe sejauh ini?

apa yang paliiing kalian suka dari Oscillate???

siapa karakter yang kalian nggak suka?

siapa karakter yang kalian suka??

SCENE MANA YANG SUSAH KALIAN LUPAIN ALIAS SCENE FAVORITE KALIAN?

SIAPA YANG SELALU BIKIN KALIAN KESEL?

SIAPA YANG SELALU BIKIN KALIAN BAPER?

TULIS HARAPAN KALIAN BUAT OSCILLATE YA BIAR KEDEPANNYA LEBIH BAIK LAGI :-)

TERIMA KASIH PEMBACAKU YANG ISTIMEWAAAA!!! 💖💖💖💖

ALAFYU! 🌚

btw btw btw

follow instagram cast Oscillate ya!
@mzsaddaru
@charlotte.sakura
@davilanaraka

dan aku: @radenchedid (tunangan Davila)

thank you!

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 605 50
Hidup dalam keluarga cemara dan banyak teman tak memastikan jika kebahagiaan datang. Renda Anggara seorang remaja yang memang beruntung dalam dua hal...
6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.4M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
966K 14K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+