Oscillate #1: The Big Secret

By radexn

4.1M 481K 216K

[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpali... More

00 • Mula
01 • Albino
02 • Pertikaian
••• PENTING DEMI KEBERLANGSUNGAN HIDUP CERITA ADEN •••
03 • Sepeda
04 • Studio
05 • Penasaran
06 • Derita
07 • Saddaru
08 • Marah
09 • Kelahi
10 • Kaget
11 • Es Krim
12 • Tangis
14 • Kesal
15 • Kemampuan
16 • Syok
17 • Kaku
18 • Kesepian
19 • Takut
20 • Lidah
• TRAILER OSCILLATE •
21 • Mimpi
22 • Heran
23 • Hell
24 • Rasa
25 • Trap
26 • Muram
27 • Ambigu
28 • Rahasia
29 • Déjà Vu
30 • Perasaan
31 • Deathrow
32 • Demon
33 • Sheriff
34 • Bad News
35 • Sahabat
36 • Lagi
37 • On Fire
38 • Daredevil
39 • Bloody Sakura
40 • Oscillate

13 • Duka

79.8K 11.3K 6.1K
By radexn

"Dion kemana, Njir? Udah jam delapan, belom nyampe juga tuh anak." Saga berkali-kali mencoba menghubungi Dion, tapi panggilan telponnya selalu gagal.

"Emang tadi dia nggak bilang mau pergi ke mana?" tanya Alan pada Saga, Saddaru dan juga Figo.

"Tadi pas di sekolah dia bilang mau balik, jam tujuh langsung ke sini." Figo menjawab. "Tapi, nggak tau sekarang dia di mana. Gue spam chat nggak kekirim juga."

"Aduh. Sibuk kali," ucap Alan.

"Biasanya Dion bakal ngabarin kalo nggak bisa latihan. Ini sama sekali nggak ada," cetus Saga yang mulai capek menunggu.

"Positive thinking aja. Siapa tau batre hapenya low," celetuk Figo. "Atau hapenya mode pesawat."

Saga mendesah berat seraya menjatuhkan punggungnya ke kepala sofa, sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan. Ia nampak bosan dan mulai tidak minat latihan. Dia kurang suka bila teman-temannya tidak disiplin seperti ini. Kemarin Saddaru yang ngaret. Sekarang Dion. Besok siapa lagi?

"Chill, Man. Lo nggak usah kayak orang depresi gitu, Ga. Dion bassist kayak Figo, masih bisa ketolong karna Figo ada di sini. Nggak ada alesan buat nggak latihan." Saddaru yang daritadi diam akhirnya bersuara.

"Ya, tapi kan—" Saga berhenti berucap dan berdecak ringan karena Saddaru melayangkan lirikan sinisnya yang membuat Saga terpaku sesaat. Ia lalu beranjak dari sofa dengan ogah-ogahan. "Ya udahlah. Ayo."

Mereka berempat mulai mengambil posisi masing-masing. Saddaru berkali-kali menegur Saga yang nampak malas-malasan. Bahkan, Saddaru sampai menghardik Saga yang memainkan stik drum asal-asalan.

"Lo kalo nggak niat, pulang aja, Ga. Silakan," cetus Saddaru kalem tapi nadanya tidak.

"Ck," decak Saga, "ya sori. Gue nggak enak badan kayaknya, Dar."

"Terus nggak berusaha nyari obat? Di bawah disediain macem-macem obat, dan lo tau itu. Mau jadi apa lo hidup kebanyakan malesnya?" celetuk Saddaru.

"Gue udah muak karna Dion nggak dateng. Gue males kalo satu personel aja nggak ada, Dar," ungkap Saga.

"Jadi, sebenernya lo males karna nggak enak badan, atau karna Dion?" ceplos Saddaru.

Saga tak menjawab. Ia paling malas kalau berdebat dengan Saddaru karena tidak akan ada habisnya. Saddaru akan berceloteh terus sampai lawan bicaranya capek menanggapi dia dan memilih untuk menyerah.

"Ya udah ya udah! Gue main serius, nih." Saga kembali memosisikan dirinya di belakang drum dengan benar.

Saddaru melihat Saga sambil menghela napas lega, tapi masih ada sepercik rasa sebal terhadap temannya itu.

"Dion pasti bakal ngabarin. Lo tunggu aja," ucap Saddaru.

Detik demi detik terus bergulir. Ruangan itu mulai dipenuhi oleh nada-nada yang bersatu menjadi irama yang membelai lembut telinga. Ditambah lantunan Saddaru yang selalu berhasil menenangkan hati dan pikiran.

"You say you love me, I say you crazy
We're nothing more than friends
You're not my lover, more like a sister
I known you since we were like ten, yeah." 🎼

"Don't mess it up, talking that shit
Only gonna push me away, that's it!
When you say you love me, that make me crazy
Here we go again." 🎼

"Don't go look at me with that look in your eye
You really ain't going away without a fight
You can't be reasoned with, I'm done being polite
I've told you one, two, three, four, five, six thousand times." 🎼

"Haven't I made it obvious?
Haven't I made it clear?
Want me to spell it out for you?
F-R-I-E-N-D-S
Haven't I made it obvious?
Haven't I made it clear?—"

Saddaru berhenti.

Tepat ketika Saddaru berhenti bernyanyi, Figo menghentikan permainan bassnya. Begitu juga Alan dan Saga. Mereka nampak bingung kenapa tiba-tiba Saddaru berhenti.

Kini Saddaru merogoh saku celana, meraih ponselnya yang sejak tadi bergetar beberapa sekon setelah Saddaru mulai bernyanyi.

Saddaru pikir ponselnya akan segera berhenti bergetar karena ia mendiamkannya. Tapi ternyata, orang yang meneleponnya tidak semudah itu menyerah.

"Bentar, abangnya Sakura nelpon." Saddaru berkata sambil membaca nama si penelepon yang tertera jelas di layar.

Abangnya Sakura.

"Ya elah, gue kira siapa. Penting banget emangnya, Dar? Ngapain, sih?" celetuk Saga.

"Bentar!" sahut Saddaru sembari berjalan menjauh dari jangkauan teman-temannya.

Saga yang semakin tidak suka dengan keadaan akhirnya melempar kedua stick drumnya ke sembarang arah, membiarkan benda itu menyentuh lantai studio dan berguling entah ke mana.

"Males gue," dengus Saga.

"Siapa tau penting, Ga. Lo santai dulu kenapa!" seru Figo. "Gue lempar bass, nih."

Sementara teman-temannya menunggu, Saddaru mengangkat telepon di dekat pintu ruangan ini. Sebetulnya Saddaru agak kaget kenapa Nolan tiba-tiba menghubunginya. Perasaannya juga mendadak jadi tidak enak.

"Ya," sapa Saddaru setelah panggilan itu tersambung.

"Saddaru? Ini Sakura." Suara lembut milik Sakura terdengar jelas di telinga Saddaru.

Saddaru sempat menebak yang meneleponnya adalah Sakura. Dan ternyata dugaannya benar. Ia bertanya, "Kenapa? Gue lagi latihan. Kalo nggak penting, gue matiin telponnya sekarang."

"Ini penting. Penting banget," ucap Sakura.

"Ya udah, apa? Gue ditunggu temen-temen, nih. Buruan ngomong," celetuk Saddaru.

"Mamanya Dion meninggal. Aku lagi di Rumah Duka sekarang, sama Dion juga."

Bagai petir yang menyambar tanpa aba-aba, jantung Saddaru terasa hampir meledak. Wajahnya memanas dalam sekilas, mulutnya juga sedikit ternganga.

Mendengar kata "Mama meninggal" membuat Saddaru lemas. Kalimat itu bikin Saddaru teringat akan masa lalu terburuk yang pernah hadir dalam hidupnya.

"Dion nunggu kalian daritadi," kata Sakura. "Dia butuh kalian."

Dengan suara berat dan sedikit parau, Saddaru bertanya, "Di mana alamatnya?"

• • 🌸 • •

Empat motor besar dengan tipe yang berbeda-beda baru saja tiba di halaman luas Royal Hope. Dengan gerakan cepat mereka meninggalkan parkiran dan berjalan ke sebuah ruangan yang terletak di belakang rumah sakit.

Di dalam rumah duka ada beberapa orang yang melayat, yang pastinya merupakan kerabat orang tua Dion serta keluarga Dion.

Tiba di dalam ruangan itu, Saddaru, Saga, Figo serta Alan segera menghampiri Dion dan memberinya semangat. Mereka bergantian mengucapkan belasungkawa yang mendalam sambil menepuk bahu Dion, menguatkan cowok itu.

Saddaru yang telah mengalami kejadian seperti ini lantas memeluk Dion, membisikan kalimat-kalimat yang mampu menenangkannya. Dion hanya bisa mengangguk dan memahami pesan dari Saddaru.

"Lo jangan patah semangat. Nyokap lo emang udah pergi. Tapi, kasih sayang dia ke lo nggak akan pernah mati," ujar Saddaru.

"Lo kuat," lanjut Saddaru seraya menepuk beberapa kali bahu Dion.

Dion tak bisa banyak bicara karena badannya benar-benar lemas dan matanya pun sayu serta bengkak. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Lalu Dion berpamitan untuk bergabung dengan keluarganya yang tengah mengelilingi peti putih ibunya. Mereka semua menangisi kepergian wanita itu, sama seperti yang sejak tadi Dion lakukan sampai air mata tak bisa dikeluarkan lagi.

Saddaru dan teman-temannya kini duduk di kursi yang telah disediakan, berkumpul tanpa ada yang bersuara. Mereka masih tidak menyangka kejadian pilu ini menimpa teman baik mereka, Dion. Padahal, yang mereka tahu Felly —ibunya Dion— baik-baik saja. Karena Dion tak pernah bercerita tentang keluarganya, terlebih tentang Felly. Makanya, mereka merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Aduh!" Seorang cewek berambut pirang nan panjang tiba-tiba muncul entah dari mana, dan jatuh tersungkur di lantai entah karena apa.

Sakura.

Garrisco segera membantu Sakura bangkit berdiri dengan wajah paniknya, takut Sakura kenapa-napa. "Lo gimana, sih? Kok bisa jatoh?"

"Iya, tadi—" Sakura melirik ke samping kiri, mendapati empat lelaki yang semuanya sedang menatapnya. Arah mata Sakura lalu bergerak turun dan berhenti tepat di kaki Saga yang berselonjor keluar dari batas meja. Saga diam-diam melirik sinis Sakura dan menarik kakinya untuk ia tekuk ke kolong meja.

"Tadi apa?" Garrisco mengalihkan perhatian Sakura dari Saga.

Sakura menggeleng dan enggan melirik empat cowok tadi. "Nggak. Aku mau ke Abang aja."

Tanpa berkata lagi, Sakura meninggalkan tempat dan mencari Nolan yang tadi sedang berbincang dengan laki-laki entah siapa. Untung Nolan mudah ditemukan, karena di tempat ini hanya dia yang mengenakan kaos berwarna maroon. Yang lain rata-rata putih ataupun hitam.

"Bang!" panggil Sakura sembari menghampiri Nolan yang berada di teras Rumah Duka.

Nolan yang sedang ngobrol dengan temannya itu langsung mengarahkan tangannya ke wajah Sakura, menyuruh adiknya itu untuk tidak mengganggunya.

"Ih, Abang. Aku mau pulang!" ucap Sakura sambil menyingkirkan telapak tangan Nolan dari wajahnya.

"Sakura!" Suara lelaki terdengar, membuat Sakura refleks mendengus kasar.  Mau tak mau ia berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya.

Ia pikir Garrisco.

Ternyata ...

Saddaru.

Lelaki itu menghampiri, membuat Sakura mengerjapkan matanya berulang kali karena takut pandangannya salah ataupun ia berhalusinasi. Faktanya, yang datang menghampirinya itu memang Saddaru.

"Ini punya lo?" Saddaru menangkat satu tangannya, memamerkan sebuah gelang perak di depan mata Sakura.

Spontan Sakura memeriksa pergelangan tangan kanannya dan tak menemukan apapun di sana. Ia kembali menatap Saddaru dengan mata berbinar. "Iya, itu gelang aku!"

Sakura merampas gelang kesayangannya itu dari tangan Saddaru. "Kok bisa ada di kamu? Kamu nyopet?"

Dengusan terdengar dari Saddaru. "Tadi ada di lantai, deket kaki gue. Kayaknya gelangnya lepas pas lo nyungsep."

"Oh ... Iya kali, ya. Untung kamu temuin! Kalo nggak, aku bisa nangis satu bulan penuh kalo gelang ini hilang," ceplos Sakura.

"Penting banget emangnya? Gelang gembelan gitu, cuma ada gandulan huruf S-nya." Saddaru berucap santai dan sesuka hati.

"Kamu nggak tau sejarah yang ada di balik gelang segembel ini." Sakura membela diri.

"Emangnya apa?" Saddaru bertanya.

"Aku nggak mau kasih tau sekarang karna ceritanya panjang. Kapan-kapan aja," balas Sakura. Kemudian cewek itu mengangkat tangan kanannya untuk memasangkan gelang tadi di sana.

Sakura berusaha memasangnya walau terasa sulit. Ingin meminta bantuan Nolan, tapi cowok itu masih asyik berbincang dengan temannya. Melihat Sakura yang kesusahan memasang gelang itu sendiri, Saddaru jadi geregetan sendiri.

Tanpa Sakura minta, Saddaru tiba-tiba mengambil gelang tadi darinya dan memasangkannya di pergelangan tangan kanan gadis itu.

Saddaru rela menunduk demi memasangkan gelang tersebut karena Sakura jauh lebih pendek darinya.

"Lo pendek amat sih," celetuk Saddaru, mendengus.

"Kamu yang ketinggian," balas Sakura, padahal tubuhnya memang kecil yang membuat dirinya semakin terkesan imut.

"Udah." Saddaru berhasil memasangkan kembali gelang perak tadi dan membuat Sakura senang karenanya.

"Makasih, ya." Sakura tersenyum manis

Saddaru mengangguk dan berputar badan. Ia berlalu dari hadapan Sakura untuk gabung kembali bersama teman-temannya. Sakura ingin ikut, tapi niatnya terurung karena ada Saga di sana. Ia takut bukan hanya lututnya yang menjadi korban dengan membuatnya tersungkur di lantai seperti tadi.

Alhasil, Sakura menghela napas berat dan pandangannya teralih ke Garrisco yang berdiri tak begitu jauh dari teman-temannya Saddaru. Entah apa yang Garrisco lakukan di sana, tapi ia terlihat diam termangu.

Tak lama, Garrisco menghampiri Sakura dengan bibir yang tertutup rapat. Matanya juga sedikit tajam, tapi malah membuat Sakura bingung.

"Lo ngapain sih deket-deket sama dia? Kalo dia macem-macem gimana?" cetus Garrisco.

"Emangnya kenapa? Dia cuma balikin plus pasangin gelang aku yang tadi jatoh kok," papar Sakura.

"Kenapa nggak minta pasangin sama gue? Gue bisa masangin juga kali," sahut Garrisco.

"Tapi, Saddaru tiba-tiba masangin gelangnya tanpa aku minta," balas Sakura. "Kamu kenapa sensi banget sih sama Saddaru? Dia baik, tau."

"Baik?" Garrisco terkekeh sinis. "Ya udah, terserah lo mau bilang apa. Gue mau ke kamar bokap aja, kurang nyaman di sini lama-lama."

Tidak lama setelah berkata seperti itu, Garrisco langsung berjalan keluar dari rumah duka dan berlari ke bagian depan gedung rumah sakit. Padahal, Garrisco baru datang lima menit sebelum Saddaru dan teman-temannya tiba. Garrisco memang sejak tadi berada di kamar Andra, menemani ayahnya sambil menunggu Irene datang.

Dan sekarang, anak itu sudah hilang lagi. Dari awal Garrisco memang tidak peduli dengan musibah yang menimpa Dion, sebab dia tidak suka pada siapapun yang merupakan anggota Zhynix.

Zhynix adalah nama yang diciptakan sebagai tanda persahabatan Saddaru, Dion, Figo, Saga dan Alan. Nama itu pun sekarang dipakai untuk band mereka.

Karena bingung ingin melakukan apa, Sakura akhirnya menghampiri Nolan lagi dan menarik-narik lengan kakaknya tersebut sambil merengek minta pulang.

"Pulang ... Aku ngantuk, Bang." Sakura memelas.

Nolan kali ini meladeni Sakura dan menghentikan perbincangannya dengan teman kampusnya yang merupakan sepupu Dion. Nolan dan Sakura pun masuk ke dalam untuk berpamitan dengan Dion serta ayahnya.

Ketika mereka berdua melintasi anak-anak Zhynix, Saga tiba-tiba menyeletuk, "Itu kakaknya? Sangar bener. Adeknya malah lembek, menye, nggak berguna."

"Ya iyalah. Lo bandingin laki sama cewek. Jelas beda!" papar Alan.

"Seenggaknya ada kemiripan," sahut Saga.

"Lo ribet, yang begituan aja diomongin. Ganti rok aja sana, Ga," sambar Saddaru.

Mendengar omongan Saddaru, Figo dan Alan menahan tawa. Sedangkan Saga bersikap stay cool, sok tidak peduli dengan mereka.

• • • • •

2000 words!!! WIW PANJANG YAAA

GIMANA GIMANA? COMMENT DONG!! menurut kalian gimana part ini?

jawab ini juga ya!👇🏻👇🏻👇🏻

• satu kata buat Garrisco!

• satu kata buat Saga!

• satu kata buat Saddaru!

mana favorite kalian?🙄🌚✨💛

next part? GO SPAM COMMENT KARNA ITU YANG RADEN SUKA 🦄🦄🦄🦅

btw, H-8 aku ultah lho🌚✨

TERIMA KASIH YA UDAH BACA💛💛💛✨🦄💛

byebye,
— Raden calon member baru Zhynix —

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 72.4K 33
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1M 15.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.8K 607 50
Hidup dalam keluarga cemara dan banyak teman tak memastikan jika kebahagiaan datang. Renda Anggara seorang remaja yang memang beruntung dalam dua hal...
24.1M 1.7K 2
#5 in kisahsma, 5 Januari 2020 #3 in fakelove, 10 Januari 2020 #1 in psycopath, 14 Januari 2020 #2 in teenfiction, 20 Januari 2020 #2 in ngakak, 21...