WANTED

By Holymiela

193K 12.9K 853

Bagaimana jadinya jika ayahmu menikah dengan seorang pria? Marah! Benci! Itulah yang dirasakan remaja 18thn... More

PROLOG
1. Vian POV
2. Dafa POV
3. Jadi bagaimana?
4. Dafa POV
5. Vian POV
6. Pendekatan
7. Sebuah Kunjungan
8. Cerita Vian
Tokoh Wanted
9.
10. Rahasia Mila
11. Vian POV
12. Dafa POV
13. Ini Serius
14. Kegalauan Dafa
15. Kegelisahan Vian
16. Sang Mantan
19
20
21
22
23
24
25
26.
27. Semi Ending
29
30
BACK

28

4.4K 283 43
By Holymiela

Kesunyian nampak jelas dalam suasana ruangan-bisa disebut basecamp- yang luas ini. Ada dua orang namun keduanya tak saling berbicara hingga yang tampan memulainya lebih dulu "kita sudah lama yah tidak kesini" yang cantik mengdongakkan wajahnya dan tersenyum simpul "iya, terakhir kesini mungkin 4 bulan yang lalu. Dan itupun saat kita merayakan ulang tahunmu. Dafa yang merencanakannya"
Anto hanya tersenyum saat mendengar nama dafa dari mulut mila. Wanita didepannya memang tidak bisa sekali saja lepas dari dafa

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah bisa menghubungi dafa? Dia absen dari kelas tanpa ada alasan dan tidak memberitahu kita"
Mila menggigit bibir bawahnya. Sedari tadi ia membuka handphonya untuk mengecek apakah ada pesan masuk dari dafa atau tidak. Atau sesekali ia menelpon dafa namun nomor dafa justru tidak bisa ditelfon. Kemarin ia datang kerumahnya namun dirumah dafa kosong dan penjaga tidak mengatakan apa-apa soal dafa
"Tidak ada apa-apa. Aku khawatir padanya. Bagaimana jiga sesuatu terjadi pada dafa dan kita tidak tahu atau dafa menyembunyikannya dari kita"
Anto bisa melihat dengan jelas kecemasan terpancar dari raut wajah mila
"Apa dafa hilang? Diculik?" Tanya anto
"Tidak mungkin. Jika iya mungkin berita itu sudah tersebar dan viral. Aku curiga ada sesuatu yang sedang dilakukan dafa tapi kita tidak tahu. Dafa tidak online di media sosialnya bahkan fans-fansnya di instagram  banyak yang menanyakannya padaku"

"Mil"

"Hmm"

Mila menatap anto yang tiba-tiba berpindah duduk disampingnya. Ia menaikan satu alisnya saat melihat anto yang gugup dan tidak berhenti memainkan tangannya "hanya ada kita berdua disini..." ucapan anto sukses membuat mila memiringkan kepalanya bingung

.
.
.

Kini mereka bertiga bisa duduk bersama. Vian jelas tidak bisa menyembunyikan kekesalannya pada robi terlebih melihat pria brengsek didepannya ini nampak santai saat berhadapan dengannya. Sedangkan dimas nampaknya menjadi orang yang paling gugup -ia sudah menyembunyikan fakta kalau ia memiliki hubungan dengan orang yang menyakiti sahabatnya. Tentu dimas dalam keadaan yang tidak baik sekarang dan vian, jika ingin vian mungkin sudah marah soal kenapa dimas menyembunyikan ini darinya. Tapi vian masih tahan-tahanin karena dimas masih tetap sahabatnya

"Sekarang, tolong jelaskan padaku semuanya atau aku akan menyimpulkan sendiri tentang kalian" vian membuka suara membuat dimas jadi semakin gugup. Vian memperhatikan dimas dengan lekat. Ia melihat sisi lain dari dimas yang belum pernah ia lihat sebelumnya "aku..."
"Biar aku saja yang mengatakannya" robi memotong ucapan dimas saat dimas ingin menjelaskannya pada vian

"Aku mencintai dimas. Itu sebabnya aku berada disini"
Bukankah itu ungkapan paling brengsek? Dimas tentu terkejut karena itu bukan penjelasan yang sama seperti apa yang ia pikirkan. Begitupun dengan vian. Pria sipit itu nampak semakin bingung. Bukankah robi selama ini mengejarnya?
"Kau mencintai dimas. Sejak kapan?"
Robi menoleh pada dimas yang tengah menatapnya tak percaya
"Sebenarnya cinta itu baru tumbuh akhir-akhir ini. Tapi aku sudah mengenalnya sejak SMA. Aku tak menyangka jika dimas orang yang mencimtaiku dulu justru adalah sahabat dari mantanku"

Vian menggertakan gigi nya dan menggeleng tak percaya "lihat dirimu brengsek.. kau mengganggu hidupku kemarin dan sekarang kau mendekati sahabatku?"
Dimas menatap vian saat pria yang lebih muda darinya itu nampak marah pada robi

"Cinta itu kan sewaktu-waktu bisa berubah. Aku juga tidak menyangka jika panah cupid ini akan membelokkan hatiku begitu cepat"

Vian beranjak dari duduknya
"Kau mau kemana?" Dimas memegang lengan vian berharap sahabatnya ini tidak marah padanya

"Aku masih belum mengerti tentang kalian tapi aku sungguh muak melihat wajah si brengsek ini"
Robi hanya menaikan bahunya santai
"Duduklah dulu.. kita harus selesaikan masalah ini"

Dengan sedikit berat hati..vian kembali duduk dan menatap robi dengan pandangan jijik
"Robi.."
Mendengar panggilan dari dimas, robi menyipitkan matanya dan bertingkan layaknya pria baik
"Ku katakan padamu kalau aku bukanlah dimas tujuh tahun lalu"

"Iya. Aku mengerti..kau pasti sangat kesal padaku karena..aku dulu. Tapi ijinkan aku untuk memperbaiki kesalahanku. Aku sungguh-sungguh"
Vian merasa ada sesuatu dari perurnya yang ingin keluar dan mendadak mual seketika melihat tingkah si brengsek didepannya

"Pergi temui bosku dan bilang kalau kau tidak memiliki hubungan dengan vian"
Robi dan vian sama-sama terkejut. Vian tidak yakin bercerita sebanyak itu pada dimas.
"Baiklah jika hanya itu.."

"Percuma saja"

Dua pasangan itu menoleh pada vian yang menunduk lemah
"Percuma karena mas prabu mungkin sudah tidak perduli lagi soal itu. Masalahnya sekarang adalah dia sudah memiliki orang lain"
Dimas benar-benar tidak bisa melihat vian seperti ini

"Bagaimana jika aku membuka semuanya?"
Entah apa yang akan dikatakan robi namun seperti ada sesuatu yang penting ingin dia katakan
"Apa maksudmu?"

.
.
.

Prabu menutup laptopnya. Ia menghela napas dan menyandarkan punggungnya yang lelah. Karena pekerjaannya terbengkalai beberapa hari ini. Kini berkas-berkas sudah menumpuk dimeja untuk ia review dan tanda tangani. Beruntunglah karena dilapangan masih stabil berkat marko yang ia percayai.
"Perusahaan C sari Rusia ingin berinvestasi untuk mega project kita"

"Bagus, kapan pertemuannya? Katakan pada mereka kita bisa tanda tangani kontrak secepatnya"

Drrtt..drrtt

"Mereka.."

"Sebentar--hallo del? Ada apa?"

Prabu memberikan kode pada marko agar ia meninggalkan ruangannya. Makro yang mengerti langsung bergerak cepat memberi hormat lalu pergi

"Hari ini aku ingin pulang"

"Kau sudah merasa baikan? Bagaimaa kata dokter?"

"Dia-janinnya-kuat. Dan aku boleh pulang. Lagian rumah sakit itu membosankan. Susternya pada sombong"

Prabu hanya tersenyum kecil disebrang sana

"Jadi, bisa menjemputku kan?"

"Hmm, baiklah. Setelah aku selesaikan pekerjaanku"

"Sekarang saja.. tolong ambilkan baju ku juga yah di apartemenku. Masa aku pulang dengan baju rumah sakit begini"

"Apapun yang kamu inginkan"

"Terimakasih sayang.. muaccchh"

Prabu berdiri dari kursinya dan sedikit melakukan peregangan. Terdengar suara kretek-kretek tanda tulangnya yang bersuara karena pegal. Efek sudah lama tidak gym jadi ia lupa caranya olahraga. "Aku akan semakin tua saja jika begini"
Prabu berjalan dengan tidak bergairah hingga tidak sengaja ia menyenggol pigura kecil diatas meja kerjanya. Ia segera mengambil pigura itu dengan kaca yang sedikit retak.
Pigura kecil yang menampilkan gambar ia dan dafa saat dafa masih smp dulu. Dari dulu dafa memang dekat dengan papanya-itu menurut prabu.

"Apa anak ini belum pulang juga?"

Mulai khawatir karena dafa pergi dengan perasaan marah padanya. Prabu segera menelpom dafa, telponnya tersambung namun tidak kunjung di angkat. "Anak nakal itu pergi kemana?"
Dengan perasaan kesal karena telponnya tidak juga diangkat. Prabu memilih untuk mengabulkan permintaan dila. Ia tahu sandi apartemen dila jadi tidak perlu ditanya lagi bagaimana atau kenapa dia bisa tahu.

.
.
.
..
.
.
.

"Jadi, dia berbohong?" Tanya dimas dengan wajah memerahnya karena emosi. Ia emosi sementara vian juga merasakan hal yang sama
"Jadi sekarang kau percaya padaku kan? Aku akan berubah"

Dimas menyunggingkan bibirnya jijik pada robi yang lebih gampangan dari dirinya. Apakah iya jodoh itu cerminan diri sendiri. Dulu ia gampangan pada robi sekarang robi terlihat gampangan dimatanya

"Sudah kuduga kalau perempuan gila itu memang tidak beres" vian mengepalkan tangannya kesal. Mengetahui fakta bahwa ia sudah dibodohi oleh sekretaris suaminya itu. Dam demi apapun vian berani menyumpahi prabu adalah manusia tertolol karena dengan mudahnya dibodohi sampai se sempurna ini.

"Aku akan merebut kembali milikku yang sudah direbut"

.
.
.
.
.

Click~

Bunyi kunci apartemen yang tertutup. Prabu sudah mengambil beberapa baju sesuai keinginan dila. Demi apapun sebenarnya ia sedang pusing dan dila menambah pusing dengan terus berbicara di telpon hanya untuk menjelaskan baju yang ingin ia ambilkan.

Tap-tap-tap-tap

Seorang pria melewati prabu. Setelah sekian detik ia baru tersadar, pria yang baru lewat itu??

"Hey kau"

Prabu memicingkan matanya saat tambah heran karena pria itu ada didepan pintu apartemen dila tengah melihat aneh kearahnya.
"Untuk apa kau ada disana?"
Pertama, lorong ini buntu karena apartemen dila adalah yang paling ujung. Tak ada apartemen lain lagi kecuali tetangganya dan pria itu melewatinya sementara tempat satu-satunya yang tersisa disana adalah apartemen dila. Itu sebabnya kenapa ia heran

"Kau siapa? Maaf itu bukan urusanmu om"

Om katanya? Ia yang sedang pusing kini dibuat kesal karena pria yang sepertinya masih seumuran vian ini ternyata mengetahui sandi apartemen dila dan masuk dengan mudahnya. Ia tak bisa tinggal diam dan mengejar pria itu

"Sialan! Untuk apa kau masuk kesini?"

Teriak prabu didepan pria itu. Kini mereka sudah berapa di apartemen dila. Namun, pria yang lebih muda nampak masih bingung

"Heh,  bukannya aku yang harusnya bertanya padamu? Kau siapa? Aku kekasih pemilik rumah ini"

Tertawa hanya itulah yang bisa dilakukan prabu sekarang. Oh, ia tidak tahu..mungkin dila memiliki adik yang sekarang sedang menjahilinya. Mereka berdua agak mirip
"Kekasih katamu? Pemilik rumah ini sedang hamil"

"Dari mana kau tahu? Dia anakku tentu saja aku tahu. Ngomong-ngomo g Wajahmu agak familiar.. apa kita pernah bertemu?"

"Kau benar-benar kekasihnya?" Kini rautnya berunah menjadi dingin

"Tentu saja, kau pikir untuk apa aku disini?" Balasnya sembari memperlihatkan kantong kresek yang ia bawa berisi beberapa susu khusus untuk ibu hamil

Srek~ prabu menjatuhkan tas berisi pakaian dila dan beralih mencengkram kerah pria didepannya ini
"Yak! Apa-apaan ini?!!"
Mata prabu masih menatapnya nyalang
"Katakan padaku hubungan mu dengan dila!!"

.
.
.
.
.
.


"hanya ada kita berdua disini..." ucapan anto sukses membuat mila memiringkan kepalanya bingung karena kini ia tiba-tiba bersimpuh didepannya

"A..aku.. terlalu pengecut" anto menggenggam tangan mila sementara sang empunya masih terlihat bingung namun otaknya bekerja lebih cepat
"Aku mencintaimu"

Mila dengan cepat menarik tangannya dari genggaman anto dan mengambik handphone nya yang tiba-tiba berdering

"Hallo.."

Mata mila masih tertuju pada anto yang kini hanya menunduk. Pasti ia merasa kesal begitupun mila yang tiba-tiba merasa gugup
"Dafa tabrakan?" Teriaknya keras membuat anto mendongkakkan kepalanya. Namun mendengar kabar itu dengan melihat ekspresi cemas mila. Ia tidak merasakan hal yang sama. Ia meraaa bodoh karena menyatakan cinta pada wanita yang mencintai orang lain

"Aku akan segera kesana"

Sambungan itu terputus dan mila segera bangkit namun anto menahan tangannya "urusan kita..."
"Kita urus urusan kita nanti. Lebih baik sekarang kau ikut denganku"
Dan mila berlalu begitu saja meninggalkan anto yang kesal dan meruntuki dirinya

TBC

160518

Selamat datang bulan ramadhan
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan
Maaf karena tiba-tiba saya kecanduan sama game SUPERSTAR BTS jadi jarang buka WP juga.
Btw, post malam nih.. sengaja lagi nunggu sahur soalnya wkwkwkwk

Btw curcol dikit.. aku gagal kuliah jadi lagi sibuk cari kerja. Duh dunia nyata ternyata keras yah.. cari lokernya susah ternyata😂😂abaikan🤣🤣

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 124K 158
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
526K 43K 50
[Ending] Sebuah ruang hampa yang kini mulai berwarna, secarik oren jingga menjadi awal dari dunia baru yang ditempatinya. Zafriel Andhara! This yo...
4.4K 160 10
Ben lelah menangani Jaeden yang suka mengamuk
62.9K 3.9K 38
"Samudra, ayo janji. Samudra nggak bakalan ninggalin Ariel, kan?" "Janji." - "Pada akhirnya, dia yang pernah ku anggap bisa membuatku berteduh dari...