SongFic Chansoo Event [END]

By BigBoss_BB

71.2K 8.6K 4.9K

? 1st Anniversary Acc (Chansoo) JOIN FOR FREE!! ? IT'S TIME FOR ME TO READ UR STORY BERANI PLAGIAT, BUANG AJ... More

Say hi to all Author and Reader...
???? RULES ????
πŸ‘» TAHAPAN πŸ‘»
???? IDE (CLAIM SONG)????
πŸ‘» FF (PENULISAN) πŸ‘»
πŸ‘» PENILAIAN πŸ‘»
πŸ‘» REWARDS πŸ‘»
πŸ‘» LIST PESERTA πŸ‘»
πŸ‘» List Peserta Fix πŸ‘»
(1) Peter Pan
(2) Die Kraft der Liebe
(3) He Is Real
(4) For Life
(5) U're
(6) Baby Don't Cry
(7) I sing for you
(8) I Remember
(9) Stay
(10) Too Late
(11) Raspberry Sorbet
(12) Lucky Ones
(13) My First (ELECTRIC) Kiss
(14) Its My Turn
(15) Verleiding
(16) F.R.I.E.N.D
(17) Walk On Memories
(18) OVERDOSE
(20) I Can't Stop Loving You
(21) Unperfect Marriage
(22) Me, You, and Our destiny
(23) Twenty Four
(24) Fall
(25) What U do?
(26) Forever
(27) You Hurt Me
(28) Winter Heat
β›” INFO β›”
PENUTUPAN VOTE
????SORRY????
πŸŽ‰ WINNER 🎊

(19) BLACK JACK : Bloody Nightmare

2.3K 269 206
By BigBoss_BB

Author : Kitten

Akun wattpad: pureagiest

Gendre : Romance, Brothership, sad, hurt, friendship.

Rating : 17+

Song : Lotto

----------------------------------------

BLACK JACK : Bloody Nightmare


"Hidup itu seperti sebuah pertaruhan di meja judi. Saat dadu di lempar, bergulir dan berhenti di satu sisi. Maka di situlah takdirmu ditentukan."







Matahari terasa begitu terik, panasnya seakan membakar kulit. Siang ini langit terlihat biru cerah dengan helaian awan tipis. Begitu Indah.

Seorang pria duduk bersandar pada sandara sebuah kursi yang berada di dalam ruangan sunyi dengan mata tertutup. Hanya dia seorang diri.

Tidak ada yang tahu apakah dia benar-benar tertidur atau hanya memejamkan matanya saja.

Detak jarum jam seakan menggema. Setiap detik terasa begitu jelas terdengar. Dan satu tetes air mata jatuh dari sudut matanya.

Entah apa yang membuatnya menangis dalam diam.

Dan saat itu juga masuk seorang pria yang umurnya bisa di pastikan tidak terpaut jauh darinya.

"Chanyeol. Waktumu tinggal satu setengah jam."

Pria itu duduk di kursi yang terletak di depan pria yang di panggilnya dengan nama Chanyeol.

"Maafkan aku, semoga kau bisa menerima takdir hidupmu."

Ucapannya terdengar sedih dan penuh penyesalan. Dan itu membuat Chanyeol membuka mata menatap langsung ke arah wajahnya.

"Aku sudah berusaha meminta keringanan terhadap kasusmu ini tapi tuntutan jaksa membuatmu tersudut dengan bukti-bukti kuat di tangannya. Maafkan aku yang tidak menyelamatkan hidupmu. Aku tidak berguna."

Dia tertunduk sedih setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri Sehun. Aku memang bersalah. Sudah sepatutnya mendapat hukuman yang setimpal dengan kesalahanku."

Chanyeol tersenyum, meski hatinya terasa sangat sakit dengan penyesalan yang begitu mendalam.

"Sehun, apa kau tahu bagaimana keadaannya saat ini?"

Sehun mengangkat wajahnya menatap wajah Chanyeol dengan mata yang sudah berkabut.

"Maaf aku hanya tahu jika dia sudah melewati masa kritisnya."

Chanyeol menghembuskan napas lega. Mendengar kabar tersebut saja sudah membuat dia merasa sedikit lega. Setidaknya beban yang dia tanggung berkurang sedikit.

"Syukurlah. Aku bisa pergi dengan tenang. Jaga dirimu baik-baik. Jangan terlalu sering bergadang-"

"Cukup. Hentikan. Aku tidak mau mendengar ucapan perpisahan darimu."

Suara Sehun tercekat dengan isakan di akhir kalimatnya.

Chanyeol hanya bisa tersenyum getir mendengar ucapan Sehun. Sejujurnya dia merasa takut harus berpisah dengan dunia ini. Apalagi harus pergi dengan cara seperti ini.

Chanyeol menyesal. Dia tidak ingin mati. Apakah Tuhan bisa mengubah takdirnya kali ini?

"Sehun berapa lama sisa waktuku?"

Sehun mengusap kasar sudut matanya lalu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Masih tersisa satu jam lima belas menit."

Chanyeol mengangguk pelan. Satu hembusan napas keluar dari hidungnya.

"Aku rasa cukup untuk menceritakan lagi kisahku dengannya."

Sehun terdiam, dia tahu pasti jika Chanyeol akan membuka kembali lembaran masa lalunya. Kenangan yang membuatnya harus mendekam di balik jeruji besi dan menunggu di eksekusi mati.

"Aku akan menceritakan sisi yang tidak pernah orang ketahui hanya kepadamu saja."

Mata Chanyeol menerawang ke atas langit-langit ruangan seakan kembali ke masa satu tahun yang lalu. Hari pertama dia bertemu dengan sosok pria yang kaku dan dingin namun hangat tatkala sudah menjadi seorang teman.

Dia adalah Do Kyungsoo.

--------------------

Flashback 1 tahun yang lalu.
----------------------

Suara bising yang memekakkan telinga terdengar menggema di ruangan yang baunya bercampur aduk. Antara asap rokok, minyak wangi dan alkohol.

Namun sepertinya orang-orang di sini sudah terbiasa dan tidak merasa terganggu sedikit pun.

Malam yang semakin merayap tidak kunjung membuat ruangan ini sepi, malah semakin ramai karena semakin banyak orang-orang yang berdatangan.

Gadis-gadis dengan pakaian minim kurang bahan mencetak tubuh mereka, sudah menjadi pemandangan yang tidak lagi aneh.

Mereka berlenggak-lengkok dengan kedipan mata dan senyuman menggoda pada setiap pria yang menatap mereka dengan tatapan mata lapar.

Seolah-olah mereka adalah mangsa yang siap di terkam.

Berciuman atau bercumbu sekali pun hal yang biasa. Hampir di setiap sudut ruangan bisa di temukan.

Seorang pria jangkung berpakaian modis duduk di kursi yang menghadap ke meja bar. Dan sang bartender pun sedang meracik minuman untuknya.

Sudah untuk ke sekian kalinya dia meminum minuman yang di berikan bartender dengan sekali teguk.

Toleransi alkoholnya cukup tinggi. Karena jika tidak, maka dia mungkin sudah tergeletak pingsan di meja bar itu.

"Hai Yeol. Sudah lama sekali kau tidak mampir ke sini."

Sapa seorang pria yang menepuk pelan pundaknya dan langsung duduk di kursi di sampingnya.

Chanyeol hanya mengangkat bahunya acuh. Dia menyesap kembali minumannya. Dan kali ini lebih di nikmati tidak langsung habis dalam sekali teguk.

"Sepertinya kau lari lagi dari perjodohan. Begitukah?"

"Tutup mulutmu. Kau membuatku merasa mual."

"Hahaha."

Pria yang duduk di samping Chanyeol tertawa begitu lepas. Ternyata tebakannya benar. Dia merasa gembira saat melihat wajah Chanyeol yang kusut dan kesal. Seperti hiburan gratis untuknya.

"Kau sendiri, kenapa begitu sering berkeliaran di klub malam seperti ini. Apa orang-orang masih mau memakai jasamu sebagai pengacara? Aku merasa ragu akan kemampuanmu itu, Sehun."

Sekarang giliran Sehun yang memicingkan mata tanda tidak suka dengan ucapan Chanyeol. Tapi Chanyeol tidak menanggapinya, dia kembali menyesap minumannya.

"Apa kau tidak mau bermain sebentar seperti Jongin atau Junmyeon?"

"Berapa lama kau mengenalku?"

"Hahaha."

Sehun tertawa, Chanyeol tetaplah Chanyeol. Seberapa besar minatnya terhadap minuman beralkohol akan berbanding terbalik dengan minatnya pada gadis-gadis di sini.

Jangankan untuk bermain one night stand berkenalan dengan mereka saja Chanyeol tidak suka.

Baginya luka lama sudah terlalu dalam. Tidak ingin terulang kembali.

"Ayolah. Berhenti mengingat masa lalu. Toh dia sudah menjadi istri orang lain."

Chanyeol menggeram, kenapa Sehun harus mengingatkannya pada orang yang mati-matian ingin Chanyeol singkirkan dari hati dan pikirannya.

"Lupakan dia, cobalah untuk membuka hati lagi. Toh perempuan itu bukan dia saja. Coba lihat di sini banyak sekali gadis-gadis cantik. Apa kau yakin tidak tertarik dengan mereka?"

Sehun menatap beberapa gadis yang sedang mencuri pandang ke arah mereka berdua. Gadis-gadis tersebut mengerlingkan mata dan tersenyum nakal.

Chanyeol membuang muka sedetik kemudian setelah dia melihat ke arah gadis-gadis tersebut.

"Aku yakin jika Jongin atau Junmyeon sudah pernah meniduri mereka semua. Apa kau menyuruhku untuk melakukan hal yang sama?"

Sehun mengendikkan bahunya menanggapi pertanyaan dari Chanyeol. Dan itu tentu saja membuat Chanyeol kesal.

"Aku pulang saja."

Ucap Chanyeol pada Sehun setelah meletakkan beberapa lembar uang.

Chanyeol sudah bersiap melangkah tapi tangan Sehun memegang bahunya.

"Aishh, kenapa kau cepat marah seperti manula saja."

"Yakk. Kau pikir aku ini sudah tua, begitu?"

Senyum Sehun pudar saat melihat reaksi Chanyeol yang seperti ini. Mungkin bukan saatnya untuk bercanda dengan Chanyeol.

"Baiklah. Aku tidak akan menggodamu lagi. Tapi apa kau benar-benar ingin pulang. Ini masih setengah sebelas malam. Masih sore untuk tidur. "

Bagi mereka yang senang dengan kehidupan malam saat ini masih terlalu awal untuk pulang. Bahkan mereka baru saja menginjakkan kaki di tempat ini.

Tempat yang bisa memberikan hiburan meski hanya sesaat untuk melupakan berbagai persoalan hidup mereka.

"Kata siapa aku mau tidur? Aku hanya ingin keluar dari tempat ini."

Tegas Chanyeol yang membuat Sehun turun dari kursinya.

"Bagaimana kalau kita pergi ke sebelah?"

"Kasino maksudmu?"

"Yup."

Chanyeol terlihat berpikir sejenak mendengar usul Sehun.

"Baiklah. Mungkin tidak ada salahnya aku mencari suasana hiburan baru."

Sehun menyeringai.

"Jadi tunggu apa lagi? Ayo pergi."

Mereka pun berjalan menuju kasino yang berada tepat di samping klub.

Dan ternyata keadaan di sana tidak jauh berbeda dengan suasana di klub.

Hanya saja di sini berisik karena teriakan kegirangan dan keluhan karena kalah taruhan.

Chanyeol mengedarkan pandangannya, menelusuri seluruh ruangan. Berbagai macam orang dengan berbagai ekspresi pula.

"Jadi kau mau pilih yang mana?"

Sehun melirik Chanyeol yang masih memperhatikan keadaan di ruangan ini.

"Entahlah."

Jawaban singkat Chanyeol membuat Sehun menghela napas.

Sejujurnya Sehun rindu Chanyeol yang dulu. Chanyeol yang ceria penuh dengan canda tawa. Bukan Chanyeol yang acuh seperti sekarang.

Pepatah memang benar, 'jika cinta itu mampu mengubah seseorang."

Dan Chanyeol salah satunya.

Sehun pun mulai mengamati beberapa meja permainan. Dan tentu saja di sana banyak orang yang berdiri mengelilingi meja tersebut.

"Craps or Roullete?"

"Up to you."

Lagi-lagi Chanyeol tidak menentukan pilihannya sendiri. Itu berarti semuanya terserah pada Sehun.

"Roullete. Tidak terlalu buruk untuk seorang pemula. Tunggu di sini aku harus menukarkan uang dengan chip."

Sehun pun meninggalkan Chanyeol yang masih berdiri di tempatnya. Perhatian Chanyeol terpusat pada satu meja.

Tepatnya pada seorang pemuda yang jika di ukur dari tinggi badannya lebih pendek darinya.

Pemuda tersebut mencuri perhatian Chanyeol. Betapa tidak, dia tetap berekspresi dingin padahal sudah dua kali menang. Jika di hitung sejak Chanyeol memperhatikannya.

Seakan dia tidak peduli dengan kemenangannya tersebut.

Dan seakan kaki Chanyeol itu bergerak sendiri. Melangkah mendekat ke arah pemuda itu berada.

Chanyeol merasa penasaran dengan sosoknya yang terlihat begitu dingin, sorot mata tajam yang seolah ingin menembus siapapun yang dia lihat.

"Tuan Do, ini kemenangan anda yang ke tiga kalinya. Apakah taruhannya akan di tambah lagi atau berhenti sampai di sini?"

Bandar pun bertanya pada pemuda tersebut. Dan si pemuda tidak menjawab dengan kata-kata tapi dia menggeser kan setumpuk chip sebagai jawabannya.

"Yakk, dia pasti curang. Aku yakin itu."

Seorang pria bersikeras mengatakan jika pemuda ini melakukan kecurangan sehingga bisa memenangkan permainan.

"Kau saja yang tidak becus. Atau mungkin keberuntungan tidak ingin bersama dengan seorang hidung belang sepertimu."

Sungguh jawaban santai tapi tajam yang membuat pria tadi mengertakkan giginya karena marah.

"Kalian pasti sekongkol. AKU TIDAK TERIMA."

Keadaan menjadi ricuh saat pria ini bersikukuh dan melayangkan sebuah pukulan pada pemuda bermarga Do tersebut.

Tapi sebelum tangan pria ini menyentuh bagian tubuh si pemuda, ada sebuah tangan yang menahannya.

"Siapa kau berani-beraninya menghalangiku?"

Chanyeol tersenyum ketika si pria itu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Chanyeol.

"Tuan Lee sebaiknya anda keluar dari sini, jika ingin membuat keributan."

Bandar pun menyuruh beberapa orang sekuriti untuk mengamankan Lee Hyuk Jae yang emosinya semakin memuncak karena Chanyeol.

"KALIAN TIDAK TAHU SEDANG BERURUSAN DENGAN SIAPA?"

Lee Hyuk Jae sudah berhasil melepaskan tangannya dari gengaman Chanyeol.

Dengan tangan yang berada di pinggang seakan menantang semua orang, Hyuk Jae pun berkata jika dia akan menuntut kasino ini karena sudah berlaku curang terhadapnya.

"Dasar orang bodoh. Sudah kalah ya mengaku saja kalah jangan bertindak konyol dan mengingau padahal tidak sedang tidur. Sepertinya otak dia sudah tercemar dengan video porno yang mungkin setiap saat menjadi tontonannya. "

"BOCAH SIALAN. Aku akan menghancurkan hidupmu. Kau tunggu saja, Do Kyungsoo."

Hyuk Jae pun membenarkan pakaiannya sebelum melangkah keluar dari kasino.

"Aku bisa keluar sendiri. Dasar berengsek, aku pastikan kasino ini segera tutup."

Umpatnya dengan nafsu yang masih berada di ubun-ubun. Bagaimana tidak, malam ini dia sudah kalah sebesar sepuluh juta won. Kisaran yang cukup banyak untuk taruhan di meja judi.

Sehun yang baru saja kembali dengan setumpuk chip di tangannya. Menatap heran ke arah Hyuk Jae yang keluar dari ruangan.

Lalu diapun mulai mencari keberadaan Chanyeol yang ternyata sudah tidak ada di tempatnya tadi berdiri.

Akhirnya Sehun menemukan sosok jangkung temannya itu. Dengan cepat Sehun pun mendekati Chanyeol.

"Sedang apa kau di sini? Apa kau tertarik dengan taruhan blackjack?"

Chanyeol lagi-lagi tidak menjawab karena ternyata dia sedang beradu pandang dengan pemuda yang bernama Do Kyungsoo.

Tatapan mata Kyungsoo jelas-jelas memperlihatkan jika dia tidak suka dengan Chanyeol. Sedangkan Chanyeol sendiri merasa seperti ada daya tarik dari diri Kyungsoo yang membuatnya merasa penasaran. Ingin tahu lebih jauh siapa itu Do Kyungsoo yang sebenarnya.

Alangkah terkejutnya Sehun saat mengetahui keadaan saat ini. Dia tidak menyangka jika temannya itu akan terlibat masalah dengan orang asing.

Apalagi itu Do Kyungsoo.

Meski tubuhnya kecil dia terkenal jago bela diri dan jangan lupakan mulut tajamnya itu.

Sehun sendiri sudah mengetahui siapa itu Do Kyungsoo. Putra dari seorang pemilik restoran cukup terkenal di daerah Hongdae. Dan aset kekayaan keluarganya tersebar di berbagai kota.

"Chanyeol, kenapa kau berurusan dengannya?"

Bisik pelan Sehun di telinga Chanyeol.

"Tuan Do, apakah permainan akan kita lanjutkan kembali?"

Suara bandar menyadarkan mereka berdua. Kyungsoo hanya mengangguk dan melepaskan atensi matanya dari Chanyeol. Kembali fokus pada bandar yang sedang mengocok kartu.

"Tunggu, aku ikut taruhan."

Interupsi Chanyeol yang tiba-tiba membuat Sehun kembali terkejut. Begitu juga perhatian semua orang yang mengelilingi meja tertuju padanya.

"Tuan, silahkan pasang taruhannya. Tapi maaf taruhan harus di atas satu juta won. Kurang dari itu, anda tidak bisa ikut permainan ini."

Kyungsoo tersenyum miring saat dia melihat wajah Chanyeol yang terkejut mendengar ucapan bandar.

"Baiklah aku ikut permainan ini."

Sehun menganga, Chanyeol sudah gila. Karena Sehun tahu Chanyeol tidak pernah berjudi sebelumnya. Bagaimana mungkin dengan begitu mudah memutuskan untuk ikut bermain dan bertaruh dalam jumlah besar.

"Yakk, Park Chanyeol apa kau sudah gila?"

Pekik pelan Sehun karena kesal akan tindakan gegabah temannya itu. Chanyeol tidak menjawab dia mengambil semua chip yang berada di tangan Sehun.

"Tuan, jumlah chip anda hanya sebesar lima ratus ribu won. Jadi anda tidak bisa bermain. "

"Aku tetap ikut, jadi berikan chip yang ku butuhkan."

Ujar Chanyeol sambil mengeluarkan dompetnya dan mengambil sebuah kartu dari dalamnya.

Bandar menerima kartu yang Chanyeol berikan, lalu menggesekkan di sebuah alat dan meminta Chanyeol untuk memasukan pin nya.

Sehun hanya bisa menghela napas, dia sudah tidak bisa mencegah Chanyeol lagi. Maka untuk sementara Sehun membiarkan Chanyeol melakukan apa yang dia mau.

Kyungsoo menatap Chanyeol dengan tatapan datar dan tajam. Sebuah senyuman mengejek tercetak di bibirnya. Hanya sekilas tapi Chanyeol masih sempat melihatnya.

Sungguh membuat harga diri Chanyeol terluka karena merasa di rendahkan.

Sehun berdiri tepat di samping Chanyeol. Dia harus berjaga-jaga agar Chanyeol tidak berbuat hal bodoh.

Bandar pun sudah mengocok kartu dan bersiap membagikannya. Hanya tiga orang yang ikut dalam permainan ini.

Do Kyungsoo, Park Chanyeol, dan seorang pria tua yang di apit dua gadis muda. Bisa di lihat jika pria itu seorang pria hidung belang.

Tingkahnya membuat Chanyeol muak.

Satu per satu kartu di bagikan. Bukan Chanyeol yang merasa was-was dengan jantung berdebar kencang, tapi Sehun. Karena Chanyeol hanya bermodal nekat dan keberuntungan saja. Sama sekali tidak lihai bermain poker seperti ini.

Sedangkan Chanyeol sendiri sudah tidak memikirkan akibatnya. Jikapun dia nanti kalah tak apa. Yang pasti Chanyeol bertekad untuk memenangkan permainan. Dan meruntuhkan tembok kesombongan seorang Do kyungsoo.

Entah takdir yang berpihak pada Chanyeol, atau memang suatu kebetulan semata.

Karena saat kartu di buka, Chanyeol di nyatakan menang. Bukan hanya Chanyeol yang terkejut tapi semua orang yang berada di sana.

Sehun pun di buat menganga. Dia tidak percaya jika Chanyeol bisa memenangkan permainan ini. Padahal Sehun tahu benar jika Chanyeol tidak ahli bermain poker.

"Tuan Do, Tuan Ma. Anda berdua kalah. Dan pemenangnya adalah.. "

Bandar menatap Chanyeol seraya bertanya 'siapa namamu?'.

"Park Chanyeol. Namanya Park Chanyeol."

Sehun sudah terlebih dahulu menjawab.

"Jadi Tuan Park, anda pemenang kali ini. Selamat untuk anda Tuan Park Chanyeol."

Do Kyungsoo melempar kasar kartu di tangannya. Lalu dia bangkit dari duduknya. Menepis kasar tangan gadis yang tadi bergelayut manja di pundaknya.

"Aku berhenti."

Ucapnya dengan datar tanpa menoleh lagi ke arah meja taruhan. Orang-orang pun hanya berbisik-bisik mungkin sedang membicarakan kekalahannya.

"Yeol, kau mau lanjutkan permainan?"

"Aku tidak berminat, karena dari awal hanya iseng."

Sehun melotot mendengar jawaban enteng dari mulut Chanyeol.

Sebelum Sehun sempat menjawab kembali, Chanyeol sudah melangkah meninggalkan meja itu.

"Dasar gila. Iseng katanya? Berjudi sebesar satu juta won itu hanya iseng. Sungguh membuat kepalaku bisa pecah jika sampai dia kalah. Beruntung saja kemenangan berpihak padanya. "

Sehun menggerutu karena tingkah temannya yang setengah gila. Dia lalu mengurus hadiah yang Chanyeol menangkan. Cukup besar jumlahnya, tapi seakan tidak ada artinya bagi Chanyeol. Karena dia tidak memperdulikan hadiahnya dan memilih meninggalkan kasino begitu saja.

Sebenarnya Chanyeol membuntuti Kyungsoo. Seperti ada daya tarik magnet yang membuatnya ingin terus berada dekat Kyungsoo.

Inilah Chanyeol jika sudah penasaran dengan suatu hal maka dia akan terus mencari tahu sampai rasa penasarannya hilang.

Seperti saat ini targetnya adalah Do Kyungsoo. Segala sesuatu tentangnya begitu menarik di mata Chanyeol.

Dan sejujurnya Chanyeol merasa bahagia bisa melihat Kyungsoo kesal karena kalah judi.

Saat ini Kyungsoo sudah berada di bar. Dia duduk menghadap meja bar. Seorang bartender baru saja meletakkan satu gelas penuh bir di depannya.

Dan dengan cepat Kyungsoo menenggaknya sampai habis. Chanyeol hanya memperhatikan dari jarak yang cukup jauh.

Jelas terlihat ekspresi aneh dari Kyungsoo saat menenggak bir di dalam gelas. Chanyeol menaikkan sebelah alisnya.

"Menarik." Gumamnya pelan.

Seorang gadis melingkarkan kedua tangannya di leher Kyungsoo.

"Hai tampan, butuh teman?"

Kyungsoo menatap dingin gadis tersebut, tapi dia tetap diam saat gadis itu duduk di pangkuannya.

"Mau bermain denganku?"

Bisik gadis itu manja di telinga Kyungsoo. Dan Kyungsoo pun seolah memberikan tanda ketertarikannya.

Tanpa aba-aba dia meraup bibir gadis itu dengan rakus. Tangannya pun menjalar di tubuh gadis itu.

Chanyeol yang menyaksikan kejadian itu hanya memutar bola matanya.

"Dasar. Ternyata sama saja."

Dan tepat saat itu Sehun sudah berada di samping Chanyeol.

"Kau ini benar-benar menjengkelkan. Seenaknya sendiri meninggalkanku."

Chanyeol tidak menghiraukan Sehun yang menggerutu karena ulahnya.

Matanya kembali menatap Kyungsoo yang ternyata sekarang sedang di marahi gadis tadi dan...

Plak!!!

Chanyeol ikut meringis, saat satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Kyungsoo.

"BRENGSEK!"

Umpat gadis tersebut lalu meninggalkan Kyungsoo yang terkekeh pelan. Entah apa yang sudah di perbuatnya tadi sehingga gadis tersebut tersulut emosi dan menampar pipinya.

"Ahh, aku melewatkan tontonan seru."

"Tontonan apa?"

Sehun menatap bingung ke arah Chanyeol, tapi beberapa detik kemudian dia tahu objek mana yang membuat Chanyeol mengeluh seperti tadi.

"Jangan terlibat lagi dengannya. Sudah cukup sampai malam ini saja. Uang hadiahnya sudah masuk rekening. Jadi apa sekarang kau mau pulang?"

"Kau bercanda? Ini masih terlalu sore untuk menjadi seorang bayi yang tertidur lelap di bawah selimut."

Ingin marah bagaimana, tidak marah juga bagaimana. Sehun hanya bisa menghela napas. Chanyeol memutar balikkan kata-kata Sehun tadi.

Chanyeol masih belum melepaskan atensi matanya dari sosok Kyungsoo.

Dan tanpa sadar kaki Chanyeol bergerak melangkah mendekati Kyungsoo. Mungkin jarak mereka hanya berkisar satu meter saja.

Tapi Kyungsoo tidak menyadari kehadiran Chanyeol. Saat ini dia kembali meneguk bir di gelasnya yang sudah terisi penuh.

Lagi-lagi Chanyeol melihat ekspresi aneh di wajah Kyungsoo.

Jelas sudah jika Kyungsoo bukan orang yang suka minum minuman keras.

Ekspresi wajahnya menunjukkan jika dia merasa aneh dan tidak suka dengan minuman yang dia tenggak.

Mungkin terasa pahit dengan sensasi sedikit terbakar di lidah dan tenggorokannya. Tapi Kyungsoo memaksakan diri untuk tetap menelan minuman tersebut.

"Kenapa kepalaku pusing sekali?"

Keluh Kyungsoo memegang kepalanya yang terasa berat dengan pandangan mata yang mulai berbayang.

Sebelum semuanya menjadi lebih parah Kyungsoo pun memutuskan untuk keluar dari bar. Pulang ke rumah.

"Tuan, anda belum bayar."

Bar tender setengah berteriak pada Kyungsoo yang sudah berjalan sempoyongan menuju pintu keluar.

"Aku yang bayar. Cukup?"

Bar tender mengangguk dan mengambil beberapa lembar uang yang Chanyeol letakkan.

Setelah itu Chanyeol langsung mencari keberadaan Kyungsoo.

"HOEK. UHUK-UHUK."

Kyungsoo merundukkan badannya di pinggir selokan. Dia muntah.

Chanyeol hanya berdiri memperhatikannya. Ternyata sosok angkuh dengan mulut tajam itu toleransi alkoholnya buruk.

Satu senyuman miring terlukis di bibir Chanyeol.

"Yakk, Park Chanyeol kenapa kau selalu menghilang tiba-tiba dan membuatku khawatir?"

"Aku bukan bayi yang perlu kau khawatirkan."

"Aishh menyebalkan. Kenapa aku bisa berteman denganmu?"

Drrrrtttt.

Getaran pada ponsel Sehun menyelamatkan Chanyeol dari amukan pemiliknya.

"Ha-. Yakk Kim Jongin kenapa aku yang harus menyelesaikan masalahmu. Tidak! Aku tidak mau."

" ...."

"Kenapa kau selalu mengancamku dengan masalah itu. Awas saja."

Sehun memutuskan panggilan sepihak. Bisa terlihat jika dia sangat kesal setelah menerima telepon dari Jongin.

"Pergilah. Si bodoh itu pasti ketahuan selingkuh lagi."

Ucap Chanyeol pada Sehun tanpa menoleh sedikit pun padanya. Sehun kembali menghela napas, kenapa dia bisa berada di tengah-tengah orang yang senang berbuat aneh. Itu sangat merepotkan baginya.

"Baiklah aku pergi dulu. Ingat cepat pulang. Jangan berbuat yang aneh-aneh, aku tidak mau repot mengurusi masalah kalian. Satu lagi, jangan campuri urusan orang lain. Terutama bocah itu."

"Ya ya ya. Cepat pergi sana. Kenapa kau bawel sekali. Kau ini kan bukan ibuku?!"

Rasanya Sehun ingin memukul kepala Chanyeol tapi itu hanya akan memperpanjang masalah. Jongin sedang menunggunya. Sehun pun memutuskan segera menuju ke tempat Jongin. Meski dalam hatinya merasa was-was, takut Chanyeol berbuat bodoh yang menyebabkannya terjerat suatu masalah.

Setelah Sehun pergi, Chanyeol masih memperhatikan Kyungsoo yang sekarang sudah mulai berdiri meski tubuh Kyungsoo tidak sepenuhnya bisa berdiri tegak karena mabuk.

"Sial, aku kalah dengan orang seperti itu. Tidak bisa di percaya."

Rutuk Kyungsoo yang mengusap sudut bibirnya. Dia mencoba berjalan menuju parkiran. Tapi sial, karena kepalanya pusing dan pandangannya sedikit kabur Kyungsoo jatuh terjerembap.

"Aishh, siapa yang meletakkan tong sampah sembarangan."

Sudah pasti dia yang salah malah menyalahkan tong sampah yang di tabraknya sehingga terjatuh.

"Ppppffffttt."

Chanyeol menahan tawanya melihat kekonyolan Kyungsoo. Sungguh hiburan tersendiri baginya.

Kyungsoo pun kembali bangun, tingkahnya semakin aneh karena mabuk. Dia meracau tidak jelas, berjalan sempoyongan. Dan hampir terjatuh kembali tapi tangannya masih sempat memegang badan mobil yang berada di dekatnya.

Chanyeol terus saja mengikutinya dari belakang.

Sampai Kyungsoo di depan sebuah mobil yang terparkir di lahan parkiran. Dia pun menekan tombol di kunci mobilnya sehingga pintu mobilnya bisa terbuka. Setelah bisa masuk ke dalam, Kyungsoo memasukkan kuncinya, tapi gagal terus karena pandangan matanya kabur.

"Kenapa kuncinya tidak bisa masuk. Ini mobil siapa?"

Racau Kyungsoo yang masih mencoba memasukkan kunci kontak mobilnya. Dia tidak tahu jika Chanyeol sudah berdiri di dekatnya.

"Dasar bodoh. Bagaimana bisa menyetir dalam keadaan mabuk seperti ini."

Entah dorongan apa yang membuat Chanyeol masuk ke dalam mobil Kyungsoo dan mengambil alih kemudi.

"Heh, kau ini siapa? Ahh, kau tuan Park yang beruntung karena bisa mengalahkanku tadi. Selamat ya, maaf aku baru bisa memberimu selamat."

Kyungsoo menyalami Chanyeol dan tersenyum dengan bodohnya. Chanyeol mendengus pelan, menghadapi orang mabuk memang butuh kesabaran ekstra.

"Yaakkk, tapi ini kan mobilku. Kau mau mencurinya. Pergi atau aku patahkan lehermu itu."

Sedetik berikutnya Kyungsoo pingsan.

"Sudah tahu tidak kuat minum. Kenapa memaksakan diri. Dasar bocah bodoh."

Chanyeol menghela napas, sekarang dia bingung harus membawa Kyungsoo ke mana? Karena Chanyeol tidak tahu di mana rumah atau apartemen Kyungsoo.

Jika dia menelepon Sehun pasti malah akan di omeli karena di anggap sudah ikut campur masalah orang lain. Tapi jika Chanyeol meninggalkan Kyungsoo sendirian seperti ini malah akan berbahaya. Mungkin saja ada orang yang akan berbuat jahat padanya.

"Kenapa aku harus peduli denganmu hai bocah menyebalkan?!"

Chanyeol memijit keningnya, dia benar-benar bingung harus bagaimana. Dan pada saat itu tubuh Kyungsoo oleng dan menimpa Chanyeol.

"Hoek..."

"YAKKK. MENJIJIKKAN, KENAPA KAU MALAH MUNTAH?!"

Chanyeol mendorong tubuh Kyungsoo yang kembali pingsan. Dia menatap jijik muntah Kyungsoo yang mengotori celananya.

"Bau sekali."

Chanyeol mengeluarkan ekspresi ingin muntah saat mencium bau dari muntahan Kyungsoo.

"Hei bocah, dimana rumahmu? "

"Euuhh."

Hanya suara leguhan yang terdengar dari bibir Kyungsoo selanjutnya hanya suara dengkuran halus. Chanyeol menjambak rambutnya frustrasi. Ada benarnya apa yang Sehun katakan tadi. Tidak seharusnya dia terlibat dengan anak ini.

Nasi sudah menjadi bubur. Mau tak mau Chanyeol harus menyelesaikan masalah ini. Salahkan rasa penasarannya yang membuat semua ini terjadi.

Saat ini yang harus dia pikirkan. Mau di bawa pulang ke mana, Kyungsoo yang tertidur tidak mungkin di tanya kembali di mana tempat tinggalnya.

"Tidak ada pilihan lain."

Ucap Chanyeol pelan. Kemudian dia membenarkan posisi Kyungsoo dan memasangkan sabuk pengaman. Selanjutnya mobil pun melaju perlahan meninggalkan parkiran.

--------------------------------------------

"Eughh."

Kyungsoo meleguh, perutnya terasa sakit begitu pula dengan kepalanya yang terasa seakan mau pecah.

Perlahan dia membuka mata, menyesuaikan dengan pencahayaan ruangan. Warna abu-abu mendominasi ruangan ini dengan beberapa hiasan dinding berupa figura foto dan lukisan abstrak.

Tunggu dulu, ini jelas-jelas bukan kamar Kyungsoo. Lalu dia berada di mana?

Belum sempat Kyungsoo berpikir lagi, seseorang masuk dan mengagetkannya.

"Akhirnya kau bangun juga."

"Kau.. Bagaimana bisa?"

"Jangan banyak berbicara dulu. Perutmu pasti sakit, dan jangan sampai kau muntah lagi dan mengotori sepraiku. Baunya sungguh menjijikkan."

Kyungsoo tidak tahu apa yang sebenarnya orang ini katakan. Yang pasti dia hanya ingat jika terakhir itu dia berada di klub. Selanjutnya kepalanya mendadak sakit.

"Minum itu. Bisa menghilangkan mabukmu. Sudah tahu tidak bisa minum tetap minum. Dasar bodoh."

Sebenarnya Kyungsoo ingin membalas ucapan orang ini. Tapi rasa mual dan sakit di kepalanya membuat dia terpaksa diam dan menuruti perkataan orang ini.

"Bersihkan dirimu, baunya membuatku mual. Dan ingat aku melakukan ini hanya atas dasar kemanusiaan. Aku sendiri heran kenapa bisa melakukannya, aishh membuat pusing saja."

Kyungsoo menatap sosok tadi yang kembali menghilang dari balik pintu.

Dengan perlahan dia mencoba bangun. Kepalanya kembali berdenyut. Lalu Kyungsoo meraih botol minuman pereda mabuk yang orang itu tinggalkan.

Saat ini Kyungsoo hanya perlu perlu menuruti ucapan Chanyeol, selanjutnya baru mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Kenapa dia sampai berada di rumah orang yang bernama Park Chanyeol?

Dengan sedikit limbung Kyungsoo berjalan mendekati sebuah pintu yang dia yakini jika itu adalah pintu kamar mandi. Lalu masuk ke dalamnya.

"Dasar Bodoh."

Rutuk Kyungsoo saat dia sudah berada di kamar mandi. Memang benar apa yang di katakan Chanyeol jika tubuhnya itu bau. Bau sesuatu yang membuat perutnya kembali mual.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

Gumam Kyungsoo saat berada di bawah shower. Air dingin mengguyur kepalanya, terasa begitu dingin. Tapi mungkin dengan ini bisa mengembalikan ingatan akan peristiwa semalam.

Hanya lima belas menit saja yang Kyungsoo butuh kan untuk membersihkan badannya. Air dingin yang menyentuh permukaan kulitnya membuat dia menggigil kedinginan.

Kyungsoo pun keluar dari kamar mandi hanya menggunakan bath drobe. Dan saat sudah berada di dalam kamar, Kyungsoo mendadak bingung. Dia harus memakai apa?

Sedangkan pakaian yang tadi di pakainya dia tinggalkan di kamar mandi dan tidak mungkin juga dia memakainya lagi karena kotor dan bau.

Saat sedang kebingungan, Chanyeol datang dengan membawa pakaian di tangannya.

"Pakai ini!"

Kyungsoo menerimanya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Mungkin terlihat tidak tahu diri, tapi memang dirinya tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang asing.

"Orang seperti apa dia, kenapa berbuat baik padaku?"

Gumam pelan Kyungsoo saat mematut dirinya di cermin yang ada di sudut kamar. Pakaian yang melekat di badannya memang terlihat kebesaran.

Tapi itu sudah beruntung baginya tidak kedinginan karena tidak memakai baju.

"Hei bocah, ayo sarapan. Aku tahu kau pasti lapar."

Ucapan Chanyeol barusan mengagetkan Kyungsoo yang masih berada di depan cermin.

"Yakk, aku punya nama dan namaku adalah-"

"Do Kyungsoo? Sudah tahu. Tidak perlu kau jelaskan lagi."

Chanyeol sudah mau berbalik ketika Kyungsoo kembali protes.

"Lalu kenapa kau memanggilku bocah?"

"Kenapa ya?"

Chanyeol terlihat seperti sedang berakting mengingat-ingat alasan dia memanggil Kyungsoo dengan panggilan bocah.

"Lihat saja tubuhmu itu. Bajuku saja sampai terlihat seperti menelanmu. Hahaha."

Chanyeol tertawa terbahak-bahak dengan telunjuk yang masih mengarah ke arah Kyungsoo.

Wajah Kyungsoo sudah masam dengan tatapan tajamnya.

"Bukan tubuhku yang kecil. Tapi tubuhmu yang seperti tiang sutet berjalan."

Tawa Chanyeol berhenti, dia tidak menyangka jika Kyungsoo bisa mengatakan hal tersebut. Wajah Chanyeol yang berubah datar sejujurnya membuat hati Kyungsoo sedikit takut.

Takut jika Chanyeol berbuat tindakan yang tidak-tidak. Bukan berarti Kyungsoo tidak berani melawannya. Tapi dengan kondisinya yang lemas, sedikit mual dan sakit kepala. Bisa di pastikan jika Kyungsoo akan mudah di kalahkan.

Kriukk.

Ketegangan ini pun sirna karena suara perut Kyungsoo yang terdengar cukup keras. Wajah Kyungsoo pun bersemu merah, dia merasa malu dan langsung memegang perutnya.

Chanyeol menghela napas, dia tidak tega jika harus memarahi seseorang yang sedang kelaparan.

"Ayo makan."

Ucap Chanyeol singkat, lalu terlebih dahulu menuju meja makan. Kyungsoo pun mengikutinya. Dan matanya mulai memperhatikan setiap sudut ruangan.

Apartemen Chanyeol tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk di tempati. Ada beberapa buah gitar yang di letakkan sembarangan. Sepertinya seorang Park Chanyeol menyukai musik.

Hanya saja apartemen ini sangat sepi. Apa mungkin Chanyeol hanya tinggal seorang diri?

Kyungsoo pun sampai di meja makan. Dia merasa canggung jadi tetap berdiri.

"Apa yang kau tunggu? Duduk dan makanlah."

Kyungsoo pun menggeser satu kursi di hadapan Chanyeol lalu duduk di sana.

"Makanlah, setelah makan kau bisa pulang. Maaf karena aku membawamu ke sini bukan mengantar ke rumahmu."

Nada bicara Chanyeol masih datar, tapi Kyungsoo tahu jika ada ketulusan di dalamnya. Ternyata Chanyeol orang yang baik. Baik karena mau memberi tempat menginap bagi Kyungsoo yang dalam keadaan mabuk berat.

Sepanjang makan tidak ada yang membuka mulut. Mereka asik dengan pikirannya masing-masing. Dan Kyungsoo pun merasa bersalah pada Chanyeol, mungkin ucapannya tadi terlalu kasar sehingga melukai perasaan Chanyeol.

"Terima kasih."

Ini terdengar seperti bisikan. Tapi Chanyeol masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Untuk?"

"Sudah memberikanku tempat menginap. Terima kasih karena mungkin jika tidak kau tolong. Entah sesuatu yang buruk mungkin saja terjadi padaku."

"Aku hanya melakukannya sebagai suatu keharusan menolong sesama yang membutuhkan."

Kecewa.

Kyungsoo merasa sedikit kecewa dengan jawaban Chanyeol. Tapi dia tidak bisa melayangkan protes. Sudah syukur Chanyeol memberinya tempat menginap, pakaian ganti, dan sarapan.

"Aku akan ganti semua yang kau lakukan untukku hari ini."

"Ganti?"

Alis Chanyeol terangkat. Diapun meletakkan sendok yang di pegangnya. Lalu menatap lekat wajah Kyungsoo.

"Iya. Kau tinggal sebutkan saja berapa jumlah yang harus aku bayar sebagai ganti pertolonganmu hari ini."

Brak!!!

Chanyeol menggebrak meja, wajahnya terlihat marah dan tentu saja membuat Kyungsoo kaget. Dia tidak menduga jika reaksi Chanyeol akan seperti ini.

"Satu hal yang perlu kau ketahui. Jika tidak semuanya bisa di bayar dengan uang. Ini kunci mobilmu. Maaf karena aku tidak sempat membersihkan sisa muntahan mu semalam. Satu lagi terima kasih sudah membuat pinggangku hampir patah karena menggendongmu semalam."

Setelah mengatakan hal itu, Chanyeol pun meninggalkan meja makan. Bahkan dia tidak menghabiskan makanannya.

Kyungsoo tertegun. Dia memejamkan mata, merutuki mulut tajamnya. Seharusnya dia berterima kasih pada Chanyeol tanpa menyinggung perihal uang.

Sepuluh menit berlalu, Chanyeol tak kunjung keluar dari kamarnya. Dan Kyungsoo pun tidak ada niat untuk menghampirinya. Dia memilih untuk pulang dengan perasaan tidak enak. Tapi egonya yang memaksa Kyungsoo tetap meninggalkan apartemen Chanyeol tanpa meminta maaf terlebih dahulu.

----------------------------------

Seminggu sudah berlalu, kehidupan Chanyeol dan Kyungsoo kembali seperti biasa. Dan selama itu juga baik Kyungsoo dan Chanyeol tidak kembali klub itu lagi.

Dan Kyungsoo seakan lupa dengan kejadian yang dia alami. Padahal pakaiannya tertinggal di apartemen Chanyeol begitu pula pakaian Chanyeol masih berada di rumahnya.

Seperti hari ini Kyungsoo yang mempunyai kebiasaan berdebat. Asik berdebat dengan ayahnya. Di mana sang ayah bersikukuh untuk menyuruh Kyungsoo kuliah ke luar negeri. Dan Kyungsoo tetap pada pendiriannya, jika dia tidak ingin pergi.

Apalagi jurusan yang di pilih ayahnya sangat bertolak belakang dengan keinginannya.

Kyungsoo ingin melanjutkan kuliahnya di bidang seni arsitektur. Tetapi ayahnya terang-terangan tidak menyetujuinya dan menyuruh Kyungsoo mengambil kuliah manajemen bisnis agar bisa mengurusi bisnis keluarganya.

"Ayah, sudah cukup aku selalu menuruti kemauanmu. Ini hidupku jadi biarkan aku yang menentukannya sendiri."

"Hidupmu? Kau harus ingat jika kau bisa hidup seperti ini karena siapa?"

"Jadi selama ini kau membesarkanku tidak suka rela. Tidak sebagai mana orang tua lainnya. Jadi aku harus membayar semuanya itu?"

"KYUNGSOO. SIAPA YANG MENGAJARKANMU BERTINDAK KURANG AJAR?"

"Bukankah aku memang harus mencontohmu?"

Plak!!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Kyungsoo. Mencetak gambar merah lima jari tangan. Dan mungkin cukup keras sehingga sudut bibir Kyungsoo terluka.

"Jangan menyalahkanku karena mengikuti jejakmu. Kau sendiri yang membuatku mengikuti apa yang kau lakukan dulu, ayah."

Rahang ayahnya mengeras dengan wajah merah padam. Dia tidak menyangka jika putranya itu akan menjadi seorang pembangkang.

"Jika kau tidak mau menuruti apa perkataanku. Tidak ada gunanya aku menahanmu. Kau bisa pergi bebas, mencari hidupmu sendiri dan jangan kembali sampai kau bisa membuktikan jika kau mampu berhasil tanpa ayahmu ini. Jika suatu saat kau menyerah, kembali dan turuti semua perkataanku."

Duar!!!

Seperti suara petir di siang hari. Ini berarti ayahnya mengusir Kyungsoo. Dan tentu saja dia tidak bisa berada di rumah ini lagi.

"Baiklah. Aku pergi."

Kyungsoo pun meninggalkan ayahnya. Dia melangkah menuju kamarnya. Mulai mengemasi beberapa helai pakaian dan di masukan ke dalam sebuah koper. Tidak banyak yang dia bawa. Hanya beberapa barang dan pakaian.

Watak ayahnya yang keras menurun pada Kyungsoo. Tidak ada yang mau mengalah.

Meskipun ini sakit dan berat, tapi ini jalan terbaik yang Kyungsoo pikir. Sudah saatnya dia hidup berdasarkan apa yang menjadi keyakinan dan keinginannya. Lepas dari bayang-bayang sang ayah.

"Huft."

Kyungsoo menghembuskan napas, koper sudah berada di sampingnya. Sekali lagi dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ini. Lalu dengan langkah berat Kyungsoo keluar dari kamar, tangannya menyeret sebuah koper.

Saat melewati ruang tengah, ibunya langsung memeluk Kyungsoo dengan berurai air mata.

"Jangan pergi. Tidak bisakah kalian berdamai?"

Ucap lirih sang ibu dengan tangan yang terus memeluk erat tubuh Kyungsoo. Sedangkan Kyungsoo hanya berdiri mematung.

"Jika kau pergi, wanita tua ini akan kesepian. Apa kau setega itu?"

Kyungsoo mengusap air mata yang mengalir di pipi ibunya. Sungguh hatinya tersayat perih, melihat sang ibu harus menangis.

"Ibu, aku sangat menyayangimu. Tapi sepertinya rumah ini tidak pantas lagi untukku."

"Kau ini bicara apa? Sampai kapan pun rumah ini akan selalu menjadi tempat tinggalmu. Jangan pergi."

"Maafkan aku."

Kyungsoo mencium perlahan kening sang ibu yang terus menangis. Memeluknya sebentar lalu dia pun mengurai pelukannya dan berjalan melangkah keluar rumah. Setelah sebelumnya membungkukkan badan pada sang ayah yang sedang duduk di sana.

Berjalan ke luar pintu rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya. Membuat Kyungsoo harus meredam rasa sakit yang seakan meremukkan hatinya.

Suara tangis sang ibu bagai pisau yang mengiris-iris ulu hati. Sekuat tenaga Kyungsoo menahan bendungan di matanya. Dan saat dia sampai di halaman, Kyungsoo bertemu dengan adik perempuannya.

"Kakak kau mau ke mana?"

Kyungsoo mendekati adiknya, lalu dia memeluk erat tubuh sang adik.

"Aeri, jaga dirimu baik-baik. Jangan buat masalah, tolong kau jaga ibu selama aku tidak ada di sini."

Ucap Kyungsoo pelan, tangannya mengelus lembut rambut sang adik.

Sedangkan Aeri dengan wajah bingung menatap wajah kakaknya.

"Sebenarnya kau mau ke mana?"

"Aku pergi. Ingat pesanku."

Kyungsoo pun memasukkan koper ke dalam mobil, lalu masuk ke dalamnya. Dia membiarkan Aeri berdiri menatapnya dengan wajah kebingungan.

Mobil pun perlahan meninggalkan halaman rumah. Melesat cepat membelah jalanan kota Seoul.

------------------------------------------

Seorang pemuda jangkung sedang duduk di dalam sebuah kafe yang terletak di pinggir jalan. Segelas coffee latte di hadapannya sudah dingin karena di biarkan begitu saja. Wajah pemuda ini terlihat masam, sesekali dia melirik pergelangan tangannya. Dia adalah Chanyeol, yang sedang menunggu temannya, Xiumin.

"Ke mana dia?"

Ucapnya dengan nada penuh kekesalan.

Jari-jari tangannya mengetuk-ngetuk meja, pertanda jika dia sedang bosan sekaligus kesal karena harus menunggu lama di tempat ini.

Dari arah pintu kafe datang seorang pria yang jika di lihat dari umurnya mungkin tidak terpaut jauh dari Chanyeol. Dia berjalan mendekati tempat duduk Chanyeol.

"Yeol maafkan aku karena tiba-tiba temanku datang."

"Kau tahu sudah berapa lama aku di sini? 43 menit 26 detik."

"Iya aku tahu pasti kau sudah menunggu lama. Tapi sungguh aku tidak ingin datang terlambat jika saja temanku tidak tiba-tiba datang."

Ucapnya dengan penuh penyesalan. Dia pun duduk di kursi depan Chanyeol.

"Jadi kau mau bergabung di proyek ini?"

"Jika tidak, mana mungkin aku mau menunggumu selama itu."

Jawab Chanyeol dengan sedikit ketus. Cangkir kopi pun di raihnya. Meneguk sedikit isinya, karena sudah dingin tentu saja rasanya tidak seenak tadi.

"Aish, sudah dingin."

Gerutu Chanyeol, dia pun meletakkan kembali cangkir kopinya.

"Jadi kapan kita bisa mulai?"

"Besok? Tapi hyung, siapa saja yang terlibat dalam proyek ini?"

Xiumin tidak langsung menjawab karena dia malah memanggil pelayan dan memesan minuman. Chanyeol hanya menghela napas melihatnya.

"Kau tahu Junmyeon? Dia adalah investor terbesar kita. Ada Jongin di bagian perencanaan, Sehun, dan temanku. Dia cukup berpengalaman di bidang bisnis karena orang tuanya sendiri pebisnis. Mempunyai restoran di beberapa kota. Nanti aku kenalkan dengannya."

Chanyeol hanya diam mendengarkan penjelasan dari Xiumin.

"Baiklah, atur saja."

"Yeol, sampai kapan kau mau bersikap seperti ini? Ke mana Chanyeol si happy virus?"

Pertanyaan Xiumin membuat Chanyeol membeku. Sudah lama dia tidak mendengar lagi julukan itu. Iya julukan happy virus yang di sematkan teman-temannya. Sejak orang yang dia cintai menikah, Chanyeol seperti kehilangan rasa humornya.

Xiumin pun menghela napas menatap wajah Chanyeol seperti itu membuatnya iba. Dia hanya berharap jika Chanyeol bisa kembali seperti dulu lagi. Dan melupakan masa lalunya.

Untuk mencairkan suasana akhirnya Xiumin mengalihkan pembicaraan. Dia mulai menjelaskan apa saja yang mereka butuh kan dan perencanaan yang matang sebelum mereka benar-benar siap membuka sebuah restoran.

"Aku rasa sampai di sini dulu. Temanku pasti sedang menunggu. Aku merasa kasihan padanya, hidupnya terkekang keinginan ayahnya dan saat dia berontak malah di usir dari rumah. Sungguh malang nasibnya."

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya mendengar cerita Xiumin. Dia merasa penasaran siapa sebenarnya orang tersebut.

"Kita bertemu lagi lusa."

Setelah mengatakan itu Xiumin pun meninggalkan kafe. Begitu juga dengan Chanyeol.

----------------------------------------------

J

arum jam menunjukkan pukul setengah enam sore, saat Xiumin tiba di apartemennya. Dan hal pertama yang menyapanya adalah bau harum masakan.

Xiumin pun tersenyum lebar. Dia tahu siapa yang sedang memasak dan itu membuat perutnya terasa lapar.

Dengan langkah berjingkat Xiumin pun menuju dapur. Dia melihat seorang pemuda sibuk di depan kompor.

"Woahhh, sepertinya perutku akan kenyang malam ini."

"Yakk hyung, kau mengagetkanku saja. Maaf karena aku lancang mengambil bahan makanan dari dalam kulkas dan memasaknya."

"Kenapa kau harus meminta maaf? Justru aku berterima kasih karena malam ini aku bisa makan enak dan tidak perlu repot-repot memasak. Anggap saja ini rumahmu sendiri, Kyungsoo."

Kyungsoo hanya terdiam, dan membiarkan Xiumin mencicipi masakannya.

"Kyung, aku tidak akan menanyakan alasanmu sampai kau mengambil keputusan untuk pergi dari rumah. Tapi satu hal yang ingin aku sampaikan. Tidak ada yang namanya bekas orang tua. Bagaimanapun mereka tetap orang yang sudah melahirkan dan membesarkanmu. Kemarahan mereka merupakan kemarahan Tuhan. Anggap saja saat ini adalah waktu untuk merenung. Kau harus ingat, tak ada orang tua yang menginginkan anaknya sengsara atau menderita. Mereka pasti ingin anaknya sukses meski pemikiran mereka jauh berbeda denganmu. Tapi yakinlah jika mereka ingin yang terbaik untukmu."

Ucap panjang lebar dari Xiumin. Lalu di akhiri dengan sebuah tepukan pelan di pundak Kyungsoo saat Xiumin meninggalkan dapur.

Meninggalkan Kyungsoo yang tertegun merenungi setiap kalimat yang Xiumin ucapkan.

"Huft. Kau benar hyung. Tapi mungkin saat ini lebih baik aku seperti ini mencari jati diriku sendiri. Mungkin satu hari nanti aku akan kembali pulang."

Gumam Kyungsoo pelan. Lalu dia pun membereskan piring bekas makan Xiumin, tanpa ada niat untuk makan masakannya tadi. Karena rasa lapar Kyungsoo sudah hilang.

Beruntung Kyungsoo memiliki teman sebaik Xiumin. Yang mau menerimanya tinggal di apartemen milik Xiumin.

Malam ini Kyungsoo pun tidur dengan gelisah. Terlalu banyak beban di dalam hatinya.

"Kyung, nanti siang kita akan bertemu dengan anggota tim. Dan akan aku perkenalkan kau pada mereka semua."

Ucap Xiumin di sela sarapannya. Kyungsoo mengangguk.

"Tapi hyung, apa kau yakin mau melibatkan aku dalam proyek kalian? Kau bisa lihat jika aku tidak punya apa-apa? "

Xiumin berhenti mengunyah, dia mengambil gelas yang berisi air lalu meminumnya. Setelah itu Xiumin menatap Kyungsoo.

"Kau punya skill dan itu lebih dari cukup."

"Tapi hyung-"

"Sudahlah Kyung, aku mengikutsertakan dirimu karena aku tahu kau mampu dan bisa di percaya. Jadi jangan kecewakan aku. Aku berangkat dulu, pagi ini harus mengurus beberapa klien yang cukup rewel. Nanti siang aku akan meneleponmu."

Xiumin pun bersiap pergi ke kantor, sebagai seorang manajer pemasaran dia cukup kerepotan menghadapi klien yang kadang rewel. Beruntung Xiumin seorang yang sabar, jadi dia bisa menghadapinya dengan sabar dan bijak.

Setelah Xiumin pergi, Kyungsoo pun membereskan apartemen. Setidaknya hanya itu yang dia bisa lakukan saat ini sebagai balas jasa kebaikan Xiumin yang sudah mengizinkannya tinggal di sini.

Matahari sudah berada di atas kepala saat Kyungsoo sedang duduk menonton TV. Sebenarnya tidak ada yang menarik baginya. Terasa begitu bosan hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Dan lagi Kyungsoo sudah merasa malu karena menumpang gratis dan bergantung pada Xiumin.

Sebenarnya Kyungsoo ingin bekerja tapi dia bingung harus bekerja apa. Kyungsoo bersyukur dan merasa sedikit lega karena Xiumin mengajaknya untuk ikut andil dalam proyek ini.

Sebuah usaha bersama-sama teman-temannya di bidang kuliner. Yaitu membuka sebuah kafe.

Meski begitu tetap saja ada rasa tidak percaya diri karena Kyungsoo hanya bisa menyumbang ide dan kemampuan nantinya.

Berkali-kali Kyungsoo menekan remote mencari channel yang menurut Kyungsoo acaranya Bagus. Tapi tetap tidak ada yang menarik sampai suara ponsel mengalihkan perhatiannya dari layar datar itu.

"Yeoboseyo hyung. Ahh, baiklah aku ke sana. Mungkin dalam 15 menit aku sampai."

Setelah menutup sambungan telepon Kyungsoo pun segera bersiap-siap.

Jantungnya sedikit berdebar karena gugup akan bertemu dengan teman-teman Xiumin. Kyungsoo tidak tahu seperti apa mereka. Dan semoga saja mereka semua termasuk orang yang ramah.

Kyungsoo pun sampai di tempat yang Xiumin katakan padanya di telepon tadi.

Sebuah gedung perkantoran dengan tinggi sekitar sepuluh lantai. Saat pertama masuk Kyungsoo langsung menuju resepsionis dan mengatakan jika dia ada janji dengan manajer pemasaran yaitu Xiumin.

Resepsionis pun menunjukkan di lantai berapa Xiumin berada. Ini pertama kalinya Kyungsoo mengunjungi tempat kerja Xiumin. Dan saat ini Kyungsoo merasa kagum dengan temannya itu yang bisa bekerja di perusahaan sebesar ini.

Sampailah Kyungsoo di depan sebuah ruangan. Dia berdiri sebentar, mengatur napas dan memantapkan hatinya. Terasa begitu gugup. Hanya saja Kyungsoo pandai menyembunyikan perasaannya.

Tok tok tok.

"Masuk!"

Kyungsoo pun masuk kedalam ruangan. Dan hal pertama yang dia dapatkan adalah tatapan dari beberapa pasang mata.

"Ayo masuk Kyung."

Ucap Xiumin yang langsung bangkit dari duduknya menyambut Kyungsoo dan mengajaknya duduk.

"Perkenalkan ini Kyungsoo yang aku ceritakan tadi."

Kyungsoo pun membungkukkan badannya di sertai senyuman canggung.

"Hallo Kyungsoo, aku Sehun."

"Aku Jumnyeon. Tapi kau bisa panggil aku Suho."

Kyungsoo bisa bernapas lega karena ternyata teman-teman Xiumin bersikap ramah padanya.

Sehun terlihat berkali-kali melirik pergelangan tangannya. Melihat jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya dengan sedikit kesal.

"Kemana dia? "

Gumam Sehun pelan tapi masih terdengar jelas di telinga Kyungsoo yang duduk tidak jauh darinya. Sedangkan Xiumin dan Suho sedang asik membicarakan rencana pembangunan kafe mereka. Kyungsoo hanya menyahut saat di tanya begitu pula dengan Sehun yang sibuk dengan ponselnya.

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sesosok tubuh jangkung yang membuat Kyungsoo membulatkan matanya.

"Maaf aku terlambat."

"Yakk, Park Chanyeol. Ke mana saja kau? Kami sudah menunggumu hampir satu setengah jam lamanya."

Ucap Sehun dengan nada kesal, yang di balas cengiran bodoh Chanyeol.

Chanyeol belum menyadari keberadaan Kyungsoo sampai saat dia duduk dan melihat wajah Kyungsoo yang berada tepat di seberangnya.

"Yakk, kenapa ada bocah sombong ini di sini? "

Ucapan Chanyeol membuat Sehun, Xiumin dan Suho menatap Chanyeol dengan tatapan heran sekaligus kaget.

"Kau mengenalnya? "

Tanya Suho pada Chanyeol yang masih menatap Kyungsoo dengan tatapan tidak bersahabat. Sedangkan Kyungsoo sendiri hanya duduk diam. Sejujurnya dia merasa sangat kaget bisa bertemu kembali dengan Chanyeol apalagi di situasi seperti saat ini.

"Tentu saja aku mengenalnya-"

"Baguslah, jadi aku tidak perlu repot-repot mengenalkan kalian berdua. Kita bisa langsung membicarakan proyek kerja ini."

Xiumin menyela kalimat Chanyeol dan akibat dari ucapannya mata Chanyeol membulat sempurna. Kaget dan tidak percaya.

"Aku batalkan ikut andil dalam proyek ini jika dia ikut serta."

Jari telunjuk Chanyeol terarah lurus ke arah wajah Kyungsoo. Tentu saja Sehun, Xiumin, dan Suho kaget bukan kepalang melihat reaksi Chanyeol.

Kyungsoo pun merasa tak kalah kaget. Harga dirinya terasa tercabik mendengar ucapan Chanyeol.

"Hyung, sepertinya aku lebih baik pergi."

Kyungsoo sudah berdiri hendak keluar dari ruangan tapi Xiumin langsung mencegahnya.

"Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua?"

Tanya Sehun menatap Chanyeol dan Sehun secara bergantian dengan tatapan menyelidik.

"Jika kalian tetap memasukkan dia di dalam proyek ini. Maka jangan harap aku ikut andil."

Ini bisa di katakan suatu ancaman dari Chanyeol yang membuat Suho menghela napas merasa bingung dengan situasi saat ini.

"Apa pun yang terjadi dengan kalian berdua. Kesampingkan dulu, bersikaplah profesional. Dan kalian berdua bisa menyelesaikan masalah kalian nanti dengan kepala dingin."

Ujar Suho menengahi, atmosfer di ruangan ini terasa sangat tidak enak. Tatapan tidak bersahabat dari Chanyeol dan tatapan menantang dari Kyungsoo seakan jika di biarkan mungkin saja akan terjadi perkelahian di antara mereka berdua.

"Memang sebaiknya seperti itu. Kesampingkan masalah pribadi. Kita fokus dengan proyek ini."

Timpal Xiumin yang mengajak Kyungsoo kembali duduk. Tapi wajah datar Kyungsoo membuat Xiumin merasa penasaran ada apa antara Chanyeol dan Kyungsoo?

"Baiklah kita lanjutkan pembicaraan ini. Ingat kalian berdua harus bersikap profesional. Jika tidak aku akan melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat kalian dalam kesulitan."

Ucap Suho dengan nada ancaman yang membuat Chanyeol mendelik tajam padanya. Tapi tak ada penolakan dari Chanyeol karena dia tahu jika Suho tidak main-main dengan ucapannya.

Kyungsoo melirik pada Xiumin seolah meminta jawaban karena dia tidak mengerti arti ucapan Suho barusan. Dan Xiumin memberi tanda jika Kyungsoo hanya perlu diam dan menuruti ucapan Suho. Sedangkan Sehun hanya berpangku tangan mengamati keadaan.

Dan akhirnya Suho kembali menjelaskan rencana proyek pembangunan kafe yang dia modali. Sebenarnya ini adalah cita-cita mereka berempat, Sehun, Xiumin, Suho, dan Chanyeol saat sama-sama masih Kuliah dulu. Untuk membuat sebuah usaha bersama demi mempererat pertemanan diantara mereka berempat.

Dan baru bisa terlaksana sekarang. Meski kehidupan mereka semua sudah terbilang cukup mapan terutama Suho dan Chanyeol. Suho yang notabene seorang chaebol dan Chanyeol yang mewarisi bisnis mendiang orang tuanya. Tidak menjadikan mereka lupa cita-cita saat kuliah dulu. Dan akhirnya saat ini cita-cita itu akan di wujudkan.

Sekitar satu jam kemudian pertemuan mereka pun selesai. Suho harus segera menghadiri sebuah tender besar dan Sehun harus menemui klien. Sedangkan Chanyeol langsung pergi tanpa banyak basa-basi. Tinggallah Xiumin dan Kyungsoo.

"Sebenarnya terlibat masalah apa kau dengan Chanyeol?"

Tanya Xiumin yang menyodorkan sebuah kaleng soda pada Kyungsoo.

"Waktu itu.. "

Kyungsoo pun menceritakan kejadian di malam saat dia bertemu dengan Chanyeol yang berakhir dia menginap di apartemen Chanyeol.

"Aku kira kebiasaan berjudimu sudah hilang. Ternyata tidak, dan aku harap kau tidak menginjakkan kakimu di tempat itu lagi."

Kyungsoo tidak menjawab, dia meneguk minumannya. Sebenarnya Kyungsoo rindu bermain di kasino. Karena itu sudah seperti obat stres baginya. Tekanan ayahnya membuat Kyungsoo mencari pelampiasan amarah. Dan dengan berjudi dia bisa merasa masalahnya terangkat.

Bukan karena uang, ini hanya untuk sebuah kesenangan semata.

Bersyukurlah Kyungsoo karena uangnya tidak pernah terkuras karena kebiasaannya itu. Dia selalu menang dan kekalahan pertamanya itu adalah saat dia melawan Chanyeol.

Maka dari itu Kyungsoo merasa marah dan nekat meminum minuman beralkohol meski dia tahu jika toleransinya sangat rendah. Sehingga dia berakhir di apartemen Chanyeol.

Rasanya Kyungsoo ingin memutar waktu dan kembali ke malam itu lagi. Sehingga dia bisa mengubah keadaan agar tidak berurusan dengan orang menyebalkan seperti Chanyeol.

Tapi takdir sudah di tuliskan, dia tidak mampu menolak apalagi merubahnya.

Kyungsoo harus terbiasa berinteraksi dengan Chanyeol untuk kedepannya. Semoga masalah baru tidak terjadi lagi. Mungkin itu yang Kyungsoo pikirnya.

Tapi ternyata semuanya justru di mulai dari sini. Awal dari sebuah lembaran kisah kehidupan Kyungsoo dan Chanyeol yang terjebak dalam suatu masalah yang rumit dan berujung dengan kematian.

Peristiwa berdarah yang mungkin tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran ataupun terbersit dalam hati mereka berdua.

-----------------------------------------------

Akhirnya rencana proyek mereka rampung. Dan pembangunan kafe pun sudah sampai tahap akhir. Dan selama itu pula Kyungsoo maupun Chanyeol seolah berusaha mengurangi interaksi di antara mereka. Kalaupun terpaksa mereka terlihat seperti kucing dan anjing. Tidak pernah akur, saling melempar ejekan dan sindiran.

Itu membuat Sehun, Xiumin, dan Suho hanya bisa duduk diam menonton pertengkaran mereka yang kadang hanya karena masalah sepele.

Seperti saat ini. Chanyeol dan Kyungsoo sedang berdebat tentang musik yang akan di pakai saat pembukaan kafe nanti.

"Aku rasa kita tidak harus menghamburkan banyak uang hanya untuk menyewa band dan gadis-gadis yang menari dengan pakaian kurang bahan seperti yang kau usulkan tadi. Kita Cuma butuh seorang penyanyi yang bisa menyanyikan berbagai macam lagu saja sudah cukup. "

Ucap Kyungsoo dengan mata yang menatap tajam Chanyeol.

"Kau itu terlalu 'kolot' berpikirlah seperti anak muda saat ini. Mereka tidak akan menyukai hiburan seperti itu. Cih, dasar ketinggalan jaman."

Wajah Kyungsoo memerah mendengar ucapan Chanyeol yang terdengar seperti ejekan di telinganya.

"Aku yang kolot atau kau yang mata keranjang dengan pikiran mesum. Ternyata apa yang aku dengar itu salah. Kau terlihat acuh dengan perempuan tapi sebenarnya seorang maniak berhidung belang. "

"YAKK!!!"

Chanyeol sudah mengepalkan tangannya, wajahnya merah padam mendengar kalimat tajam yang keluar dari bibir Kyungsoo.

Melihat situasi yang sudah panas Sehun, Xiumin, dan Suho pun langsung mendekati mereka berdua. Berusaha melerai jangan sampai ada adegan adu jotos di tempat ini.

"Apa kalian berdua tidak merasa lelah? Selalu saja bertengkar saat kalian bertemu."

Ujar Xiumin yang menatap Kyungsoo dan Chanyeol secara bergantian.

"Aku heran kenapa kalian berdua tidak bisa aku? "

Sambung Suho yang sedang menatap lelah keduanya.

Sedangkan Sehun hanya diam, dan berusaha menenangkan emosi Chanyeol dengan menepuk-nepuk pelan pundaknya.

"Bukan aku yang mulai."

Sanggah Kyungsoo dengan mimik wajah datar.

"Kau mau ingkar, semua tahu jika kaulah pemicunya."

Ujar Chanyeol dengan senyum mengejek yang sukses membuat Kyungsoo ingin merobek mulutnya itu.

"Bisakah kalian tidak bertengkar hanya karena masalah sepele? Pembukaan kafe tinggal empat hari lagi dan kita belum mendapatkan pengisi acara hiburan. Apa aku sudah salah karena mempercayai kalian sehingga uangku terbuang percuma?"

Semua orang terdiam mendengar ucap kekecewaan dari Suho. Terutama Chanyeol dan Kyungsoo yang saat ini tertunduk, merasa bersalah sekaligus masih marah dengan lawannya masing-masing.

"Kepalaku pusing. Terserah kalian jika ingin bertengkar atau berkelahi sekalipun, aku tidak akan peduli. Jika kurang puas, bisa ambil pisau di dapur. Aku pastikan itu sangat tajam."

Lanjut Suho yang kembali duduk di tempatnya tadi sambil memijit keningnya yang terasa berdenyut karena melihat pertengkaran di antara Kyungsoo dan Chanyeol yang tidak ada habisnya.

Kini giliran Xiumin yang memasang wajah datar dengan tatapan mata tajam.

"Aku rasa tidak perlu banyak bicara. Kalian bukan anak kecil lagi. Seperti apa yang Suho katakan, kalian boleh ambil pisau di dapur untuk tuntaskan masalah kalian yang berbelit-belit itu."

Setelah mengatakan itu Xiumin pun menyusul Suho duduk di sampingnya. Dengan pandangan mata yang tidak terlepas dari Kyungsoo dan Chanyeol.

Sehun sendiri menghela napas, dia menatap Kyungsoo dan Chanyeol bergantian.

"Duduklah jangan buat kerja keras kita selama ini sia-sia. Kita bicarakan dengan kepala dingin. Kita butuh solusi bukan emosi."

Kyungsoo merasa tertohok, benar apa yang mereka bertiga katakan. Masalahnya dengan Chanyeol seharusnya sudah dianggap selesai. Toh kini mereka berdua harus saling bekerja sama.

Dan ternyata pemikiran Kyungsoo sama dengan apa yang Chanyeol pikirkan.

Dan itu membuat mereka berdua mau duduk tenang tanpa ada aksi saling ejek dan saling sindir lagi.

"Apa ada ide untuk pengisi acara selain usul dari Chanyeol ataupun Kyungsoo tadi? " tanya Xiumin.

"Aku serahkan pada kalian saja, soal uang aku tidak keberatan asal hasilnya memuaskan." Sambung Suho.

"Apa punya ide, jika kalian setuju ini akan sangat menguntungkan selain tidak mengeluarkan banyak biaya. Ini juga bisa membuat mereka berdua mau tidak mau harus akur. "

Ucap Sehun dengan menunjuk kearah Kyungsoo dan Chanyeol yang membuat keduanya langsung menatap Sehun dengan penuh tanda tanya.

"Apa itu? "

Ucap Xiumin dan Suho secara bersamaan.

"Bagaimana kalau mereka saja yang mengisi acara hiburan. Chanyeol pandai bermain alat musik akan cocok denganmu Kyungsoo. Kau mempunyai suara Bagus, aku pernah tidak sengaja mendengarmu bersenandung. Jadi aku rasa ini pilihan yang tepat. Kita bisa menghemat biaya untuk hiburan dan mengalokasikannya pada bagian lain, bagaimana? "

"MWO TIDAK MAU."

"Bukan kau saja yang keberatan. AKU JUGA."

Usul Sehun mendapat penolakan dari Kyungsoo dan Chanyeol.

"Kalian menolak? Aku akan buat kalian berdua kesulitan. Apa kalian mau mencobanya? " ancam Suho.

"Lebih baik kalian setuju saja. Siapa tahu ada produser yang mau menerbitkan album kalian berdua." Timpal xiumin.

Sontak saja Kyungsoo memutar bola matanya dan Chanyeol mencebikkan bibirnya. Terdengar konyol bagi mereka berdua.

"Jadi kalian setuju. Aku rasa tiga hari cukup untuk berlatih melihat kemampuan kalian berdua. Tinggal kemauan dari kalian berdua untuk bekerja sama dan kompak itu saja."

Kyungsoo dan Chanyeol saling lirik lalu saling mendelik. Tetap saja aura permusuhan terasa. Apa mungkin mereka bisa akur dan bekerja sama?

-------------------------------------------------

"Sepertinya Sehun terlalu berlebihan memujimu. Kenapa sejak dari tadi nada yang kau ambil meleset terus."

Gerutu Chanyeol yang mendapat delikan tajam dari Kyungsoo.

"Katakan sekali lagi! "

Ucap Kyungsoo dengan nada datar. Dia tidak terima dengan ucapan Chanyeol yang seolah-olah mengatakan jika Kyungsoo tidak bisa menyanyi.

"Dan sepertinya telingamu juga bermasalah, sehingga aku harus mengulang ucapanku. Sungguh menggelikan bukan? "

"YAKK!!! "

Kyungsoo sudah tidak bisa membendung amarahnya lagi. Dia melemparkan kertas lirik lagu yang di pegangnya.

Dan celakanya kertas tersebut mendarat di wajah Chanyeol. Tentu saja Chanyeol langsung tersulut emosi.

"Ternyata kau memang bocah arogan yang kurang ajar."

Bruk!!!

Kyungsoo terjungkal ke belakang karena di dorong Chanyeol.

Rasa marah sudah sampai di ubun-ubun dan itu membuat Kyungsoo tidak bisa berpikir panjang.

Dia menendang tulang kering Chanyeol, sehingga sang empunya meringis kesakitan. Chanyeol sudah bersiap melayangkan tinjunya. Namun urung karena ada tangan yang menahannya.

"Wowoii kalian tidak sedang berada di arena ring tinju ya. Jadi tolong tahan emosi masing-masing. "

"Bukan urusanmu Byun Baekhyun."

Ucap Chanyeol dengan penekanan di setiap kata.

Pria yang di panggil Baekhyun itu hanya menghela napas. Dia memberi isyarat pada temannya yang berkulit Tan untuk melepaskan pegangannya pada tangan Chanyeol.

"Memang bukan urusanku tapi jika kalian berkelahi saat latihan maka itu jadi urusanku. Karena aku di tugaskan untuk mengawasi kalian berdua."

Tutur Baekhyun yang membuat Chanyeol menganga tidak percaya.

"Omong kosong macam apa ini, huh? Memang nya siapa yang memberikanmu tugas konyol seperti ini? "

Baekhyun tidak langsung menjawab tapi dia melangkah ke sudut ruangan lalu duduk di sofa yang berada di sana dengan santai.

"Siapa lagi jika bukan CEO Kim corp."

Chanyeol mendengus pelan lalu mengusap wajahnya kasar. Dia kemudian menoleh ke arah Kyungsoo yang sedang menatapnya datar.

"Suho sudah gila." Umpat Chanyeol.

"Duduklah, kalian istirahat dulu. Lalu setelah ini jangan main-main lagi. Karena setelah ini kalian harus berlatih serius. Berikan penampilan terbaik kalian. Buat pengunjung terpesona dan siapa tahu jika ada produser rekaman yang melirik kalian berdua."

"Bulshit."

Kyungsoo melangkah keluar ruangan berniat mengambil minum karena tenggorokannya terasa kering. Bernyanyi terus membuat tenggorokannya terasa kering dan panas. Dan itu yang menyebabkan Kyungsoo emosi karena ternyata Chanyeol justru tidak menghargai usahanya malah menjelek-jelekkannya.

"Seharusnya aku tidak meninggalkan semua kartu kredit dan atm ku. Mungkin aku tidak akan terjebak dengan mereka semua."

Rutuk Kyungsoo yang baru menyesali kebodohannya yang sudah meninggalkan semua kartu kredit dan atm di rumahnya. Andai dia tetap membawanya, mungkin Kyungsoo tidak harus bergantung pada Xiumin dan punya uang untuk menghidupi dirinya sendiri.

Sedang asik merutuki kebodohannya tersebut tanpa di sadari jika Chanyeol sudah berdiri di dekatnya.

"Heh, bocah egois. Mari berdamai untuk sementara waktu kita gencatan senjata. Aku tidak mau mendapat kesulitan karenamu. Karena Suho pasti akan melaksanakan ancamannya. Perusahaanku pasti akan berada dalam masalah besar."

Kyungsoo hanya menatap datar Chanyeol tanpa ada niat untuk menyahut.

Chanyeol pun di buat kesal, tapi dia berusaha meredam emosinya.

"Ayolah kita bekerja sama dulu. Lupakan semua kejadian itu. Meski kau memang tidak tahu diri karena tidak mengucapkan terima kasih sedikit pun padaku yang sudah sudi menampungmu malam itu."

Bola mata Kyungsoo membulat, ucapan Chanyeol bukannya mendinginkan Kyungsoo tapi malah membuatnya kembali memanas.

"Hahaha, maafkan aku yang terlalu terus terang. Lupakan saja ucapanku tadi. Saat ini mari berdamai, kita harus buat pertunjukan yang spektakuler."

Sambung Chanyeol dengan nada mengebu-gebu.

"Bagaimana kau setuju? "

"Terserah kau saja."

Jawaban singkat dari Kyungsoo membuat Chanyeol mengelus dada. Jangan sampai emosinya meledak kembali.

Kyungsoo pun meninggalkan Chanyeol sendiri, kembali masuk ke dalam ruangan yang menjadi tempat latihan mereka.

Chanyeol mengepalkan tangannya lalu membuat gerakan meninju-ninju ke udara karena kesal pada Kyungsoo. Tapi setelah itu dia pun segera menyusul Kyungsoo. Jangan sampai Baekhyun mengadu pada Suho.

"Jadi lagu seperti apa yang akan kalian bawakan nanti?"

Baekhyun menatap Chanyeol dan Kyungsoo secara bergantian.

Kyungsoo tidak menjawab, dia memberikan kertas yang berisi tulisan lirik lagu yang akan mereka bawakan nanti.

Dengan wajah yang di buat seserius mungkin, Baekhyun membaca tulisan tersebut. Terlihat seperti sedang berpikir lalu mengangguk pelan. Entah apa yang dia pikirkan sehingga memasang ekspresi seperti itu.

"Lagu yang Bagus. Ayo aku ingin melihat kalian mengcover lagu ini." Seru Baekhyun dengan nada gembira.

Chanyeol pun mengambil gitarnya, dan Kyungsoo dengan enggan duduk di sampingnya. Petikan jari Chanyeol di senar gitar pun membuat nada mulai mengalun, dan Kyungsoo pun mulai menyanyikan bait demi bait lirik lagu yang sudah mereka pilih.

Seolah terhanyut dalam alunan nada dan suara merdu Kyungsoo. Baekhyun dan Jongin hanya duduk diam dengan pandangan mata terpaku pada dua sosok di depan mereka. Dan tanpa sadar jika lagu telah berakhir.

"Woahhh, Bagus sekali. Dan aku rasa kalian membawakan lebih baik dari penyanyi aslinya. Aku rasa kalian bisa debut setelah ini."

Seru Baekhyun dengan mengacungkan dua jempolnya. Sedangkan Jongin bertepuk tangan dengan senyum yang merekah di bibirnya.

"Pertahankan terus seperti ini. Ternyata kalian jika akur bisa menciptakan kolaborasi yang menakjubkan. Aku yakin pengunjung akan sangat menyukainya." Puji Baekhyun.

Dan itu membuat Kyungsoo tersenyum, meski hanya berupa garis lurus di bibirnya. Sedangkan Chanyeol membuka bibirnya cukup lebar, sehingga deretan gigi putihnya terlihat.

Pemandangan yang sangat langka, melihat Chanyeol bisa tersenyum seperti itu. Sepertinya hati kedua orang ini mulai luluh. Ternyata musik bisa menyatukan keegoisan ke duanya.

"Besok kita lanjutkan lagi, semoga usaha kalian bisa menarik pengunjung kafe sebanyak-banyaknya."

-----------------------------------------------

Dan ternyata yang di katakan Baekhyun benar, pengunjung kafe seperti tersihir saat melihat penampilan mereka berdua. Pembukaan kafe berjalan sukses.

Pengunjung yang datang sangat ramai bahkan menciptakan sebuah antrian yang cukup panjang. Suho, Xiumin, dan Sehun bisa tersenyum puas. Tapi tidak bagi Kyungsoo dan Chanyeol karena setelah mereka turun dari panggung. Gadis-gadis mengerubungi mereka berdua.

Berbagai pertanyaan mereka dapatkan dari yang bersifat hanya basa-basi sampai yang sifatnya pribadi.

Setelah bisa keluar dari kerumunan mereka berdua menuju ke belakang tepatnya ruangan loker. Kyungsoo langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa kecil yang berada di sudut ruangan. Sedangkan Chanyeol duduk di bawah meluruskan kakinya. Mereka tidak pernah menyangka jika respon yang di dapat akan seantusias ini.

"Aku merasa seperti seorang artis saja." Ujar Chanyeol dengan tertawa kecil di akhir kalimat.

Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya dan bibirnya pun mengkurva. Dan sepertinya juga mereka sudah mulai melupakan masalah di antara mereka berdua.

Pintu ruangan pun tiba-tiba terbuka. Tiga orang masuk ke dalam.

"Ternyata kalian ada di sini?"

Ucap Xiumin yang melangkah menghampiri Kyungsoo dan duduk di sampingnya.

"Selamat penampilan kalian sungguh menakjubkan." Sambung Sehun mengacungkan jempol tangannya.

"Sepertinya aku akan terus memakai kalian sebagai pengisi acara hiburan tetap di kafe kita ini. "

"MWO?! "

Ucap serempak Kyungsoo dan Chanyeol dengan mata membola. Dan sedetik kemudian suara gelak tawa pun terdengar.

-----------------------------------------------

D

ari hari ke hari kafe mereka semakin ramai pengunjung. Dan sesuai dugaan kebanyakan dari pengunjung datang itu hanya untuk melihat penampilan Kyungsoo dan Chanyeol. Dan itu membuat keduanya terpaksa harus tampil menghibur pengunjung meski itu tidak tiap hari karena permintaan Chanyeol yang harus mengurus bisnis peninggalan orang tuanya.

Kyungsoo sendiri sebenarnya lebih memilih berada di dapur sebagai koki daripada harus tampil di panggung lagi. Namun dia tidak bisa menolak, tidak ada pilihan baginya. Kyungsoo butuh uang dan itu adalah pilihan yang di tawarkan Suho padanya. Selain membantu mengurus kafe karena hanya Kyungsoo yang tidak punya pekerjaan lain.

Dan Suho sendiri yang meminta Kyungsoo sebagai penanggung jawab kafe setelah mendapat persetujuan tentunya dari yang lain. Dengan begitu Kyungsoo menjadi sangat sibuk, bahkan dia hampir lupa dengan masalah pribadinya. Dia tidak lagi menghubungi adiknya, meski hanya untuk memberinya kabar.

Kyungsoo seakan sudah putus hubungan dengan keluarganya. Dia seakan lupa masa lalunya, dan mulai membuka lembaran baru buku kehidupannya.

----------------------------------------

Hari ini Kyungsoo sedang duduk sendiri di dalam kafe. Suasana malam ini terasa sepi, setelah kafe tutup Kyungsoo memilih duduk sejenak di dalam kafe yang lampunya sudah sebagian di matikan.

Dia duduk merenung di sudut kafe yang gelap, tiba-tiba saja Kyungsoo teringat kembali dengan keluarganya. Ada segores luka di hatinya. Sebagai anak laki-laki satu-satunya di dalam keluarga, Kyungsoo menjadi tumpuan harapan orang tuanya. Dan sudah sepatunya dialah yang akan meneruskan bisnis orang tuanya nanti. Tapi Kyungsoo pun punya cita-cita sendiri. Dia ingin meraih apa yang dia impikan.

Tapi saat ini semuanya kandas, tak ada satu pun yang bisa dia raih. Kyungsoo seperti sudah melepaskan yang tidak seharusnya dia lepaskan. Perlahan Kyungsoo menenggelamkan wajah di kedua tangannya yang berada di atas meja.

"Kau belum pulang? "

Satu suara membuat Kyungsoo mengangkat wajahnya. Dia pun melihat wajah Chanyeol di terangnya lampu yang temaram.

Chanyeol pun duduk di kursi di depan Kyungsoo.

"Pulanglah, kau butuh istirahat."

Kyungsoo kembali menenggelamkan wajahnya dan mengabaikan pertanyaan Chanyeol. Hubungan mereka sudah jauh membaik. Tapi tetap Kyungsoo seolah menjaga jarak dengan Chanyeol.

"Apa kau merasa canggung dengan tunangan Xiumin hyung karena dia menginap di sana?"

Kyungsoo kembali mengangkat wajahnya. Menatap datar Chanyeol.

"Kalau kau tahu jawabannya, kenapa masih bertanya?"

Jawab Kyungsoo ketus dan langsung meninggalkan Chanyeol. Sedangkan Chanyeol menghela napas.

"Dasar bocah egois tidak tahu diri." Gerutu Chanyeol yang kesal karena jawaban Kyungsoo barusan.

Chanyeol pun melangkah keluar dari kafe, awalnya dia berniat untuk melihat keadaan kafe dan bertemu dengan Kyungsoo. Untuk bisa lebih akrab lagi dengannya, karena Chanyeol merasa Kyungsoo itu sangat kesepian apalagi setelah mendengar cerita dari Xiumin tentang kisah hidupnya yang berada di bawah tekanan ayahnya.

Tapi sepertinya tidak mudah bagi Chanyeol untuk bisa mendekati Kyungsoo. Sudah sangat beruntung mereka tidak lagi bertengkar seperti dulu. Dan rasa penasaran Chanyeol membuatnya ingin mengenal Kyungsoo lebih dalam. Karena Chanyeol merasa mereka punya banyak kemiripan.

Malam ini Kyungsoo enggan pulang ke apartemen Xiumin. Dia tidak ingin menjadi nyamuk, yang hanya bisa diam seperti orang bodoh melihat Xiumin dan tunangannya saat sedang berduaan. Meskipun Kyungsoo bisa saja mengunci diri di dalam kamar, tetap itu membuatnya tidak nyaman.

"Apa aku harus mencari tempat tinggal baru?"

Ujar Kyungsoo pelan, saat ini dia sedang menyetir. Lalu lintas masih saja padat padahal hari sudah menjelang tengah malam. Mobil ini hasil tabungan Kyungsoo jadi dia membawanya saat keluar dari rumah.

Seharusnya Kyungsoo tidak melamun saat menyetir karena akan sangat berbahaya. Tapi pikirannya sedang kacau yang membuat Kyungsoo tidak fokus pada jalanan dan akhirnya dia menabrak mobil di depannya karena kaget mobil tersebut tiba-tiba berhenti. Padahal memang salah Kyungsoo sendiri yang tidak memperhatikan rambu-rambu. Dia sedang berada di kawasan lampu merah yang saat ini sedang menyala.

"Argh!!!"

Kyungsoo memukul setir dengan kesal dan menyesal karena tidak berkonsentrasi saat menyetir. Kyungsoo di pastikan akan mendapat masalah karena saat ini pengendara mobil di depannya memberi tanda untuk menepi.

Kyungsoo pun menepikan mobilnya, lalu keluar dari dalam mobil dan bersiap menghadapi amukan sang pemilik mobil yang di tabraknya karena bumper belakangnya penyok.

"Apa kau bisa menyetir? Lihat bumper mobilku.. KYUNGSOO? Kenapa kau masih berkeliaran, padahal hari sudah semakin malam?"

Sehun menatap kaget orang yang menabrak mobilnya. Ternyata orang tersebut adalah Kyungsoo.

Begitu pula dengan Kyungsoo yang kaget dan tidak menyangka jika pemilik mobil yang di tabraknya itu adalah Sehun.

Dan Kyungsoo memilih untuk diam di bandingkan dengan menjawab pertanyaan Sehun.

"Ahh, bumper mobil baruku."

Sehun merapati bumper mobil barunya yang penyok. Dan bisa di pastikan jika biaya perbaikannya butuh biaya cukup mahal. Mengingat itu adalah mobil keluaran terbaru.

"Maafkan aku tidak sengaja."

Ucap Kyungsoo dengan penuh penyesalan yang membuat Sehun menghela napas karena urung memarahi orang yang sudah membuat bumper mobilnya penyok.

"Sudahlah, besok aku akan bawa ke bengkel. Tapi lain kali kau harus hati-hati karena bisa membahayakan orang lain dan juga dirimu sendiri."

Kyungsoo mengangguk pelan.

"Kau tidak ingin pulang?"

Melihat reaksi Kyungsoo yang hanya diam membisu, Sehun pun menduga jika Kyungsoo memang tidak berencana untuk pulang.

"Ikutlah ke apartemenku, kau bisa bermalam di sana. Malam ini aku tidak sedang ingin ke klub."

Sehun pun masuk ke dalam mobil, begitu pula dengan Kyungsoo. Dan mobil mereka pun melaju secara beriringan.

Tak butuh waktu lama mereka untuk sampai di apartemen milik Sehun karena letaknya yang berada di pusat kota.

"Masuklah. Kau bisa pilih tidur di manapun terkecuali kamarku. Karena aku lebih suka tidur di temani seorang gadis cantik."

Kyungsoo mendengus pelan mendengar kalimat akhir yang Sehun ucapkan. Tapi setidaknya Kyungsoo bersyukur karena insiden tadi dia bukannya mendapatkan masalah malah mendapatkan tempat untuk tidur.

"Tidurlah, besok kau boleh cuti dulu. Karena aku melihat jika kau tidak akan bisa berkonsentrasi nantinya."

Sehun pun masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan Kyungsoo yang masih berada di ruang tamu.

Apartemen Sehun termasuk apartemen yang mewah dengan perabotan lengkap dan terdapat banyak kamar di dalamnya. Tapi di apartemen sebesar ini Sehun tinggal seorang diri.

Kyungsoo pun berjalan menuju salah satu kamar. Tubuhnya terasa begitu lelah. Dan mungkin dengan tidur pikirannya akan kembali tenang.

Karena lelah Kyungsoo pun cepat memasuki alam mimpinya. Suara dengkuran halus pun menjadi pengiring malam yang sunyi ini. Sampai akhirnya sang Surya menampakkan sinarnya. Kyungsoo baru membuka kedua matanya.

Dia sedikit terkejut karena mendapati dirinya yang berada di ruangan asing. Tapi satu menit kemudian Kyungsoo baru ingat kejadian semalam. Dia pun segera menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Karena tidak membawa baju ganti, Kyungsoo terpaksa memakai kembali bajunya.

Dan Kyungsoo tidak menduga saat keluar dari kamar. Sehun sudah bangun dan sepertinya dia juga sudah mandi.

"Sepertinya tidurmu nyenyak sekali. Ayo sarapan, maaf jika aku hanya bisa menyediakan sarapan roti seperti ini. Aku tidak suka memasak."

Ujar Sehun yang sudah terlebih dahulu duduk di kursi menghadap ke meja makan. Kyungsoo pun duduk di kursi dekat Sehun.

"Makanlah. Ini bisa mengganjal perutmu."

Kyungsoo pun mulai memakan roti yang sebelumnya sudah di olesi selai.

Roti nya tinggal sedikit saat Sehun bebicara yang membuat Kyungsoo berhenti mengunyah.

"Kuharap kau dan Chanyeol akan terus akur. Karena kalian berdua punya banyak kesamaan. Kau harus tahu jika Chanyeol itu terlihat tegar di luar namun rapuh di dalam."

Sehun menarik napas mengambil jeda sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Chanyeol pernah mengalami sebuah kecelakaan hebat yang membuatnya harus menjadi yatim piatu di usianya yang masih sangat kecil. Dia di besarkan oleh sang nenek. Sebenarnya Chanyeol itu pribadi yang ceria penuh canda tawa. Tapi sejak orang yang dia suka menikah, Chanyeol menjadi seperti sekarang ini. Di tambah dengan tekanan neneknya yang terus memintanya untuk segera menikah dengan gadis pilihannya."

Kyungsoo tertegun mendengar penuturan Sehun. Dia tidak menyangka jika hidup Chanyeol ternyata seberat itu. Dan memang ada banyak persamaan di antara mereka berdua. Sama-sama merasa kesepian dan mendapat tekanan.

"Aishh, kenapa aku menceritakan semua itu padamu."

Sehun merutuki dirinya sendiri yang sudah menceritakan kehidupan Chanyeol. Karena seharusnya yang berhak menceritakannya adalah Chanyeol sendiri. Tapi sudah terlanjur juga.

"Tapi buat apa kau menceritakan semua itu padaku?"

Sehun ingin sekali rasanya melayangkan tinju ke wajah Kyungsoo saat mendengar ucapannya tersebut. Ternyata dia merasakan juga mulut tajam Kyungsoo yang menyebalkan. Tapi Sehun mencoba lebih bersabar, karena dia tahu jika Kyungsoo memang seperti itu.

"Aku memang tidak bermaksud menceritakan semua itu padamu, tapi mulutku ini terasa gatal ingin mengatakannya. Sehingga kau bisa lebih akrab dengan Chanyeol. Tidak ada ruginya bukan jika kalian bisa akrab?"

Sehun pun menyudahi ucapannya dan beranjak meninggalkan meja makan. Dia harus bergegas untuk pergi ke kantor. Sedangkan Kyungsoo masih terdiam, mencoba mencerna setiap kalimat yang Sehun ucapkan.

Lalu diapun bangkit dan sebagai ucapan terima kasih pada Sehun, Kyungsoo pun membereskan meja makan dan mencuci piring kotornya.

"Apa kau mau kembali ke apartemen Xiumin hyung?"

"Sepertinya aku akan mencari tempat tinggal baru karena tidak mau merepotkannya lagi."

Sehun menaikkan sebelah alisnya, karena dia tahu ada alasan lain yang membuat Kyungsoo enggan kembali ke apartemen Xiumin. Yaitu keberadaan tunangan Xiumin.

"Kau tidak perlu repot-repot mencari tempat tinggal. Pakailah salah satu kamar di sini, aku tidak keberatan. Lagi pula aku merasa senang ada teman bicara saat pulang ke apartemen. Jangan banyak berpikir, simpan saja uangmu untuk biaya kuliah. Bukankah kau memang ingin melanjutkan kuliahmu lagi?"

Belum sempat Kyungsoo menjawab Sehun sudah terlebih dahulu keluar dari apartemen. Sejujurnya Kyungsoo juga heran kenapa Sehun bisa tahu keinginannya. Apakah Sehun mengetahui jika Kyungsoo canggung pada tunangan Xiumin?

Akhirnya Kyungsoo kembali ke apartemen Xiumin untuk membereskan barang-barangnya dan tentu saja berpamitan dengannya.

Saat tiba di apartemen Xiumin, Kyungsoo pun mengutarakan keinginannya untuk pindah yang membuat Xiumin kaget karena ini secara tiba-tiba. Tapi Xiumin pun tidak bisa menghalangi kemauan Kyungsoo. Apalagi dia tahu jika Kyungsoo merasa tidak enak dan canggung terhadap tunangannya.

Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan Kyungsoo pun meninggalkan apartemen Xiumin dengan membawa kopernya. Sehun sendiri sudah memberitahu password apartemen sehingga Kyungsoo bisa langsung masuk ke dalam.

Kyungsoo hanya pulang ke apartemen Sehun untuk menyimpan kopernya saja. Setelah itu dia pergi jalan-jalan di taman hanya untuk menyegarkan pikirannya.

Taman kota ini cukup ramai dengan banyak anak-anak yang sedang bermain. Kyungsoo pun memilih duduk di sebuah bangku di bawah pohon. Menatap ke arah anak-anak yang sedang asik bermain.

"Andai waktu bisa di putar kembali. Aku ingin kembali ke masa anak-anak, tapi menjadi dewasa bukan pilihan melainkan takdir yang harus di jalani."

Gumam pelan Kyungsoo. Dia merindukan masa kanak-kanaknya dulu yang penuh canda tawa tanpa ada beban pikiran. Tanpa di sadari Kyungsoo pun menatap ponsel nya. Dimana wallpaper ponselnya masih sama seperti dulu. Foto dia bersama dengan adik perempuannya.

Kyungsoo ingin sekali mendengar suara adiknya lagi. Tapi dia mengurungkan niat untuk menghubunginya. Ego Kyungsoo terlalu besar.

Mata Kyungsoo pun kembali memperhatikan anak-anak tadi, dia melihat ada seorang anak yang berjalan ke arah jalan Raya. Sepertinya dia berniat menyeberang.

Kyungsoo pun langsung bangkit dan berlari, dia menghampiri anak tersebut. Berusaha secepat mungkin menyelamatkan anak tersebut sebelum tertabrak mobil yang melaju kencang ke arahnya.

"Yakk, ke mana orang tuanya."

Ujar Kyungsoo setelah berhasil meraih tubuh anak tersebut dan membawanya ke pinggir jalan. Dan anak itu malah menangis.

"Hyung, aku mau es krim itu."

Ucapnya di sela tangisan dan menunjuk ke seberang. Di sana ada penjual es krim.

Kyungsoo menghembus napas kasar. Anak kecil memang berpikiran sederhana, mereka hanya tahu jika apa yang mereka inginkan harus mereka dapatkan dan tidak memikirkan bahaya.

"Aku akan membelikannya untukmu. Jadi kembalilah bermain bersama teman-temanmu."

Anak itu mengangguk tanda mengerti. Kyungsoo sudah melangkah kakinya tapi terhenti kembali saat anak itu memegang ujung bajunya.

"Hyung, aku mau rasa coklat dan vanila. Bisakah kau membelikan untuk teman-temanku juga?"

Kyungsoo memutar bola matanya lalu mengangguk tanda setuju.

Lalu Kyungsoo pun menyeberang membeli sekitar sepuluh buah es krim dengan rasa berbeda dan tentu saja ada rasa pesanan anak tadi. Saat Kyungsoo sudah melangkahkan kaki untuk menyeberang kembali, dari arah kiri datang mobil berkecepatan tinggi menuju ke arahnya.

Kyungsoo yang merasa kaget tidak sempat menghindar jarak tubuhnya dengan mobil tinggal beberapa meter saja. Dan Kyungsoo sudah membayangkan jika tubuhnya pasti akan terpental ke aspal yang keras.

Namun ada satu tangan yang menariknya, sehingga Kyungsoo pun terhindar dari mobil tersebut.

"YAKK, KAU SUDAH BOSAN HIDUP?!"

Kyungsoo masih membeku, dia belum bisa menyadari apa yang terjadi. Bahkan plastik yang berisi es krim di tangannya jatuh ke bawah.

Chanyeol menatap Kyungsoo penuh marah. Karena menyangka Kyungsoo ceroboh dan hampir saja membuat dirinya sendiri celaka.

"Sudah egois, kurang ajar, ceroboh lagi."

Ucap Chanyeol lagi yang kali ini membuat Kyungsoo memicingkan matanya, menatap tajam Chanyeol.

"Dua kali aku menyelamatkanmu. Jika kau ingin membayarnya, tunggu saat aku minta."

Sambung ketus Chanyeol dan Kyungsoo semakin menatap tajam ke arahnya. Chanyeol menduga jika mulut tajam Kyungsoo akan segera mengeluarkan kata-kata dahsyatnya.

Tapi Chanyeol salah karena Kyungsoo mengatakan sesuatu yang membuatnya menganga tidak percaya.

"Terima kasih. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika saja kau tidak menarik tanganku tadi."

Kyungsoo pun memungut plastik es krim yang jatuh di dekat kakinya. Beruntung isinya tidak tercecer. Lalu dia kembali menyeberang menuju tempat anak tadi bermain.

Chanyeol hanya bisa menatap Kyungsoo dengan tatapan bingung dan tidak percaya.

"Aku tidak sedang bermimpi kan? Apa otaknya sedang konslet ya?"

Gumam Chanyeol menepuk-nepuk pipinya. Lalu seulas senyum tercipta di bibir Chanyeol. Dengan gembira melangkah mendekati Kyungsoo yang sedang membagikan es krim pada anak-anak itu.

"Untukku?"

Sekali lagi Chanyeol terkejut dengan sikap Kyungsoo. Di terimanya es krim yang Kyungsoo berikan.

Mereka duduk sambil melihat anak-anak itu bermain. Diam-diam Chanyeol mencuri pandang melihat wajah Kyungsoo yang sedang memakan es krim. Jauh berbeda dari biasanya. Ada ketenangan dan cahaya kebahagiaan tersirat di sana. Bahkan Kyungsoo tersenyum melihat tingkah anak-anak tersebut.

Dan tanpa sadar Chanyeol pun ikut tersenyum. Hatinya menghangat.

Dan sejak saat itu Chanyeol dan Kyungsoo menjadi akrab. Mereka tidak lagi bertengkar, meski masih saja sering beradu mulut. Tapi selalu berakhir suara tawa. Itu membuat Sehun, Xiumin, dan Suho senang sekaligus penasaran. Bagaimana tokoh kucing dan anjing di kafe mereka bisa seakur ini.

Dan satu lagi, Chanyeol telah kembali seperti dulu lagi. Ceria sebagai si happy virus. Begitu pula dengan Kyungsoo, dia menjadi sedikit ramah dan lebih bersahabat. Ternyata kebersamaan mereka membuat diri mereka masing-masing bisa menemukan sedikit kebahagiaan.

----------------------------------------

Chanyeol memperhatikan Kyungsoo yang murung. Hari ini mereka sudah mengisi hiburan kembali di kafe. Tapi dari sejak bertemu Kyungsoo terlihat murung dan tidak banyak bicara.

Seperti saat ini, Chanyeol ingin menyapa Kyungsoo yang sudah selesai ganti baju. Tapi urung karena Kyungsoo tiba-tiba mengambil ponselnya yang berbunyi.

Chanyeol terus memperhatikan Kyungsoo diam-diam yang sedang menelepon seseorang. Raut wajah Kyungsoo terlihat cemas dan bingung. Chanyeol semakin penasaran apa yang terjadi dengannya.

Sampai kafe tutup pun Kyungsoo masih terlihat murung dan tidak banyak bicara. Dan Kyungsoo memilih duduk di sudut kafe yang gelap.

"Ayo pulang. Aku antar, kau tidak membawa mobil hari ini?"

Kyungsoo hanya menoleh sebentar pada Chanyeol. Lalu dia kembali diam. Chanyeol pun duduk di samping Kyungsoo.

"Apa ada yang terjadi?"

Kyungsoo menghela napas panjang.

"Ayahku jatuh sakit. Dan saat ini dia berada di Rumah Sakit."

Chanyeol tercengang mendengar berita itu. Jadi ini yang membuat Kyungsoo murung seharian. Dia tahu jika Kyungsoo dan ayahnya tidak akur.

"Pulanglah, mereka pasti menunggu kepulanganmu."

"Tapi-"

"Lupakan semua yang terjadi di antara kalian. Ayahmu sangat membutuhkanmu."

"Kau benar. Terima kasih."

-------------------------------------

Dua minggu sudah Kyungsoo pulang ke rumah orang tuanya. Dan selama itu juga Chanyeol merasa kehilangan.

Kafe ini terasa sepi tanpa kehadiran Kyungsoo. Chanyeol rindu mendengar omelan Kyungsoo pada pegawai yang kerjanya kurang baik.

Karena merasa kesepian tidak ada lagi teman yang bisa di ajak bercanda, meski kadang Kyungsoo marah karena candaannya. Chanyeol pun memutuskan kembali mengunjungi klub.

Dan satu kejutan yang dia dapatkan di sana.

Chanyeol masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Bahkan Chanyeol menggosok matanya. Dia sedang menonton perkelahian di dalam klub.

Dan di sana Kyungsoo yang sedang menghajar seseorang. Alangkah terkejutnya Chanyeol saat tahu siapa yang Kyungsoo hajar.

"KYUNGSOO HENTIKAN!!!"

Chanyeol memegang tangan Kyungsoo yang sudah melayang di udara.

"Ada apa dengan kalian berdua?"

Kyungsoo menghempaskan kasar tangan Chanyeol. Dia menatap Chanyeol kaget namun sedetik kemudian berubah jadi tatapan penuh kebencian.

"Apa kau mau membela bajingan ini?"

Jari telunjuk Kyungsoo terarah lurus ke arah wajah pria yang masih dalam keadaan jatuh di lantai.

Chanyeol yang memang tidak tahu duduk masalah memilih untuk diam dan membantu pria tadi yang tidak lain adalah Jongin.

Pipi kiri Jongin lebam dengan sudut bibir terluka yang mengeluarkan darah.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian berdua. Tapi bisakah kita bicarakan baik-baik tanpa ada perkelahian? "

Chanyeol yang biasanya temperamental berubah menjadi bijaksana.

Dada Kyungsoo masih naik turun, amarahnya masih di ubun-ubun. Dia pun kemudian menoleh ke arah dua orang gadis muda yang berdiri dengan wajah ketakutan.

"PULANG!!! JANGAN PERNAH TEMUI BAJINGAN INI LAGI."

Mereka berdua mengangguk pelan, wajah mereka masih terlihat ketakutan saat mereka melangkah ke luar dengan tergesa-gesa.

Chanyeol semakin bertanya-tanya siapa dua gadis itu dan apa hubungannya dengan Kyungsoo?

"Jongin sebenarnya ada apa ini?"

Jongin meringis, dia mengusap sudut bibirnya yang terluka dengan ibu jari.

"Tanyakan padanya, kenapa dia tiba-tiba memukulku tanpa ampun?"

Chanyeol kembali menatap Kyungsoo.

"Kyung, kenapa kau memukul Jongin seperti ini?"

Kyungsoo masih menatap tajam Jongin dengan tatapan penuh kemarahan. Sedangkan Jongin sendiri masih memegang bibirnya yang terluka. Chanyeol membantu Jongin untuk duduk di salah satu kursi yang berada di sudut ruangan.

Orang-orang yang tadi sempat berkumpul akhirnya membubarkan diri.

Kyungsoo sendiri duduk di depan meja bar dan memesan minuman yang sudah pasti akan membuatnya terkapar pingsan seperti dulu. Karena rasa marah yang membuat Kyungsoo berbuat seperti itu.

"Kau tidak apa-apa?"

Tanya Chanyeol pada Jongin yang masih meringis kesakitan.

"Sial, aku tidak menyangka pukulannya bisa sekeras itu."

Umpat Jongin seolah-olah berbicara pada dirinya sendiri. Mata Chanyeol kemudian beralih pada Kyungsoo yang sudah menghabiskan satu gelas besar penuh bir.

"Bocah itu."

Ucap Chanyeol dengan rasa gereget melihat Kyungsoo yang sekarang sudah terlihat oleng. Dan Chanyeol pun segera menghampirinya.

"Kau ini bodoh atau bagaimana, kenapa masih saja minum kalau sudah tahu tidak kuat? "

Hardik Chanyeol pada Kyungsoo yang sudah teler dan mulai kehilangan kesadarannya.

"Aishh, merepotkan saja."

Chanyeol pun terpaksa memapah Kyungsoo yang sudah setengah sadar ke luar dari klub. Tapi sebelumnya dia menoleh ke arah Jongin yang sedang menatapnya dengan tatapan malas.

"Kau punya hutang penjelasan padaku. Besok baru kita bicarakan lagi."

Setelah itu Chanyeol pun bergegas keluar, tapi di ambang pintu dia bertabrakan dengan seseorang yang Chanyeol yakin pernah bertemu dengannya tapi dia lupa dimana.

Satu kejadian yang tak pernah Chanyeol ketahui sampai akhir nanti jika malam ini orang sudah di tabraknya tadi adalah orang yang akan menciptakan masalah besar dalam hidupnya.

Jongin masih terus memegang bagian wajahnya yang lebam. Sesekali dia meringis kesakitan.

"Sial, aku tidak menyangka jika gadis itu adiknya Kyungsoo." Rutuk Jongin.

"Sepertinya kau habis di permalukan. Menyedihkan."

Jongin menatap tajam orang yang sudah mengatakan kalimat ini. Dia berdiri tidak jauh darinya.

"Bukan urusanmu."

Ucap Jongin ketus, tapi orang ini hanya tertawa miring mendengar ucapan Jongin. Dia melangkah mendekati Jongin, lalu duduk di sampingnya.

"Harga dirimu terluka bukan di perlakukan seperti ini di hadapan orang banyak? Apa kau tidak berniat membalasnya? "

"Sudah aku katakan bukan urusanmu! "

"Aku bisa membantumu jika kau menyetujuinya."

Jongin menoleh ke arah orang itu yang tersenyum miring padanya. Dan orang itu pun seperti tahu jika Jongin sedang ragu dengan ucapannya.

"Bekerja samalah denganku. Aku pastikan jika kau bisa melihatnya menangis darah dan hancur."

Jongin pun menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya dia menyetujui ucapan orang ini.

Jongin pun menyeringai membayang apa yang akan terjadi nanti.

-------------------------------

Chanyeol membawa Kyungsoo pulang ke apartemennya. Kali ini beruntung Kyungsoo tidak muntah seperti dulu. Dia hanya meracau tidak jelas. Tapi Chanyeol sedikitnya tahu jika Kyungsoo marah terhadap Jongin karena adik perempuannya. Meski Chanyeol tidak tahu pasti apa penyebabnya.

"Dasar bodoh. Sifatmu saja yang keras kepala tapi nyatanya kau itu rapuh."

Ucap Chanyeol yang sedang memandang wajah Kyungsoo. Dia tertidur lelap di atas tempat tidur. Dan Chanyeol pun akhirnya berbaring di samping Kyungsoo, mulai memejamkan matanya dalam sekejap suara dengkuran halus pun menjadi musik pengiring malam di kamar Chanyeol.

Begitu sulit mengorek informasi dari Kyungsoo atas apa yang terjadinya dengan Jongin di klub. Tapi karena kegigihan Chanyeol akhirnya Kyungsoo pun buka mulut.

Jika dia benar-benar marah saat tahu Jongin sudah mempermainkan adiknya. Dan hampir saja merengut kesucian adiknya itu. Kakak mana yang tak akan marah saat adiknya di perlakukan seperti itu.

Kyungsoo yang sedang merasa tertekan karena ayahnya yang jatuh sakit menjadi sangat gampang tersulut emosi. Itulah yang menyebabkan Kyungsoo bertindak anarkis.

Chanyeol tidak bisa berkata banyak karena dia belum mendengar penjelasan dari Jongin. Tapi Chanyeol yakin jika memang Jongin yang bersalah.

"Aku mau mengambil barangku di apartemen Sehun sepertinya aku sudah tidak bisa tinggal di sana lagi."

Ucap Kyungsoo yang sedang memakai sepatunya. Beruntung jika Chanyeol masih menyimpan pakaiannya tempo hati, sehingga Kyungsoo bisa memakai pakaian ganti.

"Aku ikut denganmu, sudah tiga hari Sehun tidak bisa di hubungi. Entah apa yang dia lakukan."

Mereka pun pergi menuju apartemen Sehun. Dan karena Kyungsoo tahu password apartemennya jadi mereka dengan mudah bisa masuk ke dalam.

Kyungsoo langsung masuk ke dalam kamar yang dia tempati untuk membereskan barang-barangnya. Sehun sudah Kyungsoo hubungi beberapa hari yang lalu, jadi Kyungsoo tidak harus memberitahunya lagi.

Chanyeol pun berkeliling di dalam apartemen Sehun, tapi dia mendengar suara-suara aneh dari kamar Sehun. Dan karena Chanyeol seorang yang tidak bisa membendung rasa penasarannya. Chanyeol pun mengintip ke dalam kamar Sehun.

"Sial!! Siapa lagi gadis yang di bawa pulangnya?"

Umpat Chanyeol yang langsung memutar badannya meninggalkan kamar Sehun secepat mungkin. Dia merasa muak setelah melihat pemandangan di dalam kamar Sehun tadi.

"Kau sudah selesai?"

Tanya Chanyeol pada Kyungsoo yang di jawabnya dengan anggukan kepala. Kyungsoo yang sudah selesai dengan barang-barangnya dan berniat keluar kamar tapi heran karena melihat wajah aneh Chanyeol.

"Ada apa dengan wajahmu? "

"Bukan apa-apa dan sebaiknya kau tidak perlu tahu apa yang aku lihat."

Kyungsoo menautkan kedua alisnya. Ucapan Chanyeol justru membuatnya ingin tahu apa yang sudah Chanyeol lihat.

"Cepat kita pergi dari sini sebelum mereka menyadari kehadiran kita di sini."

"Mereka?"

Chanyeol menghela napas sebelum berbicara kembali.

"Sehun dan perempuan yang ada di dalam kamarnya."

"Jadi Sehun ada di sini?"

"Sudahlah, cepat kita pergi dari sini. Kau tidak berniat untuk tahu apa yang sedang mereka lakukan bukan?'

Mendengar pertanyaan Chanyeol membuat Kyungsoo memasang wajah datar dengan sorot mata tajam.

Tak ingin ada perdebatan Chanyeol memilih untuk melangkah keluar terlebih dahulu. Dan tidak berapa lama Kyungsoo pun menyusulnya.

"Kau akan pulang ke rumah? Dan tidak akan bekerja di kafe lagi?"

Tanya Chanyeol pada Kyungsoo, saat ini mereka sedang berada di dalam mobil Chanyeol menuju ke rumah Kyungsoo. Chanyeol sendiri yabg menyetir mobil.

"Mungkin aku hanya akan datang berkunjung sesekali. Aku sudah membicarakan ini pada Suho dan Xiumin hyung."

Chanyeol melirik Kyungsoo sebentar lalu kembali fokus pada jalanan. Dia bisa melihat jika Kyungsoo sedang memendam beban berat. Tapi Chanyeol enggan bertanya padanya. Kyungsoo mungkin butuh waktu sendiri untuk menyelesaikan semua masalahnya.

Mobil pun berhenti di depan pintu gerbang rumah Kyungsoo. Meski kyungsoo sudah menawarinya masuk, Chanyeol tetap menolak. Karena dia yakin Kyungsoo saat ini sedang ingin sendiri. Ayahnya masih berada di rumah sakit. Rumah ini pun pasti kosong.

---------------------------------

Kafe kini di bawah pengawasan Baekhyun. Meski tidak sebaik Kyungsoo tapi Baekhyun bisa mengurus semuanya cukup baik.

Hanya saja banyak yang menanyakan di mana Kyungsoo karena sudah lama dia tidak menghibur pengunjung kafe. Begitu pula dengan Chanyeol yang sudah sangat jarang mengunjungi kafe semenjak Kyungsoo tidak ada di sana.

Selama dua bulan Kyungsoo tidak pernah mengunjungi kafe. Dia bahkan sangat sulit untuk di hubungi. Hanya beberapa kali mengirim pesan pada Xiumin yang mengatakan jika kesehatan ayahnya sudah membaik tapi keadaan restorannya yang memburuk.

Suatu masalah menimpa restoran milik keluarga Kyungsoo.

Chanyeol sendiri ingin sekali menemui Kyungsoo. Entah mengapa sejak dia dengan Kyungsoo, Chanyeol merasa dunia nya telah kembali. Rasa nyaman dan kehangatan keluarga bisa Chanyeol dapatkan. Dan sekarang semuanya menjadi hampa kembali.

Begitu aneh. Iya sangat aneh karena Kyungsoo itu hanya teman baginya. Tapi seperti membawa perubahan dalam hidup Chanyeol.

Semakin lama Chanyeol semakin merindukan sosok Kyungsoo. Segala hal yang ada pada diri Kyungsoo membuat Chanyeol ingin berada di dekatnya.

"Perasaan apa ini? Aku bisa gila."

Pekik Chanyeol yang menjambak rambutnya sendiri. Wajahnya sudah terlihat sangat kusut. Chanyeol benci mengakui jika dia merasa banyak persamaan diantara dirinya dan Kyungsoo. Chanyeol seperti menemukan sosok dirinya dalam versi lain. Dan di balik itu semua, Chanyeol tetap tidak mau mengakui jika dia sudah cocok dengan Kyungsoo yang mulai menganggapnya sebagai saudara.

"Aishh, kenapa aku harus mencemaskan bocah egois itu."

Rutuk chanyeol yang tiba-tiba merasa cemas dengan keadaan Kyungsoo. Seolah-olah ada suatu firasat buruk tentangnya. Chanyeol pun memilih keluar apartemen untuk mencari udara segar. Mungkin dengan begitu otaknya kembali dingin.

Mungkin memang benar sudah tercipta satu ikatan batin antara Chanyeol dan Kyungsoo. Karena saat ini Chanyeol melihat Kyungsoo sendang kewalahan menghadapi lima orang sekaligus yang berkelahi dengannya.

"KYUNGSOO AWAS!!!"

Brugh!!!

Terlambat, tubuh Kyungsoo ambruk. Seorang lawannya memukul belakang kepala Kyungsoo dengan sebuah balok kayu. Membuat kepala Kyungsoo berlumuran darah.

Chanyeol berhambur ke arah Kyungsoo. Dia merengkuh tubuh Kyungsoo yang lemas karena kehilangan kesadarannya.

"Kyung-kyungsoo ireona!"

Chanyeol menepuk-nepuk pelan pipi Kyungsoo. Wajah Chanyeol sudah panik melihat Kyungsoo yang tak sadarkan diri dengan kepala mengeluarkan darah.

"KALIAN AKAN MEMBAYARNYA JIKA TERJADI SESUATU DENGAN KYUNGSOO."

Tidak ada yang menjawab karena mereka semua lari. Keributan tadi mengundang perhatian banyak orang. Chanyeol memeluk tubuh Kyungsoo. Baju Chanyeol sudah kotor dengan darah Kyungsoo. Dan beruntung ada orang baik yang memanggil ambulans sehingga Kyungsoo bisa langsung di bawa ke rumah sakit.

Terhitung tiga hari sudah Chanyeol menemani Kyungsoo di rumah sakit. Selama itu juga dia sudah bertemu dengan keluarga Kyungsoo. Dan anehnya Kyungsoo mengatakan jika dia seperti ini karena bertengkar dengan preman padahal jelas-jelas Chanyeol mengenali salah satu dari mereka. Tapi Kyungsoo seakan menyembunyikan kebenaran tersebut.

"Kenapa kau harus berbohong?"

Tanya Chanyeol pada Kyungsoo, saat ini mereka hanya berdua saja di dalam ruangan.

"Aku tidak mau ayah dan ibuku cemas karena mengetahui hal yang sebenarnya."

"Jadi apa itu ada hubungannya dengan Hyuk Jae?"

Kyungsoo mengangguk "Dia yang sudah menyebabkan krisis di restoran kami. Aku hanya meminta penjelasan darinya. Ternyata dia dendam padaku karena masalah di kasino dulu."

"Aku akan bantu menyelesaikan masalahmu. "

Kyungsoo tersenyum sekilas mendengar ucapan Chanyeol.

Dan benar saja Chanyeol mulai menyelidiki siapa itu Lee Hyuk Jae. Setelah tahu, Chanyeol pun mulai melancarkan aksinya. Dia memboikot suplier untuk perusahaan milik Hyuk Jae. Dampaknya bisa terlihat jika Hyuk Jae mulai kehilangan beberapa aset penting.

Hyuk Jae marah besar saat mengetahui Chanyeol penyebabnya. Dan itu membuat Hyuk Jae semakin membenci Kyungsoo.

"Aku pastikan kalian akan menyesal. Menangis darah."

Hyuk Jae mengepalkan tangannya dengan kilatan amarah terlihat jelas di matanya.

------------------------------------

Chanyeol semakin dekat dengan keluarga Kyungsoo. Dia bahagia karena bisa menemukan kehangatan keluarga yang selama ini di rundukannya. Namun sayang Aeri adik Kyungsoo menaruh perasaan lain terhadap Chanyeol. Dia bahkan mengutarakan perasaannya terhadap Chanyeol.

Tapi Chanyeol menolaknya. Karena dia sudah menganggap Aeri sebagai adiknya sendiri. Penolakan Chanyeol membuat Aeri sakit hati. Dia bertingkah seperti mau di perkosa oleh Chanyeol dan sialnya Kyungsoo yang melihat kejadian tersebut marah besar karena salah sangka.

Hubungan mereka pun menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Chanyeol tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Kyungsoo terlanjur membencinya.

Tapi ada pihak ketiga yang mengambil untung dari kejadian ini. Dan itu membuat Chanyeol harus menanggung dosa orang lain.

Hari ini Chanyeol mendapat telepon jika Aeri di culik. Sedangkan Kyungsoo mendapat mendapat telepon jika Chanyeol yang menjadi pelaku penculikan Aeri.

"AERI.. AERI DIMANA...... ka-u."

Tubuh Chanyeol membeku saat dia melihat pemandangan di hadapannya. Dia terlambat menyelamatkan Aeri. Chanyeol perlahan mendekati tubuh Aeri yang sudah kaku.

"Maafkan aku Aeri."

Chanyeol memeluk jasad Aeri yang berada di tempat tidur di sebuah kamar di apartemen tua ini. Dan tepat saat itu Kyungsoo datang.

"AERI!!!"

Kyungsoo memburu ke arah Aeri. Dia menangis sejadi-jadinya melihat adik perempuan satu-satunya telah menjadi mayat.

"BAJINGAN. KAU APAKAN ADIKKU?!"

Kyungsoo seperti kesetanan menyerang Chanyeol. Dia melayangkan pukulan secara secara bertubi-tubi. Chanyeol hanya bisa mengelak dan menepisnya. Dia tidak berniat melawan, yang menyebabkan Chanyeol Chanyeol beberapa kali terkena pukulan dan tendangan Kyungsoo.

Sampai akhirnya mereka berada di dekat tangga.

"Kenapa kau lakukan ini, apa salah dia padamu?"

"Kyung, sungguh bukan aku pelakunya."

"Kau pantas mati!"

Kyungsoo kembali melayangkan pukulannya. Chanyeol pun berhasil mengelak, tapi itu berakibat buruk bagi Kyungsoo. Dia kehilangan keseimbangan tubuhnya. Kyungsoo pun terjatuh, meluncur ke bawah melewati deretan anak tangga yang menyebabkan kepalanya beberapa kali terbentur.

"KYUNGSOO."

Chanyeol langsung berlari menuruni anak tangga. Kepala Kyungsoo luka parah dengan beberapa tulang yang patah.

"Tangkap dia pak Polisi. "

Jongin datang beserta beberapa orang petugas dari kepolisian. Chanyeol tidak dapat mengelak karena tidak ada saksi dan semua bukti mengarah padanya.

Hakim pun memutuskan Chanyeol bersalah atas tuduhan pemerkosaan sekaligus pembunuhan terhadap Aeri. Chanyeol di jatuhi hukum mati.

------------------------------
Flashback off.
------------------------------

"Kenapa kau tidak mengatakan kebenarannya? Kenapa kau harus menanggung kesalahan orang lain?"

"Tak ada gunanya aku membela diriku. Aku tidak menyesal karena sebelumnya aku sudah merasakan kehangatan sebuah keluarga."

"DASAR BODOH."

Sehun menangis, dia merasa iba terhadap Chanyeol. Andai Chanyeol berterus terang dari awal, mungkin tidak akan seperti ini jadinya.

"Sudah waktunya."

"Jongdae, aku mau mengajukan banding. Chanyeol tidak bersalah. Beri aku waktu untuk mengumpulkan bukti-bukti."

"Sudahlah. Ini sudah takdirku."

Chanyeol menepuk pelan pundak Sehun dengan satu senyuman getir di bibirnya.

Sehun pun menangis, dia mengabaikan harga dirinya sebagai seorang pengacara. Dia menyesal karena tidak mampu menyelamatkan temannya sendiri.

"Sampaikan ucapan terima kasihku pada Kyungsoo yang sudah membuatku bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga."

Itu adalah kalimat terakhir yang Chanyeol ucapkan.

--------------------------------------

Waktu bergulir begitu cepat. Tiga bulan sudah berlalu. Kyungsoo sudah sembuh dan menjalani hidupnya kembali. Hanya saja dia lebih dingin dan semakin jarang berbicara. Bicara seperlunya itu pun dengan nada datar penuh sindiran. Dan selama itu juga Kyungsoo memutuskan kontak dengan Sehun, Xiumin, dan Suho.

Dia tidak ingin melihat wajah mereka apalagi berinteraksi. Kyungsoo sibuk dengan restoran ayahnya. Namun tidak ada yang tahu jika Kyungsoo sering menangis sendiri di tempat sepi dan gelap. Rasa penyesalannya sangat mendalam, dia terus menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa menyelamatkan Aeri.

Hari ini Kyungsoo sedang memeriksa beberapa berkas laporan keuangan di meja kerjanya. Dia resmi menggantikan jabatan ayahnya sebagai seorang pimpinan. Tepat pada saat itu sekretaris nya mengatakan jika ada yang ingin bertemu dengannya.

"Apa kabarmu? "

Kyungsoo menatap datar Sehun yang berdiri di depannya. Dengan gestur tubuh Kyungsoo mempersilakan Sehun duduk. Lalu Sehun pun mengutarakan apa yang membuatnya datang menemui Kyungsoo setelah sekian lama tidak bertemu.

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi. Jika kedatanganmu hanya untuk membicarakan ini sebaiknya kau cepat pulang. Jangan pernah sebut namanya lagi di depanku."

Sehun menghela napas, dia sudah menduganya. Tapi Sehun sudah bertekad untuk membersihkan nama Chanyeol dan mengungkapkan siapa pelaku sebenarnya.

"Aku hanya ingin kau tahu jika sampai akhir Chanyeol tidak bersalah. Dia hanya korban, korban dendam dari masa lalumu. Pelakunya sudah di temukan, kau bisa mengecek kebenarannya di kantor polisi. Aku pergi, sampai jumpa."

Sehun meninggalkan kantor Kyungsoo dan meninggalkan sebuah amplop coklat berisi sebuah laporan buat kesalahan dan identitas pelaku. Kyungsoo dengan berat hati membuka dan melihat isinya.

Hampir saja Kyungsoo terjatuh dari kursinya, saat tahu siapa dalang pembunuhan adiknya. Dia adalah Jongin dan Hyuk Jae. Mereka sudah tertangkap, bukti yang kuat membuat mereka akhirnya mengaku.

Dan untuk lebih jelasnya Kyungsoo datang langsung ke kantor polisi menemui kedua pelaku. Mereka mengatakan jika semua itu atas dasar dendam pribadi terhadap Kyungsoo.

Dunia Kyungsoo seakan kembali runtuh. Dia sudah menyebabkan Chanyeol menanggung hukuman orang lain. Dan semua masalah ini berawal dari dirinya.

"ARRRHHH."

Kyungsoo menangis sejadi-jadinya di bawah guyuran air hujan.

"Sarpertinya dunia ini sudah tidak pantas untukku. Orang sepertiku lebih pantas berada di neraka."

Kyungsoo berjalan di bawah derasnya air hujan. Hari yang sudah berubah senja di iringi derasnya air hujan membuat jarak pandang pun terbatas. Kyungsoo terus berjalan menyusuri jalan Raya. Dia tidak menghiraukan tubuhnya yang sudah mengigil, dia juga tidak menghiraukan suara klakson mobil. Sampai dengan.

Tin tin tin.

Suara klakson mobil ini begitu nyaring terdengar. Kyungsoo hanya diam memandang silaunya lampu mobil yang menyorot wajahnya.

Tubuh Kyungsoo terpental beberapa meter jauhnya, kepalanya mengeluarkan banyak darah yang membuat genangan air hujan menjadi merah.

Sayup-sayup Kyungsoo mendengar orang-orang yang ribut. Perlahan matanya terasa berat dan mulai menutup. Semuanya terasa begitu ringan bagi Kyungsoo.

---------------------------------------

"Yeol, Chanyeol ireona."

Chanyeol merasakan ada seseorang yang mengguncang-guncangkan tubuhnya. Perlahan mata Chanyeol terbuka.

"Cepat bangun, pakai sabuk pengamanmu. Pesawat akan segera mendarat."

Chanyeol bukanya menuruti ucapan Suho, malah diam saja.

"Yakk, cepat pakai."

"Apa aku sedang di surga?"

Suho menatap aneh Chanyeol, lalu menempelkan telapak tangannya di kening Chanyeol.

"Tidak panas, kau juga terlihat tidak jetlag. Cepat pakai, kita akan melewati pintu vip saat keluar nanti. Meski aku merasa kecewa tidak bisa melihat EXOL yang sedang menunggu kita."

Chanyeol masih merasa bingung tapi dia menuruti ucapan Suho. Apa yang terjadi sebenarnya? Jika ini hanya mimpi kenapa terasa begitu nyata?

Chanyeol mengedarkan pandangannya, dia melihat Kyungsoo yang sedang membantu Sehun memasang sabuk pengaman.

"Ternyata hanya mimpi. Tapi rasa sakitnya benar-benar terasa."

Gumam Chanyeol, tangan kirinya berada di dadanya. Dada yang seakan berlubang, entah karena apa.

Pesawat pun mendarat dengan selamat. Mereka segera turun. Saat dengan berjalan menuju pintu keluar Chanyeol terus saja teringat dengan mimpinya. Mimpi yang sungguh terasa nyata. Sesekali dia melirik ke arah Kyungsoo yang berjalan di depannya.

Chanyeol memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku jaket.

"Apa ini?"

"Untuk aps kau membawa kartu poker? "

Bisik Sehun yang berjalan tepat di sampingnya. Chanyeol menatap aneh kartu poker yang dia temukan di dalam sakunya.

"Jadi tadi itu..."

--------------------------------

Fin.

Sekali lagi terima kasih pada Bee yang sudah membuat event ini. Aku mohon maaf jika tulisanku ini membosankan. Tapi semoga saja bisa memberikan hiburan. Kejadian di dalam cerita murni karangan belaka jika ada faktor kesamaan itu adalah ketidaksengajaan. 

Continue Reading

You'll Also Like

1M 86.7K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
83.7K 7.9K 21
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
135K 10.5K 88
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...