Tears of Sarah [21+] / Repost

By ErayDewiPringgo

12.2M 306K 10.3K

⚠ ADULT, ROMANCE, ANAK-ANAK DILARANG MENDEKAT (21+) ⚠ SEKUEL LOVE THE PSYCOPATH Sarah Kendrick Alterio adal... More

1 : Steve Keith Russell
2. Sarah Kendrick Alterio
3 : Rencana Steve
4 : Wajah Asli Steve [21+]
5 : Tolong!
6 : My Little Sarah
7 : Pelecehan!
8 : Jangan Sentuh.... (17+)
9 : Aku bisa Memperkosamu, Sarah!
10 : Sarah & Apartemen Steve ! (17+)
11 : Sisi Lembut Steve?
12 : Jangan Sentuh Mainanku!
13 : Kemarahan Steve!
14 : Tidur Bersama !
15 : Sarah Lapar (17+)
16 : Menikah dengan Steve?
17 : Lamaran Steve
18 : Pernikahan!
19 : Malam Pertama (19+)
20 : Sarah Muntah
21 : Rahasia Steve
22 : Sarah Tersiksa!
23 : Dimana Sarah?!
24 : Percintaan (19+)
25 : Jangan Tinggalkan Aku!
26. Steve Cemburu
27. Cinta Sarah (17+)
28. Cinta Tulus Sarah
29 : Trust Me, Please! (1)
OPEN EXCLUSIVE PRE-ORDER

30 : Trust Me, Please! (2)

149K 10.1K 673
By ErayDewiPringgo

Gerry tidak bisa berhenti memikirkan sosok manis dan cantik, yang tak lain adalah Sarah. Sejak Shaila tinggal bersama orang tua kandungnya, Leo dan Jessica akhirnya mengambil dan mengadopsinya saat masih berumur 10 tahun di salah satu panti asuhan yang berada di sudut kecil Kota Shire. Mereka membesarkannya dengan begitu baik dan Gerry cukup berutang budi hingga menjadi seorang pengacara hebat seperti sekarang ini.

"Kau tersesat, Manis?" Gerry melihat seorang gadis kecil menangis di taman. Kedua tangan pendek itu setia memeluk boneka di dada. Gerry melihat gadis kecil itu ketakutan karena kehadirannya yang tiba-tiba. "Tidak apa-apa, Manis. Aku bukan orang jahat."

Gadis itu mengusap mata yang berair. Matanya yang jernih terlihat begitu indah di bawah cahaya temaram dan Gerry sempat terpesona dengan keindahan mata gadis kecil itu.

"Aku main petak umpet bersama dengan ehm aku tidak tahu nama anak laki-laki itu. Tapi aku kemudian tertidur, dan sekarang aku tidak tahu di mana anak itu." Gadis itu kembali menangis saat dia bercerita. Pipinya memerah dan indah.

Gerry tersenyum, "Apa kau ingin aku mengantarmu pulang?"

Sarah kecil menatap Gerry dengan polos, "Tapi anak laki-laki itu ...."

"Dia pasti sudah pulang. Lihat, sebentar lagi malam. Tidak baik gadis kecil bermain sampai malam seperti ini." Sarah kecil melihat ke belakang seolah-olah mencari seseorang, tetapi yang keluar hanya desah kesedihan yang lolos di bibir mungil. Sarah kecil akhirnya mengangguk. "Di mana rumahmu, Manis?"

"Mansion Alterio."

Entah takdir atau kebetulan belaka karena sejak saat itulah Gerry mulai mengenal Sarah, termasuk Shaila yang dulu sempat menjadi anak angkat ayah dan ibunya. Walaupun Sarah tidak mengingatnya, tetapi Gerry selalu ingat. Bahkan saat Gerry tanpa sengaja mendengar percakapan Sarah dengan salah satu pengasuhnya. Gerry tahu bahwa Sarah telah memiliki cinta pertama.

"Bibi, ayo ceritakan tentang Ibu. Aku ingin mendengar cerita tentang Ibu." Sarah kecil merajuk kepada sang pengasuh yang sibuk melipat pakaian di ruang khusus.

"Nyonya Shaila sangat cantik, baik, dan lembut, seperti Nona saat ini." Marta mencubit pipi Sarah yang menggoda.

"Lanjutkan!"

"Kebaikan dan kesabaran Nyonya membuat seorang pria yang terkenal dingin dan kejam akhirnya bertekuk lutut dan merendahkan diri untuk ...." Suara Marta sedikit tersendat, tetapi akhirnya kembali normal, " ... untuk Nyonya Shaila seorang."

"Siapa pria itu?" tanya Sarah polos.

"Tentu saja ayah Nona Sarah. Tuan Erick." Sekali lagi Marta mencubit pipi Sarah yang menggemaskan.

"Aduh sakit, Bi. Lalu?" Sarah mengaduh dan bertanya kembali seraya mengusap pipinya.

"Nyonya akhirnya dilamar Tuan Erick, yang tidak lain adalah cinta pertama Nyonya Shaila sendiri. Mereka akhirnya menikah dan buah cinta mereka ditandai dengan lahirnya gadis kecil nan cantik yang saat ini duduk di samping Bibi." ucap Marta.

Sarah tersenyum bahagia. "Apa itu cinta pertama?" Sarah kecil bertanya lagi.

"Cinta pertama adalah cinta yang sama sekali tidak akan hilang dari kenangan setiap orang ketika dia pertama kali merasakan getaran kecil di hatinya terhadap lawan jenis."

Sarah kecil mengerutkan kening, lalu berubah tersenyum setelahnya. "Kalau begitu aku juga akan menikah dengan cinta pertamaku!"

"Nona masih kecil."

"Aku juga memiliki cinta pertama. Dia laki-laki yang selama ini menolongku dan bermain denganku, dan dia sangat baik."

"Siapa nama anak itu, Nona?"

"Aku tidak tahu. Dia tidak pernah memberikan namanya padaku, Bi."

Gerry tersenyum mengingat memori masa mudanya itu. Gerry yakin sosok yang dimaksud oleh Sarah adalah dirinya.

"Sebentar lagi kau akan mengingatku lagi, Sarah." Gerry menatap gadis yang saat ini tidur pulas di tempat tidur. Begitu cantik seperti malaikat kecil yang meringkuk polos tanpa dosa. Ya, walaupun dia akan dianggap pedofil, Gerry tidak akan mempermasalahkan. Karena hatinya telah jatuh penuh kepada Sarah. Apa pun akan dilakukan Gerry agar perasaannya tersalurkan. Jika perlu, dia akan menyingkirkan Steve seperti yang dia lakukan pada lawannya dulu.

"Steve sebentar lagi akan kembali."
Gerry menoleh dan mendapati Rossie berdiri di sampingnya. "Aku tahu tanpa kau harus mengingatkannya." Gerry tersenyum.

Sebelum Gerry mengendong Sarah, Rossie menahan lengannya, "Aku mendapat surat pengadilan satu hari lalu."

Gerry tiba-tiba terdiam, ekspresi wajahnya masih tenang seperti biasa, "Lalu apa hubungannya denganku?"

"Mereka bilang peristiwa pembunuhan cucuku akan direka ulang dan kemungkinan pembunuhnya bukan ...."

"Apa kau mulai memercayai Erick?" Gerry memotong ucapan Rossie.

"Aku tidak memercayai siapa pun, kecuali cicitku, Steve." ucap Rossie tegas.

Gerry terkekeh, "Kalau begitu, surat itu pasti muncul kembali atas permintaan pihak Erick sendiri. Dia mungkin ingin membersihkan namanya."

Rossie melepas genggaman dan melihat Gerry mulai menggendong Sarah. "Satu pertanyaan terakhir, kenapa kau datang kembali dan menginap ke rumahku?"

Gerry tersenyum, "Untuk membantumu. Steve tidak cukup kuat membalaskan dendam ayahnya. Steve dikuasai Sarah. Aku yakin kau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri. Steve mulai luluh pada Sarah."

Rossie tidak mampu membalas ucapan Gerry, tetapi sebagian hatinya mulai diselimuti keraguan. Siapa yang harus dia percaya.

***

Victoria Mall

"Steve, lihat apakah baju ini cocok untukku?" Karin memperlihatkan gaun berwarna merah marun dengan belahan dada rendah itu kepada Steve.

"Ya." Steve hanya bergumam seadanya.
Karin mulai kesal karena Steve tidak menjawabnya sungguh-sungguh. Ini sudah kelima kalinya Karin bertanya, tetapi balasan Steve masihlah sama.
"Steve, tidak bisakah ...."

"Apa masih lama?" Lagi-lagi Steve memotong ucapannya.

"Aku belum menemukan gaun yang pas untuk pesta prom, Steve!" Karin mulai kesal karena sikap tidak peduli Steve.

"Aku akan menunggumu di mobil. Aku tidak terlalu suka menunggu perempuan berbelanja." Steve bangkit dari sofa lalu berjalan pergi memunggungi Karin.

"Steve!" Karin memanggil keras dan mengabaikan tatapan para pengunjung toko yang mulai terganggu karena suaranya.

"Ini pasti karena Sarah!" Karin menggerutu kesal mengingat bahwa Sarah selalu membuat Steve begitu dingin kepadanya. Di sisi lain, Steve sendiri tahu bahwa di belakang sana Karin tengah kesal kepadanya. Namun Steve tidak peduli.

Di saat Steve turun elevator, tiba-tiba matanya jatuh ke sebuah papan etalase kecil dekat pintu. Steve tidak tahu apa yang membuat kakinya tiba-tiba berjalan ke arahnya dan melihat sepasang kalung yang dipajang.

Steve tidak begitu menyukai perhiasan, tetapi yang membuat matanya tertarik menatap kalung itu adalah bentuk love dengan ukuran bertuliskan bahasa Yunani dengan inisial S di tengahnya. Steve baru sadar bahwa inisial dirinya dengan milik Sarah sama. Steve dan Sarah.

"Ada yang bisa saya bantu?" Pelayan toko datang menghampiri Steve.
Steve lama terdiam menatap sepasang kalung indah itu, lalu akhirnya sebelah sudut bibir terangkat ke atas. Steve teringat Sarah. "Aku ingin membeli kalung ini."

***

Sarah menggeliat kecil saat dia merasakan sapuan lembut di puncak kepalanya.

"Steve?" Sarah bergumam dengan mata masih terpejam erat. Deru napas hangat menyapu wajah dan membuat Sarah menggerakkan mata berkali-kali. Aroma tubuh yang dia cium bukan aroma milik Steve.

"Hai, sudah bangun, Cantik?" Suara itu sontak membuat Sarah terbangun. "Hai, Sarah."

"A-apa yang kau lakukan?! Kau bukan Steve! Kenapa kau ada di sini?!" Sarah berteriak histeris saat Sarah mendapati Gerry tidur di samping tempat tidurnya.

"Aku memang bukan Steve, tapi aku akan menyelamatkanmu dari Steve dan keluarganya, Sarah." Gerry tersenyum dan mengusap pipi Sarah, tetapi Sarah menangkis.

Sarah menatap ke arah pintu dan melihatnya dalam kondisi tertutup. Sarah lebih terkejut saat dia melihat ternyata dia tidak berada di kamar tidurnya.

"Steve." Sarah berdiri dan berniat berlari, tetapi Gerry berhasil meraih tangan Sarah.

"Jangan takut. Aku tidak jahat, Sayang."

"Tidak! Ini bukan kamarku! Steve pasti akan marah." Sarah berusaha melepaskan genggaman Gerry di pergelangan tangan, tetapi Gerry bersikeras menahan.

"Ayolah, temani aku." Gerry semakin agresif dan sikapnya mulai berbeda dengan Gerry yang biasanya. Sarah panik sampai kemudian tebersit dalam pikirannya untuk menggigit tangan Gerry. Sarah menggigitnya saat Gerry lengah.

"Argh!" Gerry memekik kesakitan dan refleks menampar Sarah hingga Sarah kembali berbaring ke tempat tidur. Tamparan keras yang dilakukan Gerry membuat Sarah terkejut. Ketakutan melanda sekujur tubuhnya. Air matanya tak lagi terbendung. Sarah menangis tersedu-sedu. Ini pertama kali ada seseorang yang menamparnya. Steve bahkan tidak pernah melakukan itu.

"Hiks! Steve!" Sarah menangis memanggil Steve.

"Tidak ada Steve di sini! Hanya ada aku. Gerry!" Suara keras pria itu membuat Sarah tersentak dalam ketakutan.

Gerry gila. Gerry lebih menakutkan daripada Steve. Sarah menutup wajah, tidak berani melihat wajah Gerry yang tiba-tiba telah berada di atas tubuhnya. "Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud ka―"

Kalimat maaf Gerry tiba-tiba berhenti dan berganti dengan suara tepukan tangan seseorang. "Jadi inikah yang terjadi jika aku tidak ada, Sarah?" Suara itu? Sarah membuka kedua mata dan melihat Steve berdiri dengan tatapan benci. Di belakangnya berdiri Karin yang tersenyum senang kepada Sarah.

"Steve." Sarah ingin berlari dan memeluk Steve, tetapi Gerry menahan tangannya.

"Oh, kau sudah pulang, Steve. Aku hanya menemani istrimu. Dia menangis dan aku menemaninya tidur." kata Gerry seraya mengusap puncak rambut Sarah.

"Tidak!" Sarah menepis tangan Gerry, lalu berlari memeluk Steve erat. "Steve, dia bohong! Percayalah kepadaku." Steve tidak membalas pelukan Sarah. Steve terlalu marah saat ini.

"Sarah sangat cantik dan penurut, kau sangat beruntung, Steve." Gerry berkata tulus seolah-olah tengah memanas-manasi Steve.

"Steve, aku tidak melakukan apa-apa dengan Gerry. Aku bersumpah." Sarah mengiba dan memohon.

"Pembohong akan tetap menjadi pembohong." Karin ikut menimpali. "Ingat kata Nenek kan, Steve? Ibunya dulu terlahir sebagai putri seorang pelacur."

"Tidak! Kau lah yang pembohong, Karin!" Sarah menggelengkan kepalanya kasar, menolak ucapan buruk Karin terhadap asal usul ibunya. "Ucapanmu jahat!"

Steve melepaskan pelukan Sarah dan mendorong tubuh gadis itu menjauh, lalu berbisik di depan wajahnya, "Simpan tenagamu untuk malam ini, Sarah. Akan kubuat kau menangis sepanjang malam."

Setelah mengucapkan itu, Steve berjalan menjauhi Sarah. Otot disekitar tangan dan pergelangan menegang kaku. Amarahnya mendidih hebat. Steve melepas jaket yang melindungi tubuh besarnya. Dengan gerakan tiba-tiba dia langsung menendang lutut Gerry layaknya makhluk tak bernilai. Saat pria itu jatuh, Steve menggunakan kesempatan itu dengan melayangkan tinju yang tepat mengenai perut Gerry.

"Beraninya kau menyentuh Sarah!"
Steve kembali meninju, kali ini pukulan keras itu mengenai rahang Gerry. Steve benar-benar hilang kendali. Jika selama ini ada Bryan yang selalu menjadi perisai, kali ini tidak ada yang bisa menghentikannya. Steve tidak memberi kesempatan kepada pria itu untuk membalas. Tubuh Gerry dia kunci dengan kaki hingga tidak berkutik.

"Steve, cukup!" Sarah berteriak sambil menahan tangisannya karena Steve masih saja memukuli Gerry yang telah kehabisan tenaga dan berlumuran darah. Saat itu juga tangan Steve yang ingin melayangkan tinju untuk ke sekian kali ke wajah Gerry berhenti di udara. Tubuhnya tiba-tiba kaku dan membeku di tempat.

"Steve." Bibir Sarah bergetar.

Steve kembali berdiri tegak. Dia memutar tubuhnya dan menatap Sarah. Matanya begitu gelap dan tidak ada sinar kehangatan di sana. Sarah mundur saat Steve berjalan mendekatinya. Sarah sangat takut.

"Kau selalu mengabaikan perintahku, Sarah."

"Steve, tidak ...."

"Tutup mulutmu!" Steve membentak dan Sarah merasakan suaranya tertelan tiba-tiba di tenggorokan. Di belakangnya, Karin tersenyum puas. "Ikut aku!" Steve meraih tangan Sarah dan menyeretnya keluar kamar Gerry.

"Steve, pelan-pelan." Sarah memeluk dada dengan satu tangan bebas. Dia merasakan pergelangan tangannya terasa akan lepas karena tarikan kasar dari Steve.

"Masuk." Steve mendorong Sarah masuk kamar, lalu dikuncinya dari dalam.

"Aku tidak melukakan itu. Sungguh " Tangisan Sarah menjadi ironi menyakitkan. Steve marah dan Sarah akan menjadi objek plampiasannya.

"Kalau begitu kenapa kau bisa berada di dalam kamar Gerry? Kau berbaring di bawahnya!"

"Tidak, kami tidak melakukan apa-apa!" Sarah tidak tahu apa yang harus dia katakan agar Steve percaya kepadanya. Amarah laki-laki itu lebih menguasai daripada rasa percaya terhadap dirinya. Steve lebih memercayai Gerry dan Karin daripada dirinya. "Steve, kamu mau apa?" Sarah merangkak berniat menghindar dari Steve, tetapi kakinya ditarik oleh Steve.

"Tidak mau!" Sarah berteriak, menangis, memukul, dan mencakar bahu hingga lengan Steve, tetapi lelaki itu masih memaksa untuk bersetubuh dengannya.

Steve menepati janji, malam itu Sarah menangis semalaman dengan rasa sakit di sekujur tubuh. Steve menyakitinya lagi. Dan kali ini lebih dahsyat. Sarah terluka dan darah keluar dari inti bawah perutnya.

Cerita ini sudah ada bukunya....

Yang mau bisa chat ke penerbit ya....
0818.331.696

Continue Reading

You'll Also Like

28.4K 2.2K 13
Hanya ttg kisah dibalik postingan Kim Mingyu dan Kekasih tercintanya Jeon Wonwoo . . . . . . . Cek aja Siapa tau tertarik Tp cuma kasih peringatan di...
714K 36.7K 39
Satu lagi kisah dari serial My Lovely Bitch dan My Love Innocent. kisah tentang Dixie seorang mafia single, mapan dan rupawan yang jatuh cinta pada s...
798 76 30
Berikut terjemahan bahasa Indonesia dari cerita kill for it karya himeros. **** Tanganku menarik borgol yang meregangkan lenganku di atas kepalaku sa...
783K 96.8K 103
Ibu Negara season 2. Disarankan membaca Ibu Negara terlebih dahulu. *** Hadirnya keluarga baru, ternyata cukup mengobati luka di hati Candra. Ditamb...