[ Nakarai & Sandi POV ]
"U - Untuk saat ini kita buang semua permusuhan yang kita miliki. Argh..?!"
"S - Sandi-san?!"
Beberapa saat yang lalu Diamja hampir saja memotong Nakarai menjadi dua bagian andai Sandi tidak kembali dan menahannya. Sekarang mereka berada di 10 meter tidak jauh dari tempat Diamja berada.
"Diamja... Akan membunuh semuanya!" bisik gadis kecil yang membawa sabit hitam yang melebihi badan kecilnya.
"Bagaimana ini? Gara-gara diriku Sandi-san terluka. Aku--"
"Nakarai, kita akan mengulanginya!" teriak Sandi menyadarkan.
"T - Tapi Sandi-san terluka karenaku, k - kita.."
"Dengar Nakarai, jika kita diam sekarang maka kita akan mati. Lupakan lukaku, nyawa lebih penting saat ini..!" Sandi berdiri bangkit dengan sebelah tangannya banjir cairan merah.
"Aku akan menjadi umpan sekali lagi dan pastikan kali ini kita berhasil.."
Nakarai masih terduduk, gaun dan rok yang ia kenakan sudah kotor berkat aksi menghindar tadi.
"Kemungkinan gadis kecil itu akan menyerang seperti tadi, maka dari itu.." Nakarai bangun setelah mendengar penjelasan dari Sandi.
Diamja memutar sabit besarnya mengelilingi badan kecilnya, topeng tengkorak melayang di depan wajahnya, tanpa peringatan ia menghancurkannya dan muncullah kobaran api kegelapan.
"Wahai Sabit yang selalu membawa kematian. Sabit Kematian yang menulis Tali Kehidupan dari dunia. Kematian yang membawa kebencian. Dan kebencian yang ada di dalam diriku. Aku mengutuknya..!!" Diamja menyeruakan quote miliknya, sabit hitam tersebut sepenuhnya ditutupi oleh 'kegelapan'.
Saat Diamja berlari, Sandi juga mulai berlari disaat yang sama. Diamja melemparkan beberapa tebasan kegelapan tapi Sandi menghindari itu semua dengan mata tertutup, karena badannya masih lemah itu merugikan Sandi. Lalu ia tersandung, hal itu dimanfaatkan oleh Diamja untuk memotong ritme.
Pelindung Sarang Air
Drasss...
Sebuah gelembung air sebesar 5x dari Sandi melindungi dirinya, sabit Diamja seperti terpantul ke belakang.
Langkah Asap Hitam
Diamja menekan sabitnya semakin ke dalam pelindung sedangkan dirinya melompat ke depan, pantulan pegas tak dapat terhindarkan. Tubuh Diamja melakukan roll melompat ke depan dengan sangat cepat berkat pantulan dari pelindung, dirinya berputar seperti bola yang ditendang dan berubah menjadi asap hitam yang tiba - tiba saja muncul dihadapan Nakarai.
"Mati!"
Slash.. Sring..?!
Kita akan menjebaknya!
Tali Air Pengikat
Bhuar...!
Pelindung air yang tadinya melindungi Sandi tiba - tiba meledak dan beterbangan kemana - mana. Disaat yang sama juga Nakarai maupun Sandi merentangkan kedua tangan mereka ke samping kiri dan kanan. Air yang beterbangan di udara berubah menjadi tali biru tembus pandang yang mengikat kedua lengan sampai dada Diamja.
"Lakukan sekarang, Nakarai..!" teriak Sandi. Sandi menarik tali air yang ada di kedua tangannya, menyeret badan Diamja ke belakang secara paksa, Nakarai melepaskan tali air dan melompat ke hadapan Diamja.
Ilusi Kesedihan : Jarum Ingatan
Nakarai menyentuh dahi Diamja dengan kedua telapak tangannya dan terjadilah jeda waktu.
".........."
".........."
"AAAAAAAAAAAA!!!" jerit Diamja histeris. Ingatan dirinya di tusuk oleh seseorang meledak di otaknya.
"Kuh. D - Dia kuat sekali.." batin Sandi yang menahan tali.
Banyak darah yang merambas basah di lengan jaketnya, sementara itu Nakarai terjatuh dengan bokong menjadi juara satunya.
Tebasan Kematian
Slash!
Tebasan melingkari badan terlepas dari diri Diamja, tebasan itu memotong tali air yang mengikat Diamja.
"S - Sial.."
Tap...
Diamja berdiri dihadapan Nakarai yang masih syok, pasalnya dia hampir saja kehilangan kepala akibat tebasan tadi.
"Kenapa? Kenapa kau melukai Diamja??" gumamnya. Mata merah darah menatap dalam Nakarai dan tanpa sadar ia menangis.
"MATI KAU!" raung Diamja menebas wajah Nakarai.
Craaak..!?
"........."
"Haaaaah... Bodohnya aku."
[ Author POV ]
"Hihihi.."
Feyn berlari di dalam kegelapan hutan, berlari dari sepasang mata merah yang mengejar mereka.
Mereka?
Ya, Keila ada disamping perut Feyn karena tadi sempat terpeleset dan akhirnya kakinya terkilir. Buruknya lagi wajah Keila terus dihantam oleh sepasang gunung kembar milik Feyn.
"Ini memuakkan.."
"Seharusnya aku yang bilang begitu!!"
< Change POV >
"......"
Sabit Diamja tertancap di punggung itu tanpa kendala. Bagus?
"S - Sandi-san..?" syok Nakarai.
Di depan wajahnya ada Sandi yang tak sadarkan diri, dan baru saja melindungi dirinya. Tanpa peringatan Diamja mencabut sabitnya dari punggung Sandi, dengan kasar pula.
Lalu mengangkatnya lagi.
"A - Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Nakarai dengan tatapan kosong.
"Diamja... Akan membunuh siapapun yang menganggu!"
"Hentikan!!"
Cruuaakk..!?
Diamja kembali menancapkan sabitnya ke punggung Sandi dengan kuat, dalam dan tak berperasaan.
"Hentikan. Aku mohon, hentikan! Sandi-san... Sandi-san bisa mati. Hentikan!" jerit Nakarai serak.
Sementara itu Diamja terus menancapkan sabitnya ke badan Sandi yang melindungi Nakarai.
"Tidak. Tidak. Tidak. A - Aku... Tidak... Ingin.. Lagi ada kesedihan. TIDAK!"
Tebasan Kematian
Cruak...
Sabit yang penuh dengan aura kegelapan itu kembali tertancap.
"..........." Nakarai hanya bisa menatap dan menangis.
Aaaaah... Begini lagi?
BRUSH!!
Gelombang kejut tiba - tiba menghantam Diamja, matanya memutih semua, airmata mengalir deras dari kelopak matanya dan banyak busa keluar dari mulutnya.
Sementara itu Nakarai memeluk tubuh Sandi yang sudah dingin, terlihat ada aura asing yang menguasai Nakarai. Nakarai memeluk hangat Sandi.
"Maafkan aku.."
Ilusi Kesedihan : Ledakan Ikatan
[ Author POV ]
"Dengan ini satu poin untuk Nakarai dan Sandi.." kata bayangan yang memberi poin kepada gambar Nakarai dan Sandi.
"Kenapa Sandi juga? Bukankah dia kalah??" protes bayangan lainnya.
"Jangan kejam begitu, Tuan Raka.."
"Namaku bukan Raka!"
"Heh? Salah lagi ya..?"
Para bayangan lainnya hanya tertawa melihat keduanya melakukan lawakan.
"Intinya kita sudah mendapatkan dua.."
"Tuan Rina benar.."
"Woi, Rina itu nama perempuan.." -_-
"Heh?"
Salah satu bayangan yang melawak tadi menepuk jidatnya pasrah.
"Ma~ma~"
"Yang penting kita sudah mendapatkan dua.."
"Dua apa?"
"Ya, 2..."
"Ambigu sekali.." -_#
Salah satu dari mereka menepuk tangan, semuanya menjadi diam.
"Kembali ke pekerjaan kalian.." perintahnya.
""Baik, bos""
Preview Next Story
A : Ohayou minna~~baik?
A : Ane baik disini karena ente semua selalu membaca cerita ini *ngeres mulu*
A : Apa kalian merasa penasaran dgn para bayangan itu? Kenapa mereka memberi poin? Kenapa mereka melawak??
Cry : Itu udah pekerjaan mereka, aku juga kayak gitu :^
Riza : Gak ada nanya -_-
Reza : Sekian untuk hari ini--
Yumi : Penasaran siapa yg akan bertarung minggu depan? Tunggu aja atau vote aja sekalian xD
Reza : Gak boleh kayak gitu, Kak Yumi
Yumi : Eh????................
Reza : '-'.....?
Yumi : Panggil 'Yumi' aja dong~~
Reza : Heeeeeh....
Eza : See you next time, all. Bye~~~