MAXI

By zaverly83

69.7K 6.9K 975

Maxi seorang badboy idola kampus yang sedang berjuang menyelesaikan pendidikan Postgraduate nya, diminta untu... More

Cloudy Purnama Hasan
Sparkle Maximilliano Alfonso
pertemuan awal
Spanish
Universitat de Barcelona
kesal
akhir pekan
awal
janji
kencan
amarah
rindu
nenek
cemburu
senyum
weekend
fashionable
Diam
Foolishness
Awkward
again
Jealous
Not Now
Decision
Decision (2)
Kepergian
Jauh
Bertahan
Jatuh
Bangun
Cloudy
aneh
Kembali
awal baru
Bingung
pulang
pudar
Kecewa
Maaf
Pengampunan
Bandara
percaya
Kegilaan
pertahanan
kiss
Janji
The Wedding
First for Everything
rencana
Barcelona
Tak biasa
Resepsi

maaf

1.4K 146 16
By zaverly83

Pagi ini, Cloudy bangun dengan badan yang remuk bagaikan selesai kerja berat.

Karna aku sudah jatuh cinta padamu.

Kalimat itu sudah melintas di kepala Cloudy begitu bangun dari tidurnya.

"Aargghh!!! Kenapa sih baru juga bangun sudah dihantui suara si player itu! Moodku bisa jelek nih seharian!" Omel Cloudy kesal pada dirinya sendiri.

Cloudy berusaha memejamkan matanya, mencoba mengembalikan moodnya, namun bukan ketenangan malah ingatan pada ciuman bibir Maxi lah yang justru lewat di bayangan mata Cloudy yang terpejam.

"iicchhh!!!!" Kesal Cloudy dan akhirnya memilih bangun dan segera mandi untuk ke kampus

"Pagi Oma, Pagi Eyang Putri." Sapa Cloudy tersenyum dan memeluk kedua neneknya.

"Sudah mau berangkat ke kampus? Sarapan dulu ya.." ucap Oma.

"Iya Oma, tapi hari ini jadwal Cloudy hanya presentasi saja, setelah itu Cloudy akan segera pulang, kira-kira 2jam presentasinya." Sahut Cloudy sambil menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh Oma.

"Nduk, sing sregep yo kuliah e, ben gelis nikah, nduwe cicit kanggo dolanan Eyang putri." Pesan Eyang Putri dan Cloudy langsung tersedak.

(Nak, yang rajin ya kuliahnya, supaya cepat nikah, punya cicit buat mainan Eyang Putri.)

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Cloudy terbatuk-batuk dan langsung meraih gelas minumannya.

"Eyang Putri, kak Arka dulu dong yang nikah, Cloudy juga baru umur 21 tahun minggu depan. Masa sih sudah diburu nikah terus!" Sahut Cloudy sedikit kesal namun tidak pernah bisa marah pada neneknya, dia sangat menyayangi kedua neneknya.

"Sudah habiskan saja sarapanmu, nanti terlambat. Biar Oma yang bicara dengan Eyang Putri." Ucap Oma pada Cloudy.

"Terima kasih Oma." Sahut Cloudy dan Oma hanya mengangguk tersenyum.

Cloudy selesai dengan sarapannya, lalu bersiap membawa tasnya, dan mencium kedua tangan neneknya juga memeluk mereka.

Cloudy keluar dari apartment, dan saat melewati pintu apartment Maxi, Cloudy hanya menoleh sesaat tanpa berhenti, terus berjalan ke lift, dia sendirian dalam lift itu dan menghela napas lega.

"Dasar player!" Omel Cloudy masih sangat kesal dengan Maxi.

Akhirnya Cloudy tiba dikampus, dia segera ke laboratorium untuk mempersiapkan bahan-bahan presentasinya.

Saat Cloudy berbelok ke lorong yang menuju ke laboratorium, mendadak rasa kesalnya kembali muncul. Cloudy melihat Maxi sedang berciuman dengan Claire di lorong sepi itu.

"Lebih baik aku pura-pura tidak melihat." Ucap Cloudy pada dirinya sendiri.

Cloudy tetap melanjutkan langkahnya hendak melewati sepasang manusia yang sedang berciuman itu. Cloudy ingin pura-pura tidak melihat, namun saat tepat langkahnya sangat dekat dengan pasangan itu, hatinya mendadak terasa perih seperti terbakar.

Entah apa yang membuat Cloudy menghentikan langkahnya tepat di hadapan sejoli itu.
"Ehem!" Cloudy berdehem dan seketika menghentikan aktivitas kedua manusia itu.

Maxi sangat terkejut dan segera mendorong tubuh Claire darinya. Cloudy tidak berkata apapun hanya memberikan senyuman pada Maxi, senyuman yang entah mengapa terasa sangat dipaksakan, bertentangan dengan isi hatinya.

Cloudy lalu melanjutkan langkahnya lagi menuju ke laboratorium.

"Pergi kau! Jangan pernah ganggu aku lagi! Dasar murahan!" Bentak Maxi pada Claire dan Cloudy masih sempat mendengarnya.

"Tapi Maxi! Aku masih sangat mencintaimu!" Sahut Claire.

"Aku tidak pernah mencintaimu! Hubungan kita selama ini hanya mengikuti kemauanmu saja, bukan berdasar cinta!" Ucap Maxi lagi.

Cloudy berusaha tidak terpengaruh pada perdebatan dua manusia itu, dia tetap masuk ke dalam laboratorium untuk mempersiapkan segala bahan presentasinya.

Saat Cloudy keluar dari laboratorium, dia sangat terkejut, untung saja cairan-cairan yang dibawanya tidak sampai terjatuh dan pecah.

"O my God! Sparkle! Apa yang kau lakukan disini?! Mengejutkan diriku saja!" Omel Cloudy terkejut.

"Sorry..." Sahut Maxi menatap Cloudy.

"Tak masalah, bersyukur cairan-cairan ini tak ada yang terjatuh dan pecah. Sangat berbahaya bukan?! Jika hal itu terjadi." Ucap Cloudy santai sambil membenarkan posisi botol-botol ditangannya.

"Bukan untuk hal itu. Sorry tentang kejadian Claire, kau pasti sudah salah paham." Sahut Maxi.

"Aku? Salah paham??? Maksudmu? Ach tunggu! Aku paham sangat paham Sparkle, maaf aku tidak bermaksud mengganggu aktifitas kalian tadi, hanya sekedar mengingatkan saja lebih baik mencari tempat yang lebih private jika ingin melakukan hal seperti tadi." Ucap Cloudy datar.

Maxi menatap ragu dengan sikap datar yang ditunjukkan Cloudy. Cloudy jadi merasa canggung ditatap seperti itu oleh Maxi.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Berhentilah menatapku seperti itu!!" Protes Cloudy.

"Kau tidak marah??? Kau barusaja melihat calon suami mu dicium oleh wanita lain?!" Ucap Maxi tak percaya.

"Sparkle, aku sudah berkali-kali melihat kau berciuman dengan wanita, bahkan waktu itu lebih dari sekedar ciuman. Bukankah kau yang mengatakan bahwa hal itu biasa kau lakukan?!" Sahut Cloudy tenang, namun dengan menunduk.

Maxi semakin gusar.
"Tapi yang tadi itu bukan keinginanku, Claire yang memaksaku! Aku sudah menolak, tapi dia terus memaksa, aku hanya diam saja dan tidak membalas ciumannya!" Ucap Maxi.

"Sudahlah, kau nikmati saja bukankah dia itu wanita yang memenuhi seleramu?!" Sahut Cloudy, yang entah kenapa menusuk hatinya sendiri.

"Maaf, aku harus segera ke kelas, aku harus melakukan presentasi hari ini. Bye Sparkle." Ucap Cloudy lagi dan berjalan meninggalkan Maxi.

"Mengapa aku jadi ingin menangis?! Jangan menangis! Kau tak boleh menangis! Kau tak boleh serius berpikir tentang itu! Fokus Cloudy! Fokus!" Ucap Cloudy dalam batinnya, namun air mata itu dengan tidak sopan mengalir di pipinya.

Cloudy tak menyadari bahwa Maxi mengikuti tepat di belakangnya.

"Hiks...sial! Kenapa aku menangis sih?! Hiks..." Ucap Cloudy berhenti sesaat menumpukan semua cairan dalam satu pelukan tangan untuk menggunakan tangan lainnya menghapus airmatanya, dan Maxi melihat hal itu.

Maxi segera menyalip Cloudy dan kini berdiri tepat menghadap di depan Cloudy. Cloudy terkejut lagi dengan kehadiran Maxi, bahkan kini Maxi tersenyum menatapnya.

"Kenapa kau menertawakan aku?!" Protes Cloudy buru-buru menghapus airmatanya.

Maxi mendekati Cloudy dan menangkup wajah Cloudy dengan kedua tangannya. Cloudy sempat menolak dengan membuang mukanya, berpaling dari wajah Maxi, namum dengan tangan yang penuh dia tak bisa bergerak banyak.

Maxi membawa wajah Cloudy menghadap ke wajahnya, dan mengusap lembut airmata yang mengalir di pipi Cloudy dengan ibu jarinya.

"Tak perlu ditahan dan disembunyikan jika memang ingin menangis. Maafkan aku selalu membuatmu menangis. Aku akan berusaha menjadi Maxi yang sama dengan yang ada di masa lalu mu." Ucap Maxi lembut.

Cloudy menggelengkan kepalanya menatap Maxi.
"Tidak. Jangan. Jangan pernah menjadi Maxi ku. Tetaplah menjadi Sparkle." Sahut Cloudy.

Maxi menatap bingung pada Cloudy, lalu tangannya mendadak lepas dari wajah Cloudy dengan lemas.

"Seburuk itukah aku dimatamu? Tak bisakah kau memberiku kesempatan menggantikan Maxi yang ada dihatimu?! Sebenci itu kau denganku?!" Tanya Maxi menunduk putus asa.

Cloudy bingung dengan sikap Maxi.
"Sparkle? Kau baik-baik saja?" Cloudy justru bertanya balik pada Maxi.

Maxi mengangkat wajahnya menatap Cloudy.
"Tidak bisakah kau memaafkan sikap burukku padamu? Ijinkan aku menjadi Maxi mu!" Tanya Maxi.

"Tidak! Sudah kukatakan jangan pernah menjadi Maxi ku! Jadilah Sparkle!" Ucap Cloudy lalu melangkah melewati Maxi dan meninggalkannya lagi.

Maxi tak mengejar Cloudy kali ini, hatinya sangat sakit dengan pernyataan penolakan yang Cloudy berikan.

Maxi berbalik namun Cloudy sudah tidak terlihat di lorong itu.

Maxi melangkah pergi namun tidak untuk kuliah ataupun berlatih basket. Maxi pergi dari kampus menuju ke mansion orang tua nya.

Satu jam perjalanan ditempuh oleh Maxi dengan kecepatan tinggi, sehingga hanya 40 menit dia sudah tiba di mansion orang tuanya.

"Dad...!!! Dimana kau??!!" Teriak Maxi begitu masuk ke dalam Mansion itu.

Mommy pun terlihat masuk dari kebun belakang dengan tergesa-gesa saat mendengar teriakan Maxi.

"Maxi? apa yang terjadi?! Mengapa kau berteriak seperti itu?!" Tanya Mommy.

"Mom, dimana daddy?! Dia harus segera membatalkan perjodohanku! Biarkan aku mencari sendiri istriku!" Sahut Maxi dengan menggebu-gebu.

"Kau laki-laki Maxi, mengapa kau sangat mudah menyerah?!" Ucap daddy yang kini sudah berada di ruangan itu.

"Dad, dia baru saja menolakku! Aku lelah dan tak pernah bisa masuk dengan cara berpikirnya!" Sahut Maxi penuh kecewa.

"Kau tak pernah mencari daddy untuk masalah wanita selama ini?! Tapi kenapa Cloudy selalu membuatmu mencari Daddy?! Sehebat itukah Cloudy mengalahkan anak daddy?!" Ucap daddy tersenyum lebar pada Maxi.

"Masuk ke ruangan kerja daddy, kita bicarakan disana!" Ucap daddy lalu mereka berdua melangkah dan masuk ke dalam ruang kerja Mr. Alfonso dan duduk berseberangan di meja kerja yang ada disitu.

"Ada apa lagi untuk kali ini?" Tanya daddy.

"Aku sudah menyatakan cintaku kemarin, aku menciumnya,tapi dia justru menangis selama hampir 4jam di apartmentnya. Grandma memintaku menghiburnya tapi dia justru semakin marah dan kesal padaku, ya meskipun dia jadi berhenti menangis tapi kan dia tetap kesal padaku! Lalu tadi pagi dia melihatku berciuman dikampus dengan Claire. Dia terlihat santai namun ternyata dia menangis. Dia melarangku menjadi Maxi nya seperti yang ada di masa lalunya, dia sangat benci padaku! Jadi lebih baik batalkan saja perjodohan ini!" Jelas Maxi dan daddy hanya tersenyum mendengarnya.


"Sudah daddy katakan kurangi badboy mu, mengejar gadis baik tidak bisa dengan sikap burukmu. Tapi daddy rasa lebih mudah bagimu kini mendapatkan Cloudy. Benci dan cinta hanya sedikit perbedaan, tapi bagus berarti hatinya mulai ada dirimu. Bersikaplah yang baik, daddy yakin kau bisa mendapatkannya. Bersabarlah sedikit lagi." Ucap Daddy.

"Tapi dad...dia sudah menolakku! Dimana mukaku ini jika masih mengejarnya juga?! Tidak! Tidak! Lebih baik batalkan saja!" Protes Maxi.

Daddy menghela napas dan tersenyum.
"Baiklah, lagipula perjodohan ini hanya untuk melanjutkan persahabatan daddy dengan Mr. Hasan. Andaikan tidak berhasil juga tidak akan berpengaruh pada apapun." Sahut daddy tenang.

Drrttt...drrttt....
Ponsel Maxi berbunyi tanda pesan masuk.

Cloudy :
"Sparkle, Oma mengundangmu untuk makan malam bersama nanti malam, Jika tidak sibuk, kumohon datanglah. Maafkan sikapku tadi pagi."

Sparkle tak mengerti harus senang, marah atau sedih.

"Pesan dari Cloudy?" Tanya daddy dan Maxi hanya mengangguk.

"Jadi dibatalkan atau diteruskan?" Tanya daddy tersenyum.

"Entahlah! Kita lihat saja nanti, aku harus kembali ke apartment sekarang. Terima kasih Dad..sampai jumpa di akhir pekan." Sahut Maxi lalu melangkah keluar dari ruang kerja daddynya.

"Ajaklah Cloudy juga neneknya kemari di akhir pekan ini." Ucap daddy.

"Akan kucoba." Sahut Maxi lalu menutup pintu.

"Mom, aku kembali ke apartment, sampai jumpa di akhir pekan. Aku menyayangimu." Ucap Maxi memeluk mommy.

"Mom juga menyayangimu, berhati-hatilah." Sahut mommy memeluk putranya itu.

Maxi sudah keluar dari mansion saat Daddy keluar dari ruang kerjanya.

"Apa yang sudah terjadi padanya?" Tanya mommy dan daddy hanya tersenyum mendekati mommy.

"Cloudy. Gadis itu menolak anak kita." Sahut daddy tenang dan tersenyum.

"Lalu? Apa yang kau rencanakan?" Tanya mommy.

"Tak ada, aku tetap yakin gadis itu pilihan terbaik untuk Maxi. Biarkan saja mereka menemukan sendiri cara menangani satu dan lainnya." Sahut daddy.

"Kau benar, aku juga yakin dia terbaik untuk putra kita." Ucap mommy dan mereka pun tersenyum lebar bersama.

****

"Cloudy, berpenampilan yang baik ya. Jangan sembrono!" Pesan Oma pada cucunya.

"Oma, kita kan hanya mengundang Sparkle, untuk apa dandan?!" Sahut Cloudy heran.

"Jadi perempuan itu harus selalu jaga penampilan, biar suaminya tidak diambil wanita lain!" Ucap Oma memberi petuah.

"Oma, Sparkle itu bukan suami Cloudy. Lagipula kekasih Sparkle itu semuanya cantik-cantik dan sexy, mana mau dia milih Cloudy jadi istri?" Sahut Cloudy sambil memilih pakaian di lemarinya.

Setelah Oma keluar dari kamarnya, Cloudy sedang duduk di meja riasnya, sedikit memberi polesan pada wajahnya, dan mengikat rambutnya menjadi ekor kuda di belakang.

Saat dia hendak memakai kacamatanya, dia teringat akan permintaan Maxi untuk tidak memakai kacamata itu jika sedang bersamanya.

Cloudy ragu namun entah apa alasan yang membuat dia akhirnya memilih untuk meletakkan kacamata itu di meja riasnya.

Cloudy sedikit ragu dengan penampilan feminim nya saat ini, dia tak ingin dianggap berlebihan dalam menyambut Maxi, tapi Oma pasti akan berisik jika Cloudy tidak seperti ini.

"Cloudy! Maxi sudah datang, cepatlah!" Seru Oma dari luar kamar.

Cloudy segera keluar dari kamar dan menghampiri meja makan, disana sudah ada Oma, Eyang Putri, juga Maxi sedang mengobrol santai.

"mm.... maaf kalian jadi menungguku." Sapa Cloudy canggung dan Maxi tercengang dengan penampilan Cloudy saat ini.

"WOW!!!" Batin Maxi saat menoleh dan melihat Cloudy.

Maxi menatap Cloudy dari atas ke bawah dan naik ke atas lagi, membuat Cloudy semakin canggung mendapat tatapan seperti itu.

"Jauh dari kata sexy dan tak ada yang terbuka sedikit pun, bahkan tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya sedikitpun, tapi mengapa bisa terlihat sangat cantik?" Batin Maxi dengan pikirannya sendiri.

"Sparkle? Sparkle? Sparkle!!" Panggil Cloudy berkali-kali namun Maxi sangat terpesona dengan penampilan berbeda Cloudy malam ini.

"Eh..i..iya, maaf.. ada apa?" Sahut Maxi saat kembali dari lamunannya.

"Aneh?" Tanya Cloudy menatap tidak nyaman pada Maxi.

"Eh maksudmu?" Maxi balik bertanya.

"Penampilan aku aneh?" Tanya Cloudy lagi.

"Oh.ah. tidak. Kau sangat berbeda dari biasanya. Cantik." Ucap Maxi dan semakin membuat Cloudy merasa terkejut bercampur canggung.

Kedua nenek Cloudy menatap interaksi kedua anak muda itu dengan senyum-senyum.

"Cloudy, duduklah. Tidak baik membiarkan pria kelaparan hanya menunggumu berdandan." Ucap Oma.

"Maaf Oma." Sahut Cloudy lalu duduk di samping Maxi, berseberangan meja dengan kedua neneknya.

Mereka pun memulai makan malam, Maxi memuji masakan kedua nenek itu yang sangat enak. Percakapan hanya terjadi diantara Oma dan Maxi, Eyang Putri hanya sibuk dengan piringnya sendiri, Cloudy juga menjadi pendengar yang baik dan ikut tersenyum saja mendengar obrolan mereka.

Akhirnya makan malam pun selesai, Oma mengajak Maxi dan Eyang Putri untuk duduk di sofa, sedangkan Cloudy bertugas membereskan meja makan. Maxi sesekali mencuri pandang ke arah Cloudy yang sibuk sendiri.

"Maxi, sepertinya Mariam sudah mengantuk, lebih baik aku mengantarnya ke kamar. Kau temanilah Cloudy sebentar." Ucap Oma sambil membantu Eyang Putri berdiri dari sofa dan berjalan ke kamar.

"Biarkan saya membantu grandma." Ucap Maxi segera berdiri dan bahkan langsung menggendong Eyang Putri di depan, lalu membawanya ke kamar dan menidurkannya disana.

"Terima kasih Maxi." Ucap Oma lalu mendekat ke Maxi dan berbisik padanya.

"Cloudy sejak siang tadi terus melamun dan hanya diam, bahkan kadang terlihat menangis, coba kau hiburlah dia sebelum pulang." Bisik Oma dan Maxi menjadi gugup, namun akhirnya mengangguk dan tersenyum.

Maxi keluar dari kamar dan melihat meja makan sudah bersih dan rapi, menemukan Cloudy sedang melamun sambil menunggu mesin yang sedang mencuci piring kotor.

"Ehem!" Maxi berdeham menyadarkan lamunan Cloudy.

"Eh..Sparkle, kau sudah akan pulang?" Tanya Cloudy sedikit gugup karena baru tersadar dari lamunannya.

Maxi kini justru menarik sebuah kursi dari meja makan dan justru duduk disana.

"Belum, menurut grandma ada dessert yang belum aku nikmati, benarkah?" Sahut Maxi sengaja berbohong.

Cloudy mengernyitkan keningnya dan berpikir sejenak, namun tak menemukan dessert yang Maxi maksudkan.

"Aku tidak tahu kalau masih ada satu dessert lagi, ah mungkin didalam lemari pendingin." Ucap Cloudy lalu membuka kulkas di dekatnya, mencari yang dimaksud tapi tidak menemukannya.

"Kalau tidak ada, mungkin kau bisa membuatkan sesuatu bagiku? Aku masih lapar." Ucap Maxi memberikan muka kasihan.

"Baiklah, mungkin aku bisa membuatkannya, tapi jangan mencelaku jika tidak seenak buatan Oma!" Sahut Cloudy dan Maxi mengangguk tersenyum senang.

Maxi terus memandang Cloudy yang sibuk membuatkannya makanan.

Pancake dengan strawberry ice cream pun sudah jadi dan disodorkan pada Maxi.

"Wow!!! Terima kasih." Ucap Maxi tersenyum senang dan mulai menyantapnya.

"Sparkle, maaf tentang tadi pagi." Ucap Cloudy berdiri menunduk di seberang meja di hadapan Maxi.

"Tidak masalah, penolakan dalam cinta bisa dialami oleh siapapun." Maxi dengan mulut mengunyah potongan besar terakhir yang ada.

"Maaf, aku belum siap." Ucap Cloudy sambil menyodorkan segelas minuman pada Maxi.

Maxi menghela napas, menghabiskan minuman itu dan membersihkan bibirnya dari sisa makanan.

"Boleh aku tahu bagaimana caranya untuk menjadi Maxi di masa lalu mu itu?" Tanya Maxi menatap Cloudy.

"Jangan. Kumohon jangan menjadi Maxi ku yang dulu, tetaplah menjadi Sparkle." Sahut Cloudy.

"Kenapa? Apa tingkahku sangat buruk hingga tak mungkin bisa menjadi seperti Maxi mu itu?" Tanya Maxi, Cloudy menggelengkan kepalanya.

"Cukup satu orang yang menjadi Maxi dalam hidupku. Cukup satu orang yang membuatku jatuh cinta begitu dalam, kemudian pergi meninggalkanku dan tak pernah kembali. Cukup satu Maxi saja, karena aku tak akan sanggup menghadapi hidup ini lagi jika ada Maxi yang sama hadir lagi dalam hidupku." Ucap Cloudy dan air mata mulai mengalir lagi di pipinya.

Maxi dapat melihatnya meski Cloudy menunduk.

"Jangan pernah menjadi Maxiku yang dulu. Tetaplah menjadi Sparkle, yang selalu membuatku kesal, marah dan bahkan menangis tapi tak pernah pergi meninggalkan aku, jadilah Sparkle yang selalu bisa aku temukan di lorong kampus, di ujung perpustakaan, di lapangan basket, di kantin, bahkan disebelah apartmentku." Lanjut Cloudy.

Cloudy tak menyadari Maxi kini sudah berdiri disampingnya. Maxi meraih kedua tangan Cloudy dan sedikit menariknya pelan menghadapkan Cloudy pada dirinya.

Maxi mengangkat dagu Cloudy hingga Cloudy menatap Maxi.
"Baiklah, aku akan selalu menjadi Sparkle bagimu, kau bisa menemukanku dimanapun kau mencariku." Ucap Maxi tersenyum sambil menyeka air mata di pipi Cloudy.

"Terima kasih. Oma benar, kau bisa menjadi pria baik." Sahut Cloudy dan mereka tersenyum lebar bersama.

"Daddy mengundangmu juga kedua grandma datang ke mansion mereka di akhir pekan ini. Kau mau?" Ucap Maxi, Cloudy mengangguk tersenyum senang.

"Terima kasih, kalau begitu aku kembali ke tempatku. Kau beristirahatlah, sampai jumpa di akhir pekan." Ucap Maxi lagi sekaligus berpamitan.

Maxi berjalan ke arah pintu keluar, Cloudy pun mengekor di belakangnya.
Saat di pintu Maxi berniat berbalik dan hendak mengecup kening Cloudy seperti biasa, namun kali ini benar-benar ditahannya.

Maxi langsung membuka pintu itu dan melangkah keluar, Cloudy tiba-tiba serasa kehilangan sesuatu, seperti ada yang kurang. Namun Cloudy hanya menatap punggung Maxi saja hingga Maxi masuk ke dalam apartmentnya sendiri tanpa menoleh lagi ke arah Cloudy.

Cloudy menghela napas dengan keras, lalu menutup pintunya.
"Tumben dia tidak cap cip cup sembarangan seperti biasanya??? Ach sudahlah! biarkan saja." Ucap Cloudy dalam pikirannya sendiri.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Walah...ada yang kangen sama kecupan Maxi..

Hehehhee
Ada yang kangen sama kelanjutan crta ini gak???

Kalau belum ada ya sudahlah gpp..

Tetep Vote + Comments + share ya....
Terima kasih

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 34.4K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
10.8K 1.6K 29
Bertemu mantan setiap hari bukanlah sesuatu yang bagus untuk hati. Terlebih tidak banyak cara untuk menghindarinya. Mengingat fakta bahwa Kala adalah...
8.2K 1K 13
Bagaimana jika grup idol, IDOLiSH7 terpaksa menjalankan survival game? Bagaimana cara agar grup idol selamat dari manor yang sangat menyeramkan itu? ...
161K 16.1K 26
[FIN] boyslove | bxb Homophobic ⛔ Go Away! Siapa yang tidak kenal Kim Taehyung. Semua drama dan film-nya laris manis di Korea maupun Internasional. B...