SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)

By JasAlice

190K 15.4K 4.3K

Ada rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Teta... More

Prolog
1~Tertipu~
2~Senjata Makan Tuan~
3~Pemaksaan~
4~Kerjasama~
5~Aksi Milly~
6~Sahabat Terbaik~
7~Perasaan Tak Tersampaikan~
8~Bingung~
9~Special Day~
10~He~
11~Terluka~
12~Perasaan Bersalah~
13~Tarik Hati~
14~Akhir Hubungan Joshua~
15~Rencana Balas Dendam~
16~Tertangkap~
17~Karakter Tersembunyi~
18~Terperangah~
19~Titisan Julian~
20~Merriam Else Wagner~
21~Nasib~
22~Hidup atau Mati?~
23~Sebuah Awal Buruk~
24~Keinginan~
25~Sweet Moment: Degup Jantung~
26~Sweet Moment: Kiss~
27~Syarat~
28~Tamu tak diundang~
29~Aksi Duo JeJe~
30~Posisi dia di hatinya~
31~Happy Day~
32~Perdamaian Singkat~
34~Praktik: Kebun Teh Rancabali~
35~Praktik: Membuat Perhitungan~
36~Terbongkar~
37~Friendship~
38~Rahasia Yang Sebenarnya~
39~Throwback: 1~
40~Throwback: 2~
41~Cemburu?~
42~Tanpa Judul~
43~Dia?~
44~Perihal Hati~
45~Persiapan Gencatan Senjata~
46~Tanpa Judul~
47~Tanda Tanya~
48~Derana~
49~Peran~
50~Melupakan Ego~
51~Risiko OTT~
52~Perhatian Olyn~
53~Kabar~
54~Di balik Senyum Manis~
55~Pupus~
56~Terlihat Asing~
57~Ingin Menjadi Perisai~
58~She?~
59~Kita~
60~Rasa~
61~Janji Masa Lalu~
62~Gangguan~
63~Panik~
64~Pernyataan dan Sebuah Fakta~
65~Memoar Rindu~
66~Rasa Nyaman~
67~Dukun Jadi-Jadian~
68~Masalah~
69~Penyembuh Luka~
70~Pencuri Hati~
71~Modal~
72~Awal Kisah?~
73~Gue Bersama Lo~
74~Luka~
75~Semua Tentang Kita~
Epilog
NEW GENERATION

33~(Not) Siraman Rohani~

1.5K 147 2
By JasAlice

-Malam ini sikapnya terlihat begitu manis, tapi tidak untuk esok hari.-

.

.

.

Senyuman manis itu tidak pernah pudar dengan jantung yang berpacu tak menentu.

Olyn merasakan sensasi berbeda setiap kali bersama Julian. Terkadang ia emosi, marah, bahkan hampir saja menangis karena tidak tahan dijahili bule bermanik cokelat karamel.

Tapi kali ini sikapnya begitu manis sampai ia berpikir, ada apa dengan hatinya?

Flashback On

"Tunggu sebentar."

Gadis itu memerhatikan Julian yang beranjak menuju tenda siswa. Ia beralih menatap danau dengan penerangan lampu sekitar. Lalu melempar beberapa kerikil menghilangkan rasa bosan.

Kedua alis Olyn terangkat melihat Julian membawa kantong sedang. "Apa itu?" Tunjuknya ketika Julian mengambil posisi duduk disebelahnya. "Makanan?! Buat siapa?"

Begitu banyak sekali jenis makanan yang bisa dipilih; makanan ringan, minuman bersoda, dan beberapa cokelat batangan.

"Gue ambil dari Boby." Mata gadis itu menyipit sambil memerhatikan Julian mulai mengeluarkan beberapa isi kantong itu.

"Lo sering banget nipu gue dan kali ini tipuan lo gak ampuh." Julian menoleh dengan kening berkerut. Olyn tersenyum tipis menanggapinya."Semua ini diambil dari tenda lo sendiri." Jelasnya.

Julian mendengus kesal, "Sok tau."

"Gak usah bohong deh, pipi lo mulai merah." Ejek Olyn terkekeh.

Walaupun keadaan malam yang temaram tetapi ia masih bisa melihat bagaimana ekspresi Julian sekarang.

Pria itu berdecak kesal, "Tadinya gue mau ngajak lo makan bareng tapi kalo kayak gini jadi males." Ucapnya mencebikkan bibir.

"Ulu ulu, ada yang ngambek nih." Balasnya semakin menjadi melihat kekesalan pria itu. "Udah gak usah kesal, nih gue ambil ya minumannya." Ia mengambil satu kaleng soda.

Julian tersenyum senang melihat Olyn mau mengambil satu minuman yang dibawanya.

"Mau?" Tanya Olyn menyodorkan kaleng soda.

Pria itu menggeleng pelan, "Ada kok." Balasnya memperlihatkan minumannya.

Malam ini mereka menghabiskan kantong berisi berbagai jenis makanan sambil sesekali bercerita. Keadaan sekitar tenda mulai sepi karena sebagian dari mereka memilih untuk beristirahat. Kalaupun tidak, mereka banyak memulai obrolan di dalam tenda masing-masing.

"Saat malam tiba, gue selalu menyukai banyaknya bintang di atas sana."

Julian mendongak mengikuti arah pandang Olyn sambil menunjuk salah satu bintang yang memancarkan kilaunya. "Dia bersinar begitu indah di antara yang lain." Sambungnya tanpa sadar tersenyum manis pada Julian.

Julian mengalihkan pandangannya ketika jantungnya bereaksi lebih. Ia berusaha mati-matian untuk tidak terlihat aneh di depan Olyn.

"Lo suka hujan?" Tanya Olyn.

"Sedikit."

"Kenapa? Bukannya setiap orang menyukai hujan."

Julian mengedikkan bahunya menatap sekilas Olyn dan kembali menghadap danau. "Gue suka hujan, tapi kalo terlalu lama justru buat daya tahan tubuh gue melemah." Ia menyilangkan kedua kakinya.

Olyn mengeratkan jaket kulit di tubuhnya. "Badan lo doang yang gede, tapi lemah sama yang begituan." Bahunya naik turun ketika mengingat bahwa Julian tidak bisa terkena hujan. Membuat ia harus bertanggungjawab mengantarkannya ke Rumah Sakit. Justru, hal itu membuatnya senang karena mengetahui Julian yang anti dengan jarum suntik.

"Namanya juga manusia, gak ada yang sempurna." Olyn mengangguk membenarkan namun masih sedikit menahan tawa. "Kenapa lo?" Julian merasa aneh dengan sikap Olyn.

"Bule penakut." Balasnya tersenyum mengejek. "Sama jarum suntik kok takut, teriakan lo langsung menggelegar ke setiap sudut ruang lab." Lanjutnya mau tak mau mengingatkan Julian ke masa memalukannya.

"Gue gak takut jarum suntik! Cuma kaget aja pas jarum itu dikeluarin." Balasnya jujur.

"Masa sih?" Olyn terus menggoda Julian membuat pria itu lebih memilih mengalah. Membiarkan untuk malam ini gadis itu menang darinya.

"Lo tau satu hal lain ketika gue sakit terkena hujan." Seketika Olyn diam mendengar nada bicara serius Julian. Apalagi pria itu menatapnya begitu dalam sehingga ia menjadi salah tingkah. Satu yang pasti saat Julian mengatakan hal yang tidak diduganya; rona di pipi Olyn muncul.

"Gue takut saat gue jatuh sakit karena hujan, disaat itu gue gak bisa ada di dekat lo."

Flashback Off

**

"Lyn... bangun!"

Kania mengguncang tubuh Olyn tapi tidak membuahkan hasil. Ia berdecak kesal melihat Olyn yang mengubah posisi tidurnya dari terlentang menjadi miring. Begitupun dengan teman satu tendanya; Reta, Gea, dan Cilla masih berada pada mimpi mereka.

Semalaman ia hampir tidak bisa tidur hanya karena mendengar dengkuran Cilla. Kaki Reta yang menimpa tubuhnya seolah ia adalah guling. Sedangkan Gea mengigau memanggil Ibunya.

Sungguh perbedaan tipe tidur yang hakiki.

Untung saja Olyn tidak menambah penderitaannya. Walaupun gadis itu tidak tidur dengan tingkah yang aneh, namun ada saja yang Kania jengkelkan; susah untuk di bangunkan.

"Griselda Violyn! Bangun! Bentar lagi toilet banyak yang pakai!" Teriaknya semakin keras mengguncang lengan Olyn.

Kania bernapas lega mendengar dehaman Olyn lalu berdiri membiarkan gadis itu setengah terduduk, masih dengan mata terpejam.

"Ampun dah, ini masih pagi banget Kania..." Kesal Olyn yang memaksakan matanya melihat ponsel.

Kania melirik jam tangannya. "Bagi gue jam 4 pagi adalah waktu yang pas untuk lo." Balasnya mengambil handuk kecil yang biasa dibawa Olyn. "Cuci muka dulu gih,"

Kania menarik lengan Olyn untuk berdiri sambil menyampirkan handuk kecil di bahu gadis manis bertubuh tinggi itu. Ia bahkan tidak sempat mengikat rambutnya yang sedikit lebih panjang sekarang.

"Gue masih ngantuk banget Ka." Olyn berjalan dengan mata tertutup sambil digandeng Kania menuju toilet umum.

Beberapa murid sudah mulai bangun dan melakukan aktivitas masing-masing. Adapun dari mereka sedang memanaskan air untuk sekadar meminum teh hangat atau pun kopi.

Kania tidak perduli pada rengekan Olyn dan tetap menuntunnya menuju toilet. "Lo bakal susah untuk masuk ke toilet menjelang subuh Lyn." Ungkap Kania berhenti di depan toilet yang tertutup.

Gadis itu berdecak kesal melihat Olyn berdiri seperti mayat hidup masih dengan mata terpejam.

Ia menghela napas berat. "Kalo orang yang di dalam udah keluar, cepetan lo cuci muka. Gue ke tenda Milly dulu, gantian bangunin dia."

Semilir angin semakin menyulitkan Olyn untuk membuka kelopak matanya. Sweater dengan lengan panjang menutupi hingga tangannya dan celana trainning panjang membuatnya merasa nyaman tidur sambil berdiri.

Knop pintu toilet terbuka menampilkan Julian yang bersiul santai membawa ember kecil berisi perlengkapan mandi. Handuk kecil ia sampirkan pada pergelangan tangannya.

Tangan lainnya membawa satu gayung air yang sengaja diambil dari toilet.

Wussss...

Angin bertiup sedikit kencang membuat matanya sedikit kemasukan debu. Ia berhenti berjalan dan mengedipkan matanya berulang kali. Setelah dirasa membaik ia mendongak melanjutkan jalan namun kakinya seolah membeku.

"SETANNNNN!"

Byurrrrr

Air dalam gayung di tangan Julian yang ingin ia siram ke Joshua, justru refleks ia buang ke depannya. Sesosok gadis berdiri mematung dengan wajah tertutup helaian rambut. Ia langsung berlari melewati sosok tersebut dengan napas naik turun.

"ARGHHH SIALAN!"

Tap.

Langkah Julian terhenti mendengar teriakan seseorang yang berasal dari belakangnya. Perlahan ia berbalik dan menemukan kejanggalan pada sosok yang tidak hilang itu.

Dia berpijak di tanah?

"Siapa yang udah siram gue!"

Mata Julian terbelalak mendengar suara yang amat ia kenal. Tebakannya bertambah benar saat orang itu berbalik badan dengan mata melotot marah.

Julian nyengir sambil mengangkat tangan kanannya membentuk –v-. Sedikit melirik kedua tangan Olyn yang terkepal. Sisi hati baiknya merasa kasihan dengan penampilan Olyn yang hampir basah kuyup. Namun sisi lain hatinya begitu ingin menertawakan gadis itu. Ia bahkan tidak menyampirkan rambut basah yang menutupi hampir setengah wajahnya.

"JU.LI.AN." Pria itu tersadar saat Olyn berjalan mendekatinya dengan tatapan tajam penuh kemarahan.

Julian mengibaskan kedua tangannya sambil memohon ampun. "Suer, gue gak sengaja Oli." Ucapnya melangkah mundur.

"Lo udah keterlaluan." Balasnya dengan emosi memuncak.

Julian mengacungkan telunjuk kanannya dengan mimik kaget. "Weh Josh, sini bro!"

Olyn tersenyum bagaikan iblis membuat Julian bergidik ngeri masih berjalan mundur. "Lo gak bisa nipu gue bule."

Sekarang Olyn tidak dalam mode mengantuk yang ada ia dalam mode berbahaya, dan semua ini akan berdampak buruk bagi Julian. Semua di luar dugaan pria itu, ia tidak berniat melakukannya.

"SINI LO KAMPRET!"

Olyn berlari mengejar Julian yang tidak bertanggungjawab atas apa yang pria itu lakukan. Bukannya kembali meminta maaf, Julian dengan tidak berdosanya tertawa keras. Ia tidak kuat melihat penampilan miris Olyn.

"Dasar bule gesrek!"

"Gila lo!"

"Gak bertanggungjawab!"

Olyn mengeluarkan teriakan kekesalannya membiarkan seluruh orang melihat mereka sebagai bahan tontonan. Biarkan juga sebagian dari mereka menertawakan dirinya yang sangat pantang untuk dilewatkan.

"Yaudah, aku mau kok bertanggungjawab. Asal kamu udah siap aja melepas status sebagai pelajar."

Ibaratnya, jika ada orang yang bisa melihat hal lain dari diri Olyn. Ia akan melihat banyaknya asap hitam yang mengembul dari kedua telinganya.

"Bule sinting!"

"Sana lo, masuk rumah sakit jiwa!"

Julian semakin menjadi membiarkan Olyn terus mengejarnya. Kadang ia melambatkan lari karena bagaimana pun kekuatan pria lebih besar dibandingkan perempuan.

"Kalo gitu kamu aja ya, yang jadi susternya?" Goda Julian membuat Olyn melepaskan sendalnya dan hampir mengenai pria itu, jika tidak menghindar.

"Awas lo! Gue masih ada satu sendal lagi." Ucapnya masih tidak mau kalah.

Semua yang mereka lakukan akan terkenang dalam sebuah rasa yang bisa saja terkesan; menyebalkan, memalukan, atau manis?

Hanya mereka yang dapat menyimpulkannya. Dari sanalah, suatu perasaan lain akan muncul dan bisa saja di antara mereka akan semakin terperosok dalam lingkaran cinta yang menyesakkan.

Biarkan semua berjalan begini adanya tanpa ada jarak yang bisa memisahkan kita.

**


Continue Reading

You'll Also Like

176K 9.5K 200
• Kumpulan Humor • Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang dalam Undang-undang pasal sekian dan nomor sekian Peringatan : ▪ Hati-hati bisa bikin ngak...
6.5K 436 42
Cantik pada dasarnya hadir dari dalam diri dan tidak memiliki standar tertentu yang dapat dinilai. Merawat kulit dengan baik adalah kunci dari kecant...
179K 16.2K 50
Ini cerita horor ber-genre komedi romantis? Atau cerita komedi romantis ber-genre horor? [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 👑Rank 8 INDIGO👑(11/20) #1 Tahayu...
323K 15.9K 84
[SELESAI] Best Humor Love Story 😘 Tentang si Dea gila dan si Kevin yang acuh tak acuh. Ditulis : 30 september 2017