DARKNESS

بواسطة Shinjukyuu

4.7K 671 110

Follow untuk baca ^^ ♡♡♡♡♡♡ Kunjungan klub biologi dari Black Campus ke ibu kota lama Estonial, Dominion, men... المزيد

Bulir 1 : Celosia Leene
Bulir 2 : Visibly
Bulir 3 : Caught
Bulir : 4 Attack
Bulir 5 : Telltale
Bulir 6 : Unwanted Guest
Bulir 7 : The Hidden Girl
Bulir 8 : Heilige's Tribe
Bulir 9 : First Day
Bulir 11 : Cloudy Morning
Bulir 12 : The Symptoms
Bulir 13 : Resolve and Dauntless
Bulir 14 : Lost
Bulir 15 : Black Horse Prince
Bulir 16 : Back
Bulir 17 : Dark Night
Bulir 18 : Empty Heart
Bulir 19 : The Same Feeling
Bulir 20 : Primosa Forsythia
Bulir 21 : Show Time
Bulir 22 : Falsehood
Bulir 23 : The King of Stealth
Bulir 24 : Behind The Light
Bulir 25 : Her Decision
Cerita Baru
Bulir 26 : Against of The Darkness
Chapter 27 Empty Soul And The King Of Darkness

Bulir 10 : Feeling

144 25 1
بواسطة Shinjukyuu


Komentar pertama yang terujar dalam hati Sia ketika menyaksikan latihan pemuda-pemuda suku Heilige yang disebut penyerang adalah mengerikan. Dengan mata kepalanya sendiri Sia menyaksikan bagaimana pemuda yang tengah berlatih itu menyerang habis-habisan Stealth berwujud setengah wanita itu yang terlihat kesakitan.

"Apa itu membuatmu ngeri?" Candles tiba-tiba sudah duduk di kursi sebelah Sia.

Sia menoleh, sedikit terkejut karena tadi dia terlalu fokus ke arena latihan. "Stealth itu bagaimana bisa kalian-"

"Anting ini." Candles menunjukkan telinganya yang memakai anting yang sama dengan para pemuda lain. "Bisa untuk menyegel Stealth," lanjutnya.

"Menyegel?"

"Iya. Kami bisa menangkap Stealth ke dalam anting yang sudah dipenuhi dengan energi dari kekuatan spiritual kami. Saat Stealth itu sudah masuk ke dalam anting ini, makhluk itu akan tunduk pada kami. Seperti semacam hipnotis."

"Kalian bisa melakukan hal seperti itu?" Sia memandang tidak percaya pada Candles.

"Kau sudah melihatnya dan masih tidak percaya?" Candles menghela napas.

"Ya, itu ... aku benar-benar merasa aneh sendiri di sini. Kau tahu banyak hal-hal tidak mungkin yang terjadi di sini. Sedangkan aku sendiri ... yah kau tahu bagaimana ..." Sia menoleh ke arah arena latihan. " ... terlihat menakjubkan sekaligus menakutkan," lanjutnya.

"Kenapa menakutkan?" tanya Candles.

"Entah kenapa aku merasa kasihan pada Stealth itu," jawab Sia lirih. Hatinya terasa aneh ketika melihat Stealth itu diserang habis-habisan sampai tidak bisa bergerak.

"Ya ampun, Nona. Kau tidak perlu kasian pada mereka. Untuk apa kau melakukan itu, mereka adalah makhluk kegelapan dan apa kau sudah lupa salah satu diantara mereka sudah melukai orang tuamu?"

Holkay yang mendengar semua itu tidak bisa menahan diri untuk tidak bicara. Pria itu berdiri. Dengan kasar dia mengcengkeram bahu Sia dengan mata memandang tajam.

"A-ada apa?" Sia terkejut.

"Ada sebutan yang pantas untukmu," ujar Holkay terlihat rahangnya mengeras menahan amarah. "Kau itu manusia tidak tahu diri. Mengasihani makhluk semacam itu sungguh membuatku muak. Kau memang pantas-" Holkay menghentikan ucapannya karena Candels memegang lengannya. Holkay menoleh pada Candles hendak protes namun dibatalkannya. Disentaknya bahu Sia hingga punggung gadis itu bertabrakan dengan punggung kursi batu itu. Setelah itu dia menarik lengannya yang dipegang Candles dengan kasar. Tanpa berkata-kata lagi dia melangkahkan kakinya pergi dari arena latihan itu.

Sia melihat kepergian Holkay dengan raut kebingungan. Dia memegang bahunya yang dicengkeram Holkay. Terasa sedikit sakit.

"Maafkan bos, Nona." Candles menghela napas.

"Sejak awal dia tidak menyukaiku," ujar Sia.

"Dia tidak menyukai banyak orang. Jangan berkecil hati."

"Kenapa dia seperti itu?"

"Ibunya meninggal karena serangan Stealth di perkampungan kami waktu bos masih kecil," ujar Candles sembari menatap langit.

"Oh?!" Sontak Sia merasa tidak enak hati. Menyadari jika ucapannya tadi pasti melukai Holkay.

"Sejak itu bos selalu nampak dingin dan terlihat tidak bersahabat. Dia menjalani pelatihan spiritual dengan ketat, tidak menjalani masa kecilnya dengan benar. Dia memang pemilik kekuatan spiritual tertinggi di sini, tapi dia tidak memiliki kebahagian yang cukup untuknya," terang Candles.

"Bukankah Holkay masih memiliki kepala suku? Beliau ayahnya, kan?"

Candles bukannya menjawab hanya tersenyum. Sia merengut kesal, namun tidak bertanya lebih lanjut. Dia ikut melihat ke langit.

"Aku akan minta maaf padanya. Tapi, Candles ..." Sia meraih Pao Pao yang melayang-layang di hadapannya lalu memeluk makhluk itu dengan kedua telapak tangannya. " ... rasa kasihan saat melihat Stealth itu sama dengan saat aku mengasihi Pao Pao," akunya.

"Kau memang lucu, Nona."

"Aku merasa buruk." Sia tersenyum kecut. "Sepertinya memang benar yang dikatakan Holkay. Aku manusia yang tidak tahu diri."

"Sebaiknya aku mengantarku kembali ke perkampungan. Aku yakin Holkay tidak akan menjemputmu kemari." Candles mengalihkan pembicaraan. Tapi Sia juga tidak mempermasalahkannya. Sekarang pikirannya sedang dipenuhi dengan rasa bersalahnya pada pria dingin yang selalu bersikap kasar padanya.

Candles terlihat sedang berpamitan pada teman-temannya lalu segera mengantar Sia keluar dari gua. Mereka tidak melakukan pembicaraan bahkan sampai kembali ke perkampungan. Sia bahkan diantar Candles sampai di rumah kepala suku dan di sana tidak nampak Holkay di manapun. Dia sendirian di rumah itu.

Sia membaringkan diri di ranjang kayu itu. Matanya masih menyala. Dia tidak bisa tidur. Teringat papanya, mamanya juga Holkay. Entah mengapa meski kesal pada pria itu, namun saat tahu apa yang menimpa pria itu membuatnya tidak bisa berhenti memikirkannya. Merasa bersalah dan itu benar-benar tidak nyaman.

"Pao Pao kenapa Stealth dan manusia harus bermusuhan? Apa kau tidak menceritakan padaku? Tidak bisakah Stealth lucu sepertimu?" Sia mengelus-elus Pao Pao yang berada di atas dadanya. Makhluk itu hanya mengedip-ngedipkan matanya.

Sia tersenyum tipis. Dia tahu percuma bertanya pada Pao Pao yang tidak bisa bicara.

"Sekarang dia pasti sedang marah besar. Aku akan meminta maaf besok saja. Ayo kita tidur Pao Pao." Sia merubah posisinya menjadi miring. Dia memeluk Pao Pao sembari mengelus bulu lembut makhluk itu.

Tak berapa lama tubuhnya menyerah. Dengkur halus mulai terdengar dari mulut Sia. Gadis itu akhirnya tertidur juga karena rasa lelahnya.

Holkay baru saja pulang dari melampiaskan rasa kesalnya dengan membinasakan beberapa Stealth. Dia menaiki tangga menuju kamarnya yang dipaka Sia. Keningnya berkerut karena mengetahui pintu kamar itu tidak dikunci dengan palang kayu. Dengan perlahan dia membukanya dan melihat Sia yang telah tertidur meringkuk. Holkay melangkahkan kaki mendekati ranjang. Matanya menyipit memperhatikan kedetakan Sia dengan Stealth kecil itu.

Tiba-tiba Holkay merasakan kembali amarah pada gadis itu karena mengingat ucapannya. Buru-buru Holkay keluar dari kamar itu. Dia segera turun ke lantai satu dan masuk ke salah satu kamar yang tidak digunakan.

***

Ini di mana?

Sia menatap sekelilingnya yang berupa hamparan bunga Delphinium yang bergoyang pelan karena hembusan angin. Dia berdiri dan memutar tubuhnya mencoba melihat sekelilingnya sekali lagi.

"Aku bermimpi?" ujarnya sadar apa yang tengah terjadi. Bibirnya bergetar perlahan lalu dia tertawa sembari berputar-putar sembari membetangkan kedua tangannya.

Sia berlari-lari kecil di padang Delphinium itu dengan riang. Entah kenapa dia merasa perasaannya begitu senang. Dia memakai pakaian gaun putih selutut yang terlihat cantik sekali berada di tengah-tengah hamparan Delphinium ungu.

Tiba-tiba hamparan bunga Delphinium itu melayu secara perlahan dari tepian menuju ke arah Sia. Delphinium yang melayu itu mengering. Bunga-bunga itu mulai berhamburan menjadi pecahan-pecahan kecil yang berterbangan tertiup angin.

Kau harus mati!

Seakan mendenar suara seorang, Sia segera membalikkan badannya. Matanya berkedip-kedip melihat sosok hitam yang kini berdiri di hadapannya dengan mengacungkan pedang besar ke arahnya.

"Si-siapa kau?" tanya Sia. Kakinya reflek melangkah mundur.

Kau harus mati!

Sosok hitam itu melangkah ke arah Sia.

"Ini benar mimpi, kan?" Sia merasa bulu kuduknya berdiri.

Melihat sosok hitam itu terus melangkahkan kaki ke arahnya, Sia memutuskan untuk berlari menjauh. Tidak dipedulikannya gaun putih yang dikenakannya kotor karena serpihan Delphinium yang ditabraknya saat berlari. Kakinya terasa berat dan sosok hitam itu terus mendekat ke arahnya.

Kakinya semakin berat. Sia tidak tidak mempu berlari lagi. Dia merasa telah berlari sangat jauh, tapi masih tetap berada di padang Delphinium yang sudah tidak berupa ini. Dia ingin bangun. Sosok hitam itu lebih menakutkan daripada mimpinya dikejar hantu.

"Aaaakkh!" pekiknya yang terjerembab. Napasnya tersengal-sengal. Dia mengucek mata kirinya yang kemasukan serpihan Delphinium yang berhampuran itu.

Mati!

Sia berguling tepat waktu saat sosok hitam itu mengayunkan pedangnya yang akhirnya menancap di samping kepalanya. Nyaris saja. Meski ini mimpi Sia takut jika akan mati di sini.

Mata kirinya tidak bisa melihat dengan jelas. Dia langsung bangun disaat sosok hitam itu berusaha mencabut pedangnya yang menancap dalam di tanah. Dia berjalan terseok, terjatuh dan bangun lagi. Matanya terasa perih.

"Tolong ..." rintihnya yang sudah tidak kuat.

Sosok hitam itu sudah berada di depannya. Sia tak mampu berdiri lagi. Dia terduduk sembari memundurkan tubuhnya.

"Ja-jangan."

Mati!!!

Pedang itu diayunkan ke arah Sia, tepat mengenai jantungnya. Darah segar langsung keluar dari mulut dan juga dadanya. Sia dapat merasakan sakitnya. Sangat sakit. Padahal hanya sebuah mimpi tapi terasa seperti sebuah kenyataan.

Pandangan Sia mengabur, namun mata kirinya yang terasa perih bisa melihat dengan jelas sosok hitam yang perlahan memudar dan berubah menjadi sosok berupa manusia, bermata tajam. Sosok rupawan yang asing bagi Sia. Namun, mata Sia menangkap seulas simbol tambah dengan lingkaran di tengahnya pada lengan sosok itu. Kemudian semua gelap.

***

Sia terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Dadanya bahkan masih bisa merasakan nyeri seperti tertusuk pedang seperti dalam mimpinya yang sangat aneh. Mimpinya terasa sangat nyata.

"Kau sudah bangun?"Terdengar suara Holkay dari balik pintu.

Sia terkejut mendengar suara pria itu. Dia mengira pria itu akan mengabaikannya setelah kemarahan yang ditunjukkannya kemarin malam.

"Oh, em aku sudah bangun," sahut Sia.

"Baguslah, segera turun!"

"Ya."

Sia mengelus dadanya sembari menghela napas. Dia segera bangun dan melipat selimut dengan rapi. Tiba-tiba pipinya bersemu merah. Dia melupakan fakta bahw kamar ini adalah kamar Holkay. Semua yang ada di sini tentu miliknya dan dipakai olehnya. Membayangkan Holkay juga memakai selimut yang dipakainya membuatnya merinding.

"Ya ampun Pao Pao, aku benar-benar harus seger meminta maaf pada pria itu," ujar Sia pada Pao Pao yang melayang-layang di sekitarnya.

Sia buru-buru merapikan pakaiannya dan menyisir rambutnya asal dengan jemarinya. Di sini bahkan tidak ada cermin seperti di kamarnya. Sia menepuk keningnya sendiri karena lai-lagi melupakan fakta bahwa dia berada jauh dari rumah.

"Cepat selesaikan ini dan kembali ke rumah Sia," ujarnya menyemangati diri sendiri.

Gadis itu keluar kamar dengan senyum merekah. Hidunya bergerak-gerak mencium aroma harum dari lantai bawah. Kakinya melangkah lincah menuju meja yang penuh makanan tersusun rapi. Uap yang mengepul dari sebuah kuali menguarkan bau lezat yang membuat perut Sia langsung berbunyi.

Tanpa tahu malu, Sia menarik satu kursi dan duduk manis dengan mata memindai makanan mana yang harus dimakannya terlebih dahulu.

"Semuanya terlihat lezat." Sia mengelap sudut bibirnya yang hampir mengeluarkan air liur. Mimpi seram semalam sudah menguras seluruh energinya. Dia tidak peduli akan diet sehat yang biasa dilakukannya. Kalau perlu dia akan memakan semua jajaran makanan asing yang menggirukan ini untuk memenuhi keinginan perutnya.

"Kau terlihat seperti pengemis yang sudah tidak makan selama seminggu," ujar Holkay yang baru saja keluar dari dapur kecil membawa sebuah teko perak yang mengeluarkan uap.

Sia merengut sekilas karena pagi-pagi harus mendengar kata-kata pedas yang menghina dari Holkay. Ingin rasanya dia membalas ucapan itu, tapi teringat niatnya untuk minta maaf membuat Sia mengurungkannya. Dia sudah bertekad untuk bersikap baik pada Holkay.

"Mau bagaimana lagi, tenagaku habis karena mimpi seram semalam," ujar Sia sembari mengambil piring dan sendok.

Holkay meletakkan teko perak itu di atas meja lalu menarik kursi yang bersebrangan dengan posisi Sia.

"Mimpi apa?" tanya Holkay.

"Ingin tahu apa ingin tahu sekali?" canda Sia lalu terkekeh.

Melihat Holkay yang tidak tertawa dan malah menunjukkan wajah kesal membuat Sia menghela napas.

"Aku bermimpi dikejar makhluk menyeramkan," ujar Sia kemudian. "Benar-benar menakutkan, aku bahkan merasa seperti kenyataan. Hei apa mimpiku berarti sesuatu? Kan aku katanya renkarnasi Primosa Forsythia. Biasanya orang-orang sakti seperti itu mimpi saja bisa berarti sesuatu."

Holkay menatap Sia tajam. Tanpa dia sadari alisnya sedikit berkerut. Sia yang melihat itu menjadi teringat akan tujuannya tadi.

"Hei, soal semalam aku minta maaf. Aku hanya mengutarakan apa yang kurasakan. Tapi, tenang saja. Aku akan tetap membantu membasmi kegelapan. Karena itu Holkay, bisakah mulai sekarang kita menjadi teman? Kau tahu kan aku tidak akan lama di sini, jadi sebaiknya aku harus meninggalkan kesan baik di sini. Bagaimanapun buyutku berasal dari sini," ujar Sia.

Holkay hanya menatap Sia yang tersenyum padanya. Dia tidak menyangka Sia akan mengatakan hal seperti itu. Sudah lama sekali Holkay tak mendengar kata itu dan selama ini pula tidak ada pernah ada 'teman' dalam hidupnya.

***

Hai hai darkness up lagi ... terima kasih sudah mampir ya ^^ komennya ditunggu 

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

Remove Wounds بواسطة Rain_

الخيال (فانتازيا)

1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
2.1M 87.8K 49
kecelakaan saat balapan yang ternyata sudah di rencana kan sejak awal oleh seseorang, membuat jiwa Elnara terlempar ke dalam tubuh Kinara yang ternya...
Mommy? بواسطة yuzii

الخيال (فانتازيا)

863K 75.5K 33
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
Family Possessive بواسطة Handay32

الخيال (فانتازيا)

268K 22.8K 21
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...