Lost Souls

By Alnnzhraa

78K 2.2K 52

Apakah jiwa dan raga dapat dipisahkan? Selain disebabkan oleh kematian. Jika jawabannya iya, Apakah, Ketika s... More

Satu
Dua
Empat
Lima
6. Si Stalker
7. Menjaga jarak
8. Salah Paham
• [Pemberitahuan^_^]
9. Penolakan yang kedua kalinya
10. Maaf...
11. Terimakasih, Reihan
12. Fragmentasi
13. Sahabat lama
14. Reihan: You can do it, Rania!
15. Olimpiade dimulai
16. Dear Diary
17. Tidak seperti yang orang lain kira
•Main characters
18. Catatan Reihan
19. Secangkir Kopi
20. Raka Hardianto
(Pengumuman penting)

Tiga

5.8K 205 2
By Alnnzhraa

Hai, Reihan!

Jangan lupa dimakan ya.
kalau mau lagi, bisa bilang :)

Marsya, XI MIPA 1.

Reihan melipat-lipat kertas yang menempel di atas sebuah kotak kue berukuran sedang yang berisi brownies.
Setelah kertas itu menjadi lipatan-lipatan kecil, ia membuangnya ke tempat sampah.

"Nih."
Ia sekarang memberikan kotak kue itu kepada Angga-teman sebangkunya.

Angga yang sejak tadi memperhatikan teman sebangkunya yang sering sekali mendapatkan hadiah-hadiah dari penggemar-penggemarnya itu tidak lagi heran.
Memang seperti biasanya Reihan melakukan hal itu, membuang kertas si pengirim, dan juga memberi hadiah dari pengirim itu kepada Angga. Bahkan tadinya, Reihan juga tidak segan-segan untuk membuang hadiah-hadiah itu juga, namun hal itu dicegah oleh Angga, yang katanya tidak baik membuang pemberian dari orang lain yang tulus, terutama makanan. Dan jadilah Reihan tidak jadi membuangnya, dengan memberi hadiah apa pun itu kepada Angga-satu-satunya temannya.

"Wah."
Angga membuka kotak kue. Menatap potongan demi potongan brownies coklat itu.

"Aneh lo, bisa-bisanya nolak makanan," Angga menatap Reihan dengan tatapan yang tidak dimengerti olehnya.

Reihan hanya diam seribu bahasa. Mau ia diberi Oreo supreme sekali pun, pasti juga tidak akan ia sentuh. Apalagi sampai ia makan.

"Emang apa alasan lo sih nolak ini semua?" Ucap Angga sambil mengunyah brownies itu.

Reihan menatap Angga, menggeleng dengan tatapan datar
"Apa alasan lo juga nerima ini semua? Padahal yang dikasih gue."

"Mubazir kalau dibuang, mending gue yang makan."

"Bilang aja emang lo mau, kan?"

Angga cengengesan mendengar kalimat sarkas itu.
Masih untung Reihan mendapat teman sebangku semacam Angga-yang tidak mudah baperan, karena sikap cuek dan dingin Reihan.
Karena memang sudah berulang kali, Reihan hanya mendiamkan ucapan-ucapan Angga, yang memang lebih sering perkataan tidak berfaedah, sih.

"Btw, memangnya benar, kalau lo mau diajari Rania?"
Kepala Angga mendekat ke kuping Reihan, intonasi suaranya berbisik dengan pelan.

Reihan yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba tangannya langsung terhenti.
Ia mendengus.
"Mau nggak mau."

Mata Angga membelakak kaget melihat sikap enggan Reihan, "Beruntung lo bisa dengan Rania."

"Beruntung apanya? Hanya diajari doang, kan? Nggak lebih. Lagian sebenarnya gue gak mau."

Angga menjitak kepala Reihan.
Reihan mengaduh pelan, menatap serius Angga.

"Lo lihat tuh Rania, lihat baik-baik. Hampir seluruh cowok di sini pengen banget dekat dengan dia. Cantik dengan muka blasteran, pintar, oh nggak, cerdas malah," Tangan Angga menunjuk ke arah Rania yang sedang duduk sendiri.

Reihan melirik Rania, perempuan yang bahkan sejak kemarin tidak mengucapkan sepatah kata pun ketika disuruh untuk mengajarinya. Jangankan mengajaknya berbicara, tersenyum tipis sedikit saja tidak.
'sombong' batinnya.

"Hanya 1 kekurangan dia." Tambah Angga lagi.

Reihan hanya menatap dengan malas wajah Angga yang sekarang seperti orang yang ingin memberitahu sesuatu hal yang bersifat rahasia.

"Dingin."
Angga kembali berbicara dengan berbisik.

"Pfttt," Reihan menahan tawa.

"Dingin? Es batu kali."

Angga menatap sebal Reihan.
"Nggak percaya, ya? Coba aja lo ajak ngobrol, kalau lo benar-benar dicuekin, syukuran gue."

"Eh tunggu. Gue baru sadar, sikap lo dengan dia 11 12," Angga menilik dari kepala hingga kaki Reihan, kemudian tatapannya tertuju kepada gadis itu.

"Sama gimana? Ya kali, gue di samakan dengan cewek itu. Beda banget, asal lo tahu."
Reihan enggan sekali jika disamakan dengan Rania. Merasa dirinya lebih baik dibandingkan perempuan itu.

"Jangan-jangan kalian jo–"

Reihan menutup mulut Angga dengan telapak tangannya.
Tidak ingin ucapan itu sampai terdengar ditelinganya.



                 
                                                                    ❄️❄️❄️


Sudah 15 menit laki-laki itu duduk disudut ruangan perpustakaan itu.
Ia kembali menatap arlojinya dengan sebal.
'Ke mana perempuan itu? Apa ia tidak jadi datang?' Batinnya.

Ia ingin sekali mengubungi nomor itu–nomor yang ia minta kepada Angga, karena tidak mungkin ia meminta nomor itu langsung.
Tetapi rasa ego dan gengsinya menghentikan niatnya itu. Lebih memilih untuk menunggu lama tanpa kepastian.
Ingin pulang? Merasa sedikit kasihan jika perempuan itu tiba dan dirinya sudah pulang. Ya walaupun rasa kasihannya itu sedikit. Sedikit sekali malah.

Merasa amat bosan, kedua matanya melihat-lihat jalanan tempat lalu lalang kendaraan yang ditutupi oleh rindangnya pepohonan dari lantai dua.

Brukkk....
Suara tote bag yang di dalamnya terdapat beberapa buku yang cukup tebal itu sengaja ia taruh di atas meja dengan sedikit dibanting.
Membuat orang yang duduk berada di  depan meja itu terkejut.

"Gue kira nggak jadi," Laki-laki yang duduk itu berkomentar, setelah melihat Rania yang datang dengan telat.
Ia kembali menatap jalanan dari atas sana.

Perempuan dengan pakaian casual serba abu-abu itu tidak menghiraukan perkataan si laki-laki. Ia duduk di seberangnya.

"Pelajaran apa yang lo kurang paham?" Perempuan itu menyandarkan tubuhnya dikursi putih itu. Langsung pada tujuan utama mengapa mereka datang ke perpustakaan itu.

Laki-laki itu mengedarkan pandangannya sekilas ke arah Rania.
Terdiam sejenak.
"Biologi."
Jawabnya dengan setengah hati–merasa minder dan gengsi memberi tahu kelemahannya.

Rania membuka tote bag berwarna putih yang tadi.
Mengeluarkan sebuah buku yang tebal.

"Biologi? Campbell?" Reihan membaca judul buku itu.

Ia menyentuh buku tebal itu. Setebal rasa gengsi dirinya.

"Ini bukan porsi gue."

"Ini untuk anak OSN," Tambahnya.

"Terus?" Rania menilik wajah Reihan yang menurutnya tidak tahu diri, masih untung ia pinjamkan buku berharganya itu.

"Gue butuh yang simpel. Tapi bisa gue pahami dengan cepat."

Rania mendengus sebal, mengaduk isi tasnya. Kembali mencari sesuatu.

"Nih."
Ia memberikan sebuah buku catatan berukuran sedang. Menatap Reihan dengan tatapan malas. Awas saja jika laki-laki menyebalkan dan tidak tahu diri itu menolak lagi.

Reihan membolak-balik lembar demi lembar halaman buku catatan rapi dan berwarna itu.

Ia mengangguk-ngangguk.
"Boleh juga."

"Apa setiap murid baru juga harus diajari kayak gini?" Reihan bertanya di sela-sela saat membaca catatan itu.

Kepala Rania yang sejak tadi menempel pada meja– menunggui laki-laki itu membaca, yang menurutnya sangat lama itu mendongak.

Ia mengangguk pelan.

"Berapa lama?"

"Tergantung otak lo," jawabnya dengan tidak niat.

"Maksudnya?"

"Kalau lo pahamnya cepat, ya paling cuma 2 minggu."

Mata Reihan yang sejak tadi terfokus pada buku, langsung menatap gadis di hadapannya.

"Kalau pahamnya lama?" Ia bertanya tidak sabaran.

"Dua bulan bisa," Jawab Rania asal.

"Lo serius?" Wajah laki-laki itu sekarang panik.

"Dibilang tergantung otak lo. Makanya, cepat paham! Biar gue nggak sibuk ngurusin orang macam lo  terus."

Reihan menyeringai mendengar ucapan gadis itu.


Rania termenung menatap ruangan perpustakaan itu.
Teringat 4 bulan yang lalu.
Saat-saat ia juga berada di sini.
Berdua–
Dengan Raka.
Bedanya, saat itu ia diajari.
Oleh seseorang yang kini akan mungkin terus bersamanya.

























Continue Reading

You'll Also Like

279K 19.6K 49
~Warning!~ •DILARANG PLAGIAT!! •up dua hari sekali •Mengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasan⚠️ •Harap bijak dalam memilih bacaan! Rac...
999K 31.3K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
754K 56.3K 60
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
3.2M 205K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...