Memories of Gisaeng ✔

By TheAnn

115K 6.8K 187

Perasaan cinta hanyalah sebuah kesia-siaan bagi seorang gisaeng. Meski mencintai seseorang sepenuh hati, gisa... More

Memories of Gisaeng
1st Memory
2nd Memory
3rd Memory
4th Memory
5th Memory
6th Memory
7th Memory
8th Memory
9th Memory
11th Memory
12th Memory
13th Memory
14th Memory
15th Memory
16th Memory
17th Memory
18th Memory
19th Memory
20th Memory - End
Cuplikan Session 2

10th Memory

4.4K 303 1
By TheAnn

Bulan purnama malam ini pasti indah.

Mengapa Daegam tidak singgah sejenak,

untuk menikmatinya berdua dengan hamba,

sampai matahari yang baru menggantikannya?

Begitu Yong Sook menginjakkan kaki di gibang Bu Yong, orang pertama yang dia cari adalah Eon Hwa. Dia menemukan Eon Hwa sedang bermain gayageum sendirian di sebuah gazebo. Yong Sook berdiri di hadapannya, namun Eon Hwa masih bermain sambil memejamkan mata, meski sebenarnya Eon Hwa sudah tahu, tamunya sudah datang. Yong Sook mengambil sebuah amplop berisi surat, lalu melemparkannya ke atas gayageum. Eon Hwa menghentikan permainannya.

“Selamat datang, Daegam.”

Eon Hwa meminggirkan gayageumnya, kemudian mempersilakan Yong Sook duduk di depan meja kecil yang telah penuh oleh kue dan botol arak. Eon Hwa menuangkan arak kepada Yong Sook.

“Ada yang ingin kau bicarakan?”

“Saya hanya ingin menikmati rembulan bersama Daegam,” kata Eon Hwa sambil meletakkan telunjuk di bibirnya.

Eon Hwa meleaskan tali jeogori, sehingga Yong Sook dapat melihat kulit dadanya yang mulus. Tetapi yang seharusnya Yong Sook bukanlah kulit, melainkan sebuah kertas terlipat yang terselip di antara buah dada yang masih ditutupi oleh lilitan chima. Yong Sook mengambil kertas itu secepat kilat dan memasukkan ke balik bajunya.

“Sebenarnya apa tujuanmu? Kau pasti menginginkan sesuatu,” tanya Yong Sook sambil meminum araknya.

Eon Hwa merangkak dan bersandar di dada Yong Sook, “Perlindungan. Bukan hanya untukku, tetapi juga untuk seluruh gisaeng di gibang ini, tanpa peduli mereka akan memihak siapa.”

“Itu sulit. Maksudku, jika mereka tidak memihakku.”

“Minimal, biarkan kami tetap hidup.”

***

Yong Sook meremas surat dari Eon Hwa dengan gusar, kemudian surat itu dibakar menjadi abu. Kemarin Eon Hwa menemani Haengsu Baek melayani Perdana Menteri Kim dan beberapa menteri. Di sanalah Eon Hwa mendengar pembicaraan mereka, meski tidak secara tersirat membicarakan Yong Sook.

“Apa benar putra Daegam akan menikah dengan Tuan Putri?” tanya Haengsu.

“Benar.”

“Tapi bukankah setahu saya, putra Daegam itu sudah ditunangkan dengan orang lain?”

Perdana Menteri Kim menggeleng sambil terbahak, “Kalau bisa mendapatkan Putri Raja, kenapa harus dinikahkan dengan putri bangsawan biasa?”

“Dia kan bukan bangsawan biasa.”

“Tetapi kalau aku menikahkan anakku dengan anaknya, itu berarti aku memihaknya. Meski tidak pernah berkata apapun, tetapi aku tahu apa yang ada di otaknya. Tahta.”

Haengsu menggenggam tangan Perdana Menteri, “Daegam, hati-hati, jangan menuduh sembarangan.”

Perdana Menteri mengangguk-angguk, “Ya, kau benar, tidak boleh menuduh sembarangan.”

“Lalu, kapan hari baik itu, Daegam?”

“Secepatnya. Seung Ho harus secepatnya menikah dengan Tuan Putri. Mungkin awal musim semi ini. Dengan begitu, aku dapat melindungi milik Yang Mulia dan Putera Mahkota, dari tangan orang-orang yang ingin merebutnya. Mereka harus dibasmi.”

***

“Kita harus segera bergerak, Daegam. Kita tidak bisa menunggu sampai Yang Mulia wafat. Kalau putra Perdana Menteri menikah dengan Tuan Putri, kita celaka. Kita akan segera bertindak sebelum semua itu terjadi,” kata Menteri Perpajakan.

“Lalu, apa idemu, Menteri Perpajakan?”

“Bukankah Kim Seung Ho itu kepala sekolah? Kekuatan siswa dan sarjana itu cukup berbahaya. Kalau mereka mendukung Seung Ho, habislah kita. Kita harus cari celah kesalahan Seung Ho, agar dia didepak dari sekolah dan tidak mendapat dukungan. Dan pernikahan pun batal. Setelah itu baru kita urus si tua bangka Kim.”

“Caranya?”

“Kita butuh putramu, Menteri Pendidikan Lee.”

***

Yong Han sama sekali tidak pernah berpikir akan ada hari seperti ini. Ayahnya memang sangat jarang berkunjung ke rumahnya. Begitu datang, sang ayah membawa sebuah berita yang membuatnya sangat terkejut.

Meski hidup sebagai bagian dari keluarga kerajaan, tidak pernah terlintas di pikiran Yong  Han untuk tinggal di istana sebagai pangeran, apalagi putera mahkota. Almarhum kakeknya memang seorang raja. Nenek Yong Han merupakan dayang istana yang diangkat menjadi selir karena kecantikan dan kepintarannya. Ayah Yong Han lahir lebih dulu, sebelum Yang Mulia Raja yang kini bertahta, yang lahir dari permaisuri dari keturunan bangsawan terhormat. Yong Han sempat tinggal di istana sampai umur lima tahun, ketika kakek wafat dan digantikan oleh paman tirinya. Kini Yong Han sebenarnya sudah cukup puas menginjakkan kaki kembali ke istana sebagai Menteri Pendidikan.

Namun rupanya sang ayah memiliki ambisi yang berbeda, dan Yong Han tidak pernah membayangkan hal ini. Apalagi kini ayahnya meminta bantuannya pula, untuk menjatuhkan kepala sekolah Sungkyunkwan, yang merupakan teman satu angkatannya saat sekolah dulu.

“Kenapa, Abeoji? Bukankah Seung Ho adalah tunangannya Sae Young?”

“Batal. Kim Jeong Ho yang membatalkannya sendiri, dan akan menikahkan anaknya itu dengan Putri Kyung Hye.”

“Lalu Sae Young?”

“Tidak perlu mengkhawatirkan adikmu. Dia sudah kujodohkan dengan Hwang Shin Gyu, kepala polisi yang baru.”

“Sebelumnya, aku ingin menanyakan satu hal lagi, Abeoji.”

“Silahkan.”

“Menteri Han. Ayah mertuaku. Dia dipihakmu, bukan?”

Yong Sook hanya tersenyum.

“Apapun yang terjadi, Hwa Soon dan seluruh keluarganya harus dilindungi. Jika bukan Abeoji, aku yang akan melindungi mereka dengan seluruh kekuatanku.”

“Kau tenang saja. Hwa Soon adalah menantuku. Dia permaisuri anakku.”

***

Hal pertama yang Yong Han pikirkan sebelum Hwa Soon adalah adiknya, Yong Goo. Meskipun anak itu bandel, sering melanggar peraturan sekolah, dan agak bodoh, namun Yong Goo adalah anggota komite siswa. Ada dua hal yang ditakutinya jika para siswa memihak Kim Seung Ho. Pertama, nyawa adiknya terancam, karena dianggap anak pemberontak. Kedua, adiknya akan ikut memihak Kim Seung Ho. Jadi dia pergi ke asrama pada malam buta, untuk menghindarkan adiknya dari pertikaian yang akan terjadi.

“Berikan aku alasan. Aku tidak akan pergi dari asrama ini sebelum kau memberiku alasan yang logis,” kata Yong Goo menantang kakaknya.

“Jangan membantah!” bentak Yong Han.

“Apa ini semua benar-benar karena Myung Geum?”

“Ya. Kalau aku hanya melarangmu menemuinya, bahkan kalau aku hanya menikahkanmu dengan gadis lain, kau tetap akan punya cara untuk menemuinya lagi. Aku tidak berhak mengusirnya dari ibukota, karena dia di bawah perlindungan Hojang. Jadi sebagai kakak, aku berhak mengusir adikku.”

Yong Goo terhenyak. Dia seperti melihat orang lain yang sedang duduk di hadapannya, bukan kakaknya yang baik. Ke mana Lee Yong Han yang lembut, sabar, dan penyayang itu?

“Kalau kau tidak mau pergi, aku akan mematahkan kakinya agar dia tidak akan pernah bisa menari lagi selamanya.”

Yong Goo menarik kerah baju Yong Han, “Kau tidak bisa melakukan hal itu!”

Yong Han terkekeh pelan, sadar bahwa dia kini menjadi semakin mirip dengan ayahnya yang (ternyata) kejam, “Aku bisa melakukannya.”

Yong Han menepis tangan Yong Goo dan berjalan menuju pintu, “Sekarang kau masuk kamar untuk bersiap-siap. Besok subuh San Tak dan Go Dol akan menjemputmu. Silahkan kalau kau mau kabur. Aku akan mengirimkan sepasang kaki indah kekasihmu sebagai hadiah ulang tahunmu.”

“Yong Han!” Yong Goo menggebrak meja dengan kepalan tangannya. Dia tidak memanggil kakaknya dengan sebutan Hyungnim lagi. Respek terhadap kakaknya itu sudah hilang.

***

Hwa Soon mengerjapkan mata. Dia tidak sadar telah ketiduran sembari menunggu suaminya pulang. Sejak kedatangan ayah mertuanya saat makan malam tadi, Yong Han langsung pergi entah ke mana. Hwa Soon keluar dari kamar, melihat ruang kerja Yong Han yang terang. Sepertinya Yong Han sudah pulang. Hwa Soon tidak berani masuk, takut mengganggu suaminya.

Namun setelah cukup lama Yong Han tidak keluar-keluar, Hwa Soon memberanikan diri untuk mengintip. Dilihatnya Yong Han menopang kepalanya dengan kepalan tangan, sambil memejamkan mata. Namun tampaknya tidak tidur, melainkan sedang berpikir keras, karena terlihat kerutan di dahinya.

Buin?”

Hwa Soon tersentak kaget, tetapi kemudian masuk dan duduk di depan Yong Han. Namun Yong Han menepuk bantal duduk di sebelahnya, menyuruh Hwa Soon duduk di sampingnya. Yong Han meletakkan kepalanya di atas pangkuan istrinya.

“Apakah kau mencintaiku?” tanya Yong Han.

“Tentu saja, Seobangnim,” jawab Hwa Soon sambil membelai kepala Yong Han.

“Menurutmu, aku orang yang seperti apa?”

“Kau suami yang baik, sabar, penyayang, dan bertanggung jawab. Kau juga setia, karena masih mempertahankanku yang tidak bisa memberimu putra.”

“Bagaimana kalau aku berubah? Aku tidak baik lagi, aku tidak sabar lagi. Atau mungkin suatu saat nanti kau akan melihat sisi lain dari diriku. Apa kau akan tetap mencintaiku?”

“Kau bicara apa? Tentu saja aku akan tetap mencintaimu. Kau suamiku, ayah dari anakku. Aku akan selalu mencintai dan mendukungmu.”

“Apapun yang akan terjadi nanti, apapun yang akan kulakukan nanti, apa kau akan selalu mendukungku? Meskipun itu sesuatu yang … jahat?”

“Tunggu…” Hwa Soon mendorong kepala Yong Han dari pangkuannya. Mereka saling bertatapan sekarang. Hwa Soon dapat melihat kelelahan di mata Yong Han. “Kata-katamu persis dengan kata-kata ayahku beberapa hari yang lalu. Sebenarnya ada apa? Katakan padaku. Apa yang akan kau dan ayahku lakukan?”

“Ayahku… akan menjadi raja.”

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
1.4M 114K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
1.8M 192K 57
"Boleh minta alamat rumahmu?" "Untuk apa?" ketus Syifa. "Ketemu Ayah kamu," "Ada urusan dengan Ayahku?" tanya Syifa. "Iya." jawab Lelaki itu. "Urusan...
75K 16.5K 28
[The Truth Untold Prequel 1] [NOT BxB] "Berbahagialah, Mark lee." Kisah tentang masa lalu Mark dan penyesalan terbesar dihidupnya. Start: 19/11/18 En...