SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)

By JasAlice

190K 15.4K 4.3K

Ada rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Teta... More

Prolog
1~Tertipu~
2~Senjata Makan Tuan~
3~Pemaksaan~
4~Kerjasama~
5~Aksi Milly~
6~Sahabat Terbaik~
7~Perasaan Tak Tersampaikan~
8~Bingung~
9~Special Day~
10~He~
11~Terluka~
12~Perasaan Bersalah~
13~Tarik Hati~
14~Akhir Hubungan Joshua~
15~Rencana Balas Dendam~
16~Tertangkap~
17~Karakter Tersembunyi~
18~Terperangah~
19~Titisan Julian~
20~Merriam Else Wagner~
21~Nasib~
22~Hidup atau Mati?~
23~Sebuah Awal Buruk~
24~Keinginan~
25~Sweet Moment: Degup Jantung~
26~Sweet Moment: Kiss~
27~Syarat~
28~Tamu tak diundang~
30~Posisi dia di hatinya~
31~Happy Day~
32~Perdamaian Singkat~
33~(Not) Siraman Rohani~
34~Praktik: Kebun Teh Rancabali~
35~Praktik: Membuat Perhitungan~
36~Terbongkar~
37~Friendship~
38~Rahasia Yang Sebenarnya~
39~Throwback: 1~
40~Throwback: 2~
41~Cemburu?~
42~Tanpa Judul~
43~Dia?~
44~Perihal Hati~
45~Persiapan Gencatan Senjata~
46~Tanpa Judul~
47~Tanda Tanya~
48~Derana~
49~Peran~
50~Melupakan Ego~
51~Risiko OTT~
52~Perhatian Olyn~
53~Kabar~
54~Di balik Senyum Manis~
55~Pupus~
56~Terlihat Asing~
57~Ingin Menjadi Perisai~
58~She?~
59~Kita~
60~Rasa~
61~Janji Masa Lalu~
62~Gangguan~
63~Panik~
64~Pernyataan dan Sebuah Fakta~
65~Memoar Rindu~
66~Rasa Nyaman~
67~Dukun Jadi-Jadian~
68~Masalah~
69~Penyembuh Luka~
70~Pencuri Hati~
71~Modal~
72~Awal Kisah?~
73~Gue Bersama Lo~
74~Luka~
75~Semua Tentang Kita~
Epilog
NEW GENERATION

29~Aksi Duo JeJe~

1.8K 138 3
By JasAlice

Julian berjalan berdampingan dengan Joshua di sisi kirinya. Pria itu memasukkan kedua tangannya di saku celana ketika memasuki gedung Mal. Ia melirik Joshua yang sibuk merapikan topi dan maskernya.

"Disini dingin dan gak panas, apalagi berdebu."

Joshua menurunkan maskernya hingga bawah hidung, "Gue malu," Balasnya kembali menaikkan masker hijau tersebut.

Julian menjulurkan tangannya cepat dan meraih topi Joshua, "Sialan! Balikin cepet."

Joshua menunduk sedikit merapikan rambutnya ke depan menutupi keningnya. Ia tidak ingin terlihat mengerikan di muka umum. "Keren Josh tompel lo," Puji Julian menekan kening sahabatnya.

"KAMPPFTRTTMMM," Joshua melotot ketika mulutnya dibekap Julian yang melirik sekitar mereka.

"Ini tempat umum, bukan rumah elo yang bisa teriak seenak jidat."

Pria berkulit sawo matang itu menurunkan tangan Julian kasar. Menatapnya dengan pandangan tidak suka, "Salah elo mencet jidat gue, bego!" Marahnya tidak terima. "Nih, liat! Jidat gue yang memar," Terdapat benjolan cukup lebar dengan warna keunguan di kening Joshua.

Bukannya prihatin, Julian malah terkekeh yang justru membuat Joshua kesal, "Tega!" Ia langsung merampas topi di genggaman Julian dan memilih mengeluarkan ponselnya.

To: My Honey Bunny Sweety

Ka, kita udah di Mal. Kamu di mana?

Kania menghentikan langkahnya ketika melihat sebuah pesan dari Joshua. Olyn yang berjalan di sampingnya pun ikut berhenti.

"Mereka udah sampai?" Dibalas anggukan dari Kania.

To: Joshua

Di lantai 3.

"Terus, gimana dengan Milly? Dari tadi dia belum dateng juga." Olyn melipat kedua tangannya di dada, bersandar pada dinding kosong.

"Tunggu aja Lyn," Ucap Kania masih fokus pada ponselnya. "Sehabis dari gereja tadi dia mau ketemu Koko, biasalah yang kasmaran." Cengir Kania membuat Olyn tak tahan untuk mengukir senyumnya.

"Kakak gue yang satu itu ternyata bakal melepas status jomlo nya."

"Baguslah, selama ini dia ngejalanin hubungan tanpa status."

"Iya, gue berharap mereka cepet jadian terus gue bisa makan gratis." Balasnya tersenyum sumringah dengan Kania yang menggeleng lemah.

"Lo sama Milly itu gak beda jauh, hobi makan." Ucap Kania mulai melangkah mengitari Mal diikuti Olyn di belakangnya.

Gadis itu mengangguk setuju walaupun Kania tidak melihatnya, "Benar. Asal lo tau juga, sebenarnya kita kembar yang terpisah."

Kania lebih mengabaikan kicauan Olyn karena yang gadis itu ucapkan banyak mengandung unsur ngawur. Sebenarnya untuk masalah tubuh, mereka sama-sama tinggi dan cantik. Hanya saja Olyn terlihat lebih manis kontras dengan kulitnya dan berat badan ideal.

Sedangkan Milly dengan kulit putih berdarah campuran Jepang-Indonesia terlihat begitu imut. Milly memiliki porsi makan lebih banyak dibanding Olyn meski tidak sesuai dengan berat badannya.

"Ka, kita ke sana yuk!" Seru Olyn menunjuk timezone tepat di depan mereka.

Gadis itu menarik lengan Kania penuh semangat membujuk dirinya agar ikut, "Ayolah," Rengek Olyn.

"Tapi kalo Joshua cari kita gimana?"

"Suruh mereka nyusul kita di sini aja." Balas Olyn dengan wajah dibuat seimut mungkin.

Kania berdecih pelan namun bibirnya menyunggingkan senyum. "Okay."

Olyn bersorak senang dan melangkah lebih dulu untuk mengisi saldo. Ia telah mempersiapkan kartu permainan yang selalu dibawanya.

**

"Kita lagi di timezone, kalo mau nyusul aja." Ucap Joshua membacakan pesan dari Kania.

Julian menyeruput thai tea nya sebentar, "Pasti kerjaan si Oli." Tebak pria itu benar.

"Tau tuh, doi lo gak bisa liat dikit permainan di depan matanya." Balas Joshua menaiki eskalator bersama Julian.

"Itu alasan lain kenapa gue suka sama dia," Ucap Julian membuat Joshua tersenyum remeh.

"Duh, apa banget sih." Timpalnya.

"Emangnya alasan pertamanya apa?" Pancing Joshua ketika mereka berjalan memutari menaiki eskalator menuju lantai tiga.

Bukannya menjawab, Julian malah mengedipkan kedua matanya berulang kali membuat Joshua ilfeel, "Najong!"

Ia bergidik ngeri sambil memandangi sekitar takut ada yang memandang mereka aneh. Yakali, kedua remaja itu menjadi salah satu pasangan LGBT.

"Joshuaaa tungguuu akuuuu..."

Julian berlari kemanyu mengejar Joshua yang pergi meninggalkannya ketika sampai di lantai tiga. Pria itu terkekeh melihat bahu sahabatnya bergidik, sepertinya Joshua merasa jijik dengan apa yang ia lakukan.

"Ayang bebbbb..."

"Kampret!" Umpat Joshua menaikkan maskernya dan berlari lebih kencang memasuki pelataran timezone.

Matanya langsung menangkap Kania yang sedang memasukkan bola basket ke ring. Kedua gadis itu tampak bersaing untuk mendapatkan skor tertinggi.

Kania tersentak kaget melihat Joshua yang telah berdiri di sampingnya. Dengan santainya pria itu membantu Kania mencetak skor lebih banyak dari Olyn.

Gadis itu memanyunkan bibirnya mengetahui Kania mendapat bantuan.

"Mau gue bantu?"

Tepat di sampingnya pula Julian berdiri sambil menampilkan senyum termanisnya. Tanpa menunggu persetujuannya, Julian mengambil bola basket tersebut dan pandangannya langsung terfokus ke ring.

"Gue emang gak sepandai Joshua main basket, tapi buat elo gue bakal usahain."

Glek!

Suara musik yang sedikit kencang tidak mengurangi pendengaran Olyn ketika ucapan Julian yang lebih terdengar bisikan itu sampai di telinganya. Sekarang yang ia lakukan hanyalah menguatkan hatinya untuk tidak bereaksi terlalu lebih.

"Josh!"

"Hmm." Sahut Joshua tanpa menatap Julian yang memanggilnya.

Julian mengacungkan telunjuk kanannya kaget, "Itu, di sana ada Sherin!"

"Ha? Dimana?"

Joshua langsung menghentikan lemparannya mendengar nama gadis yang disebutkan tadi. Ia celingukan memerhatikan sekitar, menatap intens satu persatu pengunjung di sana.

"YEAY!"

Teriakan Julian dan Olyn membuatnya menoleh dengan kening berkerut. Apalagi melihat Julian yang memainkan mata dan alisnya ke arahnya.

"Apa-an bule, gue gak ngerti." Sahut Joshua.

"Sherin Asathala, siswi kelas satu dari jurusan ilmu sosial, dan salah satu anggota paskibra."

Joshua berseru mendengar nama lengkap gadis anggota paskibra tersebut. "Yup, yup, kok kamu ta—" Seketika bibir Joshua terkatup tersadar sesuatu.

"Oli," Panggil Julian membuat Olyn menoleh dengan pandangan datarnya.

"Kali ini lo se-ide gak sama gue?" Ucap Julian yang ternyata mendapat respons baik.

"Iya, gue udah ngerasain hawa panas di sini. Pengen cari angin segar bentar di luar," Balasnya berjalan lebih dulu disusul Julian di belakang. Sebelumnya Julian menoleh pada Joshua sambil menyatukan kedua tangannya dan berkata dalam diam,

"Maafin bibir gue yang tidak berdosa ini,"

"Double shit!" Umpat Joshua.

Sepertinya hari ini akan ada umpatan yang sering keluar dari bibirnya.

"Jangan mengumpat untuk kesalahan yang memang datang dari lo, Joshua Atmadja."

Pria itu menggerakkan tubuhnya perlahan menghadap Kania, takut. Suara gadis itu pelan tapi begitu mengerikan di telinganya. "Gue duluan," Gadis itu melangkah pergi meninggalkan Joshua yang terus memanggil namanya.

"Sialan!"

**

"Apa, lo!"

Julian tertawa melihat sikap galak Joshua. Mereka duduk bersebelahan di bangku yang telah disediakan pihak Mal untuk beristirahat, sambil menunggu Kania dan Olyn keluar dari toko baju yang tidak jauh dari mereka berada.

"Marah?"

"Gak!"

"Maksudnya, gak salah lagi?" Tanya Julian masih ingin memanasinya.

"Tau ah, gelap."

Joshua telah bersumpah pada dirinya untuk mengigat hal ini dan akan membalasnya dilain waktu. Rasanya di diamkan Kania adalah sebuah kesalahan besar yang ia lakukan. Cukup sekali saja ia telah melukai gadis itu. Ya, dirinya akui melihat Sherin itu menyenangkan. Tapi, gadis itu hanyalah menjadi hiburan semata yang tidak bisa dibandingkan dengan posisi Kania di hatinya, sekarang, maupun selamanya.

"Kayak gue dong, setia."

Joshua menatapnya sinis, "Setia, setia," Sahut pria itu masih kesal. "Setiap tikungan ada, gitu?" Sambungnya membuat Julian terkekeh.

"Ya. Setiap tikungan ada hati yang harus diperjuangkan."

"Alah, basi kayak nasi."

Pria itu duduk membelakangi Julian membuat bule itu menggeleng tidak tahan dengan kelakuan Joshua.

Julian merangkul bahu Joshua dengan santai, "Calm bro, Kania itu bukan tipe cewek yang mudah terprovokasi." Ucap Julian.

Joshua menuruni kasar lengan tersebut. "Dengan sejarah gue yang pernah buat hati dia sakit gak bakal memengaruhi perasaannya, gitu? Gue lagi cemas bego!" Julian dihadiahi satu tabokan pada wajahnya, membuat ia mengumpat tidak suka. "Gue takut diputusin lagi sama dia," Sambungnya berkata lirih.

Joshua menunduk memerhatikan sepatu kets berwarna cokelat. Selama beberapa tahun ini ia telah memerjuangkan kembalinya hubungan dirinya dan Kania. Ia ingin memperbaiki semuanya dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi mau bagaimana lagi, kalau sudah memiliki kebiasaan menggoda seorang gadis?

Mata Julian menangkap sosok yang mungkin membuat suasana hati Joshua bisa kembali. Ia menepuk bahu Joshua dengan penuh semangat, "Gue akan buat mood elo balik, mau?"

Joshua mengernyitkan keningnya, "Gue lagi sedih dan apa yang mau lo lakuin? Jangan macem-macem deh,"

Julian menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi dan mengerling jahil, "Lo masih dendam sama Milly karena dia buat tompel di kening lo, 'kan?" Pria itu menilik bekas kejadian semalam di balik topi Joshua.

"Iya, terus?"

Joshua mengikuti arah telunjuk sahabatnya yang memperlihatkan Milly sedang menunduk ramah mendekati seorang gadis kecil. Ia terlihat menyapa ramah pada gadis cantik berkepang dua di depan butik. Gadis kecil itu memegang balon dan tangan satunya memegang gulali.

"Permisi Mbak, maaf mengganggu sebentar."

Joshua memerhatikan Julian yang mencegat dua orang gadis berhijab yang terlihat seperti mahasiswi. Ia tidak ikut berdiri dan hanya mengamati setiap tingkahnya.

"Taraaaa..." Kedua alis Joshua menyatu melihat apa yang dipegang bule tersebut.

**

"Dimana Mama mu cantik?"

"Ada di dalam lagi pilih baju."

Milly mengangguk paham seraya mengeluarkan cokelat dari dalam tas selempangnya. "Ini untuk kamu,"

Gadis kecil itu tersenyum sumringah lalu dengan cepat ingin mengambil cokelat itu namun bingung. Milly terkekeh pelan dan mengambil balon di tangan kiri gadis itu, lalu menyerahkan cokelat batangan.

"Terima kasih," Dibalas Milly tidak kalah ramah.

"Hai, Milly."

Gadis itu menegakkan tubuhnya dan mendongak menatap kedua orang yang memanggilnya. "Kalian?"

Julian tersenyum manis sambil sedikit berbasa-basi, "Baru dateng?" Dibalas anggukan Milly. "Lo dari tadi dicari Kania sama Oli." Sambungnya sok akrab.

"Dimana mereka sekarang?"

"Biasa urusan cewek," Timpal Joshua berjongkok mengajak gadis kecil itu bicara.

Merasa gemas dengan pipi gembul gadis itu Joshua mencubitnya pelan, "Lucu banget kamu dek,"

Semburat merah muncul di kedua pipi putihnya membuat Joshua terkekeh melihat hal tersebut. Siapapun pasti terpesona dengan dirinya, terbukti anak kecil pun turut mengakuinya. "Kakak ganteng deh," Pujinya tersenyum malu.

"Makasih lho buat pujiannya."

"Cih," Milly muak melihat wajah sok imut Joshua.

"Mil, ada yang mau lo katakan sebelum gue lakuin ini,"

Pandangan Milly beralih pada Julian yang sedang menggenggam—jarum pentul?

Ia menatap heran ke Julian masih tidak mengerti maksud pria itu, "Biar lo paham gue praktikan sekarang." Senyum jahil muncul di wajah tampannya.

DORR!

Matanya berkedip berulang kali mendengar letusan balon yang tengah ia genggam. Untung ia tidak takut pada balon, jadinya tidak perlu teriak ketakutan.

"Ups, kayaknya bakal ada yang nangis nih,"

Ucapan Julian membuat Milly mengikuti arah pandangnya. Disana, gadis kecil tadi menatap nya dengan wajah memerah dan air mata dipelupuk matanya. Bibirnya mulai bergetar tidak kuat menahan rasa yang memuncak untuk di keluarkan.

"Hiks... Mamaaaaaa Kakak ini jahatttt hiks hiks," Tunjuk pada Milly dengan tangis yang semakin kuat, membuatnya kelimpungan sendiri.

"Bukan Kakak dek, tapi dia." Gadis kecil itu tidak menggubrisnya dan terus menangis terisak.

"Bro cabut, kayak nya itu emaknya lagi ke sini." Joshua menarik Julian untuk segera pergi. Mereka berdua tertawa di atas penderitaan Milly.

Gadis bermata sipit itu semakin gelisah ketika melihat seorang Ibu berbadan besar keluar dengan mata tajam nya. "Kamu kenapa sayang, siapa yang buat kamu nangis?"

Tenggorokan Milly tercekat mendengar nada marah tersebut. Apalagi saat gadis kecil itu menunjuk dirinya, "Kakak ini yang pecahin balonnya."

Milly mengibaskan kedua tangannya, "Bu-kkan tan-te, temen saya yang pecahinnya."

"Hei, kamu jangan coba nipu saya. Anak saya gak pernah bohong!" Marahnya mendekati Milly dan gadis itu malah mundur.

Sebenarnya yang gadis kecil itu tahu hanyalah balon miliknya dipegang Milly. Sebelum balon itu pecah, ia terus diajak bicara oleh Joshua, agar rencana kedua pria itu berjalan mulus.

"Mamaaaa balooonn ku dipecahin Kakak ini hiksss..."

Kembali sang Ibu mendekati anaknya dan mengelus puncak kepalanya. "Udah, kamu tenang aja biar Mama kasih pelajaran ke dia."

"Waduh," Kaget Milly refleks memundurkan tubuhnya menjaga jarak.

Ia tersenyum kikuk saat ditatap wanita bertubuh gempal itu. Mereka berdua tidak mirip sama sekali, pikir Milly.

"Tante, sebelumnya saya minta maaf banget. Jujur, bukan saya pelakunya di sini saya di kambing hitamkan."

Belum sempat wanita itu menyanggah Milly menundukkan kepalanya hormat, "Permisi,"

"Kyaaaaa kaboorrr..."

Ia langsung lari ngibrit meninggalkan Ibu dan anak tersebut. Membuat gelak tawa dari seberang sana. Julian tidak dapat menghentikan tawanya terlebih perutnya yang sakit. Disampingnya, Joshua memegang mulutnya yang ikut terasa sakit.

"Sukses!"

Mereka bertos ria melihat Milly dengan ketakutannya sekarang.

**

Kuylah Follow IG Alice: jasmineeal

Follback? Okay.

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 117K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
375K 27.5K 51
tentang NAUMI Gadis penuh luka, hidupnya sepi dan hampa. saat fisik dan hati di tikam secara bersamaan, disitulah mulainya penderitaan. senja dan h...
176K 9.5K 200
• Kumpulan Humor • Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang dalam Undang-undang pasal sekian dan nomor sekian Peringatan : ▪ Hati-hati bisa bikin ngak...
93.6K 6.1K 57
Siapa bilang IPS isinya cuma anak-anak nakal? Buktinya XI IPS 1 ngga ada tuh berandalan. Anak kelasnya macem-macem dari tukang cosplay anime sampe at...