SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)

By JasAlice

190K 15.4K 4.3K

Ada rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Teta... More

Prolog
1~Tertipu~
2~Senjata Makan Tuan~
3~Pemaksaan~
4~Kerjasama~
5~Aksi Milly~
6~Sahabat Terbaik~
7~Perasaan Tak Tersampaikan~
8~Bingung~
9~Special Day~
10~He~
11~Terluka~
12~Perasaan Bersalah~
13~Tarik Hati~
14~Akhir Hubungan Joshua~
15~Rencana Balas Dendam~
16~Tertangkap~
17~Karakter Tersembunyi~
18~Terperangah~
19~Titisan Julian~
20~Merriam Else Wagner~
21~Nasib~
22~Hidup atau Mati?~
23~Sebuah Awal Buruk~
24~Keinginan~
25~Sweet Moment: Degup Jantung~
26~Sweet Moment: Kiss~
27~Syarat~
29~Aksi Duo JeJe~
30~Posisi dia di hatinya~
31~Happy Day~
32~Perdamaian Singkat~
33~(Not) Siraman Rohani~
34~Praktik: Kebun Teh Rancabali~
35~Praktik: Membuat Perhitungan~
36~Terbongkar~
37~Friendship~
38~Rahasia Yang Sebenarnya~
39~Throwback: 1~
40~Throwback: 2~
41~Cemburu?~
42~Tanpa Judul~
43~Dia?~
44~Perihal Hati~
45~Persiapan Gencatan Senjata~
46~Tanpa Judul~
47~Tanda Tanya~
48~Derana~
49~Peran~
50~Melupakan Ego~
51~Risiko OTT~
52~Perhatian Olyn~
53~Kabar~
54~Di balik Senyum Manis~
55~Pupus~
56~Terlihat Asing~
57~Ingin Menjadi Perisai~
58~She?~
59~Kita~
60~Rasa~
61~Janji Masa Lalu~
62~Gangguan~
63~Panik~
64~Pernyataan dan Sebuah Fakta~
65~Memoar Rindu~
66~Rasa Nyaman~
67~Dukun Jadi-Jadian~
68~Masalah~
69~Penyembuh Luka~
70~Pencuri Hati~
71~Modal~
72~Awal Kisah?~
73~Gue Bersama Lo~
74~Luka~
75~Semua Tentang Kita~
Epilog
NEW GENERATION

28~Tamu tak diundang~

1.7K 146 6
By JasAlice

Gadis itu mengerang tidak suka saat bahunya disentuh. Ia masih bertahan dalam kantuk yang mendera. Tidak peduli di mana ia berada sekarang.

"Hmm,"

Untuk kesekian kalinya, gadis itu tidak kunjung bangun.

"Argh..."

Mata Olyn mengerjap ketika seseorang menyipratkan air ke wajahnya. Ia sedikit menyipitkan matanya saat matahari sore mengenai dirinya.

Julian berdiri dengan santainya sambil memegang sebotol air mineral. Ia mengenakan baju santai dengan jeans dan ransel di punggungnya.

Tampaknya acara perlombaannya telah usai. "Lo mau nginep di sini?"

Olyn mengusap cipratan tadi dengan kasar lalu menatap sekitar. Tribun dan lapangan bulu tangkis yang sebelumnya dipenuhi suara sorakan suporter, pemain, dan murid SMA Negeri 21 sebagai tuan rumah ajang perlombaan telah menghilang. Satu-satunya yang tersisa hanyalah tukang sapu yang tengah membersihkan sampah yang berserakan di sana.

Olyn mendongak menatap Julian bingung, "Lombanya udah selesai?"

Julian berdecak kesal, "Dari dua puluh menit yang lalu."

"Terus, siapa yang menang?"

Julian melongo mendengar ucapan Olyn. "Lo gak lihat?" Tanyanya balik.

Gadis itu menggeleng lemah masih menyisakan hawa ngantuk pada matanya.

Mimik wajah Julian menjadi murung mengetahui hal tersebut. "Sejak kapan?"

"Seingat gue waktu tim lo masuk babak final."

Senyum di bibir Julian mengembang. Setidaknya, gadis itu masih menonton dirinya menang di babak penyisihan. Ia menurunkan ranselnya dan mengeluarkan sesuatu untuk diperlihatkan pada gadis itu.

"Taraaaaa." Seru Julian memperlihatkan piagam juara satunya.

"Lo menang?"

Julian mengangguk semangat. "Lagi, lagi, gue dan tim nambah deretan piala di sekolah." Senangnya memasukkan kembali piagam tersebut. "Untuk piala udah dibawa anak yang lain biar langsung disimpen di sekolah."

"Bagus deh kalo elo menang." Balas Olyn meraih tasnya. "Gue udah tepatin janji, waktunya gue untuk pulang." Lanjutnya berdiri sambil merapikan rok panjang abu-abu dan kaus olahraganya.

"Gak bisa gitu dong," Julian menarik pergelangan tangan Olyn ketika melangkah pergi.

Gadis itu menatap tangannya sebentar lalu melepasnya kasar. "Apa lagi sih? Syarat elo udah gue penuhin bule!"

"Lo pergi sama gue, otomatis pulangnya harus sama gue, jelek." Balas Julian tidak mau kalah.

"Gue bisa pesen ojek online,"

"Sekarang udah jam setengah enam lewat," Ia mendongak menatap langit sebentar. "Butuh waktu lebih dari tiga puluh menit untuk sampai ke rumah elo. Belum lagi ditambah jalanan sore yang padat." Jelasnya membuat Olyn cemberut mendengar ceramah dari pria itu.

"Gak baik kalo elo pergi sama orang yang gak dikenal. Bukan gue mau ngejelekin nama baik pihak lain, tapi selagi elo masih sama orang yang dikenal, kenapa enggak."

Olyn menatap sinis Julian dari ujung sepatu hingga atas kepalanya. "Emang elo orang yang gue kenal? Lo juga gak baik sama gue, kalo jahat mungkin iya." Ucapnya meremehkan Julian.

Pria itu terkekeh pelan sambil mengulurkan tangannya mengelus lembut pipi kanan Olyn. Julian tidak tahu jika usapan itu berdampak pada detak jantung Olyn.

Jangan baper, okay.

Gadis itu mencoba meyakinkan dirinya untuk tidak bereaksi lebih.

"Bagus kalo elo mencap gue jahat. Dengan begitu, lo udah tau gimana pribadi gue tanpa harus ditutupi." Ucapnya menatap lurus Olyn.

Olyn menahan napasnya saat tahu Julian menunduk mendekati telinganya. Dalam hati Julian tertawa merasa tubuh Olyn yang menegang. "Lo selalu jinak kalo gue udah ngelus pipi lo," Bisiknya membuat semburat merah itu muncul.

Olyn mendorong tubuh Julian kasar. Berjalan cepat menuruni tribun meninggalkan Julian yang tersenyum menatap kepergian Olyn.

"Kadang, gue ngerasa bahasa tubuh lo menunjukkan respons yang baik agar gue bisa terus mendekati elo."

**

Olyn dan Kania berjalan di belakang Milly yang telah menuju dapur duluan. Mereka telah mencium bau sedap dari sana menyebabkan perut ketiganya berbunyi tidak tahan diisi.

"Ayo sini, makan malam dulu."

Diana meletakkan piring terakhir berisi udang saus asam manis. Mereka langsung mengambil posisi duduk masing-masing. Diana-Olyn, Kania-Milly.

"Doa dulu," Pesan Diana dan dipatuhi mereka.

Baru ingin mengambil sendok nasi, Kania langsung kalah cepat dengan Milly. Ketiganya mengulum senyum melihat porsi nasi gadis bermata sipit itu.

Merasa diperhatikan, Milly menatap mereka satu persatu terutama Diana, "Tante udah tau lah porsi Milly." Ucapnya tersenyum malu.

Diana tersenyum paham dan memilih menuangkan air putih untuk mereka.

Olyn mengambil dua ekor udang di depannya. Menancapkan ke garpu lalu diangkatnya sedikit. Senyumnya mengembang ketika mengingat sesuatu.

Milly menyenggol sikut Kania, "Dia kenapa?" Ucapnya memerhatikan Olyn yang masih fokus pada udang di garpu.

Gadis itu mengikuti arah pandang Milly. Sepertinya ia tahu penyebab senyum itu muncul.

"Elo kenapa Lyn, kesambet?" Tanya Milly penasaran.

"Gue cuma keinget Julian makan udang sambal buatan Mama." Balasnya tanpa mengalihkan pandangan. "Gue tau kalo dia gak suka pedas dan dengan jahilnya gue masukin beberapa udang lagi. Gak ketinggalan lima sendok sambal pedasnya," Ia tidak bisa menahan senyum lebarnya. Terlalu lucu jika mengingat lanjutannya, di mana Julian langsung kabur melarikan diri dari santapan makan siang yang terkesan mengerikan.

Milly bersiul iseng dengan wajah menggodanya. "Aw, aw, jangan bilang elo lagi kangen Julian? Secara, sabtu ini kita libur buat persiapan penelitian."

Olyn mengerjapkan matanya tersadar dari lamunannya dan langsung mendapati tatapan menggoda dari Kania. "Kalo kangen bilang aja Lyn, gak usah dipendam." Timpal Kania terkekeh pelan.

Diana berdeham pelan membuat Olyn menoleh, "Duh, anak Mama mulai berpaling kayaknya." Sambungnya meramaikan suasana yang membuat Milly semakin gencar membuat Olyn merona.

"Cinta baru mulai tumbuh di hati Olyn tuh, Tan. Kasihan Mauza bakal dibiarin sama Olyn." Ucapnya mendapat tatapan tajam dari Milly. "Ah, iya, mending Mauza buat gue ya, Lyn?" Lanjutnya tertawa renyah.

Olyn membanting sendok dan garpunya. Merenggangkan jari-jarinya dengan pandangan tajam ke arah Milly. Gadis itu memelankan tawanya berganti dengan wajah ketakutannya. Ia menelan salivanya melihat Olyn menggeser kursinya, berdiri dan berjalan pelan menuju Milly.

Kania menggelengkan kepalanya menyaksikan itu semua. Sebentar lagi akan ada perang antara blok barat dan blok sekutu.

"MILLYYYYYYY...."

"KYAAAAAA KABOOORRRR DARI MAK LAMPIRRRRR...."

Milly berlari duluan menuju sofa ruang tamu menghindari kejaran Olyn. Gadis itu memblok langkah Milly yang ingin kabur mencoba mencari celah.

"Gue gak bakal biarin elo kabur," Tekad Olyn masih mengikuti pergerakan Milly yang berlindung di sofa lebar.

Gadis berkulit putih itu menyatukan kedua telapak tangannya, "Ampun Lyn, damai ya?" Ucapnya memaksakan senyum.

"Gak, sebelum elo gue kramasin."

Milly menegang mendengar kata terakhir tersebut. Kata yang berarti ia akan di make-up Olyn dan hasil nya akan di posting ke sosmed. Iya, mending kalo hasilnya bagus. Lah, seorang Griselda Violyn tidak pandai berias. Bisa-bisa wajahnya seperti topeng monyet.

"Gakkkk mauuuuuuuu..."

Milly berlari meraih knop pintu utama dengan Olyn yang mengejar di belakang.

Duak!

Pintu terdorong sempurna dan menyebabkan seseorang yang bertamu berdiri di depan pintu itu terjauh.

Milly dan Olyn yang terkejut berhenti di tempat. Bibir Milly terbuka lebar dan Olyn menutup mulut merasa kaget.

Terdengar suara keributan yang aneh, membuat Diana dan Kania bergegas menuju ke teras. Mata mereka terbelalak melihat pria tinggi tergeletak merintih memegangi keningnya.

"Jo-shua?"

Pria itu mencoba bangun sambil menatap orang yang ingin ia temui. Penglihatannya mulai kabur perlahan, "Ka-ni-a,"

Tubuh Joshua sepenuhnya jatuh.

**

Kuylah!

Sambil menunggu kelanjutan cerita SPG mampir ke cerita Alice satu ini. Baru prolog dan akan segera dilanjutin secepatnya. Thank youuu

Continue Reading

You'll Also Like

40.5K 3K 78
[ non-fiksi/self-love/opini ] On going - slow update
29.3K 294 164
Aku hanya menggungkapkan rasa hati lewat kata-kata Bukan pejabat Atau pun penguasa Hanya menyukai syair-syair Karena aku penyair jalanan
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 116K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3M 118K 200
#Rank 1 tertawa ( 08/12/2018 ) Mari tertawa sebelum tertawa itu dilarang :v Berisi tentang kata kata lucu. Mari ketawa bareng. Instagram : indahsp.a...