Love Hanan (Complete)

By Bisri_Muhammad

110K 5K 655

#240 (08-07-2018) di Spiritual. Cerita sudah lengkap yah. Kalian tinggal baca dan vote serta koment ceritanya... More

01.Selamat Hanan
02. Hujan
03.Terlambat Ke Sekolah
04.Rumah Hanan
05.Berubah
06.Orang Ke Tiga
07.Tentang Hanan
08.Oppa Dan Cewek Bawel
09.Keputusan Dhilla
10.Dhilla Berhijab
11.Meledak
12.Cast
13.Gunakan Hatimu Hanan
14.Ulang Tahun Dhilla
16.Info Penting
17.Hanan Pergi
18.Ada Rindu Dari Mesir
19.Hanan Kembali
20.Restu Ayah
21.Melamar
22.Persiapan Pernikahan
23.kabar gembira
24.Tunggu Aku Sebentar Lagi
25.Kamu Di Mana?
26.Badai Melanda
27.Akhir Sebuah Cerita
28.Promise
29.Lembaran baru
30.Mimpi
31.Surga untuk Ibu dan Ayah
32.Di Lamar
33. Siapa Hanan?
34. Mencari Petunjuk
35. Ken
36. Menikah
37. Titik Terang
38. Kebohongan Besar
39. Kenyataan Pahit
40.Ending
41. Puisi untuk Hanan(Bonus part)
42. 101 Impian Kaylla.
wajib baca!!!

15.Love Hanan

2K 124 7
By Bisri_Muhammad

"Mau apa Kamu ke sini?" Tanya Dhilla dengan nada malas.

"Aku..." ujar Hanan gugup.

"Kamu cuman punya waktu 5 menit." Ujar Dhilla.

"Mhh... 5 menit itu sudah cukup kok Dhill." Hanan tersenyum senang.

"Waktu kamu tinggal 4 menit." Ujar Dhilla menatap jam tanganya.

"Aku mau minta maaf sama kamu..." ujar Hanan tulus.

"Maaf untuk?" Tanya Dhilla sinis.

"Untuk semuanya. Semua yang aku lakukan ke kamu. Semua yang aku katakan. Dhill aku tau itu sudah menyakiti perasaan kamu dan aku mohon maafkan aku." Ujar Hanan tulus. Wajahnya terlihat sangat merasa bersalah.

Melihat Hanan seperti ini ingin rasanya Dhilla menangis saat ini juga. Tapi Dhilla tidak ingin terlihat lemah di depan Hanan.

"Aku udah maafin kamu kok. Selesai kan? Kalo gitu aku masuk." Dhilla hendak masuk ke dalam. Hanan meyusul dan mengejar Dhilla sampai ke halaman depan rumah Dhilla.

"Tunggu." Cegah Hanan.

"Apa lagi?" Dhilla masih berusaha cuek pada Hanan.

"Ini buat kamu." Hanan memberikan kotak berwarna coklat pada Dhilla. "Selamat ulang tahun Dhilla." Hanan tersenyum manis pada Dhilla.

Seketika itu hati Dhilla luluh. Amarahnya, kebecian, dan kekecewaan terhadap Hanan seketika sirna.

"Apa ini?" Tanya Dhilla.

"Ambilah, aku harap kamu suka." Hanan memberikan kotaknya.

"Ok sekarang udah aku terima. Sekarang apa lagi? 5 menit nya udah habis."

"Aku..." ujar Hanan gugup.

"Apa?" Tanya Dhilla penasaran.

"Aku..." Hanan terlihat sangat gugup. Hanan menepis keringat di pelipisnya. Untuk sesaat Hanan merasakan jantungnya memompa lebih keras.

"Aku..." ujar Hanan.

"Sudahlah! Aku mau masuk. Kamu pulang ajah." Dhilla berbalik dan berjalan menjauhi Hanan.

"Aku suka sama kamu!" Ujar Hanan sedikit berteriak.

Degh...

Seketika tubuh Dhilla terhenti mematung di tempat. Kakinya terantai besi besar yang menahan tububnya agar tetap di sana.

"Aku suka sama kamu Dhilla." Ujar Hanan menyadarkan Dhilla. Kali ini suara itu terdengar dekat di telinganya.

Dhilla berusaha membalikan tubuhnya dengan susah payah.

Brukkk...
Kotak yang ada di tanganya terjatuh. Dhilla terlihat kaget mendapati sosok Hanan sudah berada di depanya. Jantungnya berdebar sangat cepat.

"Aku suka sama kamu." Untuk kesekian kalinya kata itu terucap dari bibir Hanan.

Dhilla menatap Hanan. Hanan tersenyum pada Dhilla senyum tulus yang di berikan Hanan mampu membuat Dhilla tersenyum dan tersipu malu.

"Aku cinta sama kamu Dhilla." Ujar Hanan sembari melangkah mendekat ke arah Dhilla.

"Kamu mau ngapain?" Tanya Dhilla gugup.

"Aku cinta sama kamu Dhilla." Hanan berjalan semakin dekat dan bahkan tubuh mereka sangat dekat saat ini.

"Hanan kamu mau ngapain? jangan deket deket." Dhilla semakin gugup. Dhilla tidak berani menatap Hanan saat ini hanya dada Hanan yang ada di pandanganya.

"Dhilla..." panggil Hanan lembut.

"Nggak Hanan..." Dhilla menggelengkan kepalanya dan masih dengan kepala tertunduk.

"Dhilla..." Hanan menundukan tubuhnya. Mengsejajarkan wajahnya menatap Dhilla.

"Hanan kamu mau ngapain?" Tanya Dhilla gugup dengan pipi yang mulai memerah.

Hanan tidak menjawab apa apa. Hanya tersenyum sambil menatap Dhilla lekat.

Dhilla tak kuasa lagi menahan semuanya. Tak kuasa menatap Hanan lebih lama lagi. Dhilla memejamkan matanya.

Hanan mendekatkan wajahnya semakin dekat.

"Dhilla... buka mata kamu." Pinta Hanan.

Dengan sedikit ragu Dhilla membuka matanya. Terlihat Hanan sudah berdiri tegak dengan memegang kotak yang tadi terjatuh.

Dhilla akhirnya bisa merasakan oksigen dengan lancar di hirupnya. Dhilla kembali menatap Hanan. Hanan terlihat sibuk membuka pita di kotak itu.

Hanan mengeluarkan hijab dalam kotak dan mendekat ke arah Dhilla.

"Maaf yah." Ujar Hanan.

"Mau apa?"

"Kamu diam dulu." Pinta Hanan.

Hanan meraih rambut Dhilla dan berusaha mengikat rambutnya.

"Eh..." Dhilla terlihat kaget. Tapi dia tetap diam. Jarak mereka sangat dekat, Dhilla bisa mencium wangi tubuh Hanan.

"Udah." Hanan memundurkan sedikit tubuhnya.

Dhilla memegang rambutnya. Ternyata sudah terkuncir cukup rapih oleh Hanan.

Hanan kembali memajukan tubuhnya. Dan untuk kesekian kalinya Dhilla merasakan sesak. Dan deg degan yang teramat sangat.

Hanan menyematkan hijab segi empat pada Dhilla dan memasangkan Hijab itu untuk Dhilla.

"Selesai..." ujar Hanan senang.

Dhilla seketika itu juga menangis. Dhilla benar benar merasa sangat terharu atas apa yang Hanan lakukan padanya.

"Aku cinta kamu karena Allah. Aku cinta kamu sebelum kamu memakai hijab ini. Dan sebelum kamu melakukan semua ini untuk aku. Aku sudah mencintaimu." Ujar Hanan tulus.

"Aku suka melihat kamu berhijab, Sangat menyukainya. Kamu sangat cantik dengan hijab ini. Maafkan perkataanku waktu itu. Aku mohon jangan lepaskan hijab kamu lagi." Pinta Hanan dengan tulus.

Dhilla tidak bisa berkata apa apa. Hanya air mata yang terjatuh mewakili setiap kata yang tak mampu terucap di bibirnya.

"Jangan menangis lagi Dhilla. Aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi." Hanan menyeka air mata di pipi Dhilla.

"Kamu jahat. Kenapa kamu baru bilang ini sekarang?" Ujar Dhilla dengan suara yang mulai parau.

"Aku tahu Dhilla. Maafkan aku karena aku terlalu pengecut untuk mengakuinya. Tapi saat ini aku tidak akan lagi bersikap seperti itu." Hanan tersenyum pada Dhilla.

Dhilla membersihkan air matanya. Dan berjalan kemudian duduk di bangku yang ada di halaman rumah Dhilla. Di susul Hanan.

"Mhhh..." Dhilla terlihat sangat gugup. Tanganya meremas jemarimya sendiri.

"Apa sekarang. Mhhh... apa sekarang kita pacaran?" Tanya Dhilla pelan. Hanan tersenyum mendengar pertanyaan Dhilla.

"Kamu mau nya gimana?" Goda Hanan.

"Ishh..." Dhilla berdecak sebal.

"Dhilla..." panggil Hanan lembut.
Dhilla menatap Hanan dan menunggu kata selanjutnya dari Hanan.

"Bisakah kamu menunggu sedikit lebih lama lagi?" Tanya Hanan serius.

"Menungggu?" Seketika senyum itu hilang kembali. "Apa ini karena Fatimah?" Tanya Dhilla sedih.

"Ini bukan karena Fatimah." Hanan tersenyum. "Kamu tahu, aku masih sekolah. Dan belum bekerja." Ujar Hanan.

"Apa hubunganya?" Dhilla terlihat bingung.

"Aku belum siap menikah sekarang."

"Hah..." Dhilla terlihat sangat kaget.

"Kamu tahu Dhill. Dalam agama kita tidak ada istilah pacaran. Jadi aku mau kamu menunggu sedikit lebih lama. Sampai saatnya nanti aku bertemu Ayahmu dan menghitbah mu untuk ku." Hanan menjelaskan.

"Hanan..." mata Dhilla kembali berkaca kaca.

"Tapi kalau kamu siap setelah lulus SMA. Mungkin aku bisa minta warisan pada Bunda lebih awal untuk menghidupi kita berdua." Ujar Hanan becanda.

"Ihhh... kasihan Bunda entar." Dhilla tersenyum senang.

"Aku juga gak akan membiarkan orang yang aku cinta hidup sengsara." Ujar Hanan menatap Dhilla lekat.

"Dhilla ..." ujar Hanan lirih.

"Iyah?" Dhilla menatap Hanan.

"Bisakah kamu menjaga Hatimu sedikit lebih lama?" Tanya Hanan serius.

Dhilla diam tidak menjawab. Hanan menantikan jawaban Dhilla.

"Kamu tahu, semenjak pertama kali aku mendengar suaramu saat Adzan?
Semenjak saat itu aku menjadikanmu kiblat cinta ku dan arah riduku Hanan." Ujar Dhilla tulus.

"Aku akan siap menjaga hati ini. Sampai saatnya kau bertemu Ayah. Dan menghalalkanku. " Dhilla menatap Hanan serius "tapi jangan lama lama yah." Pinta Dhilla manja.

"Terima kasih Dhilla, Aku akan selalu menjaga Hati ini untuk mu." Hanan tersenyum sangat tulus pada Dhilla.

Seketika suasana hening. Bintang berkedip indah malam ini. Dan bulan bersinar terang bersana semilir angin yang sejuk.

"Kamu tahu Dhilla?" Tanya Hanan memecah keheningan.

"Apa?"

"Kamu tahu, kenapa kamu selalu menjadi hujan dalam hidupku dan bukanlah pelangi?" Tanya Hanan menatap Dhilla.

"Aku gak tahu?." Jawab Dhilla jujur.

Hanan mengangkat sudut bibirnya membentuk senyum kecil. Dan kemudian menatap lurus ke depan.

"Aku tidak ingin menjadikanmu pelangi. Karena meskipun indah itu hanya datang untuk sementara setelah itu menghilang pergi." Ujar Hanan.

"Tapi Hujan juga kan cuman datang sementara. Setelah itu juga pergi." Ujar Dhilla.

"Meskipun begitu, ketika hujan turun. Sekeras apapun aku menghindarinya, menggunakan payung sekalipun, menggunakan pelindung apapun, tetap saja akan ada satu tetes air yang akan membasahiku." Ujar Hanan menatap Dhilla.

"Aku gak ngerti?" Ujar Dhilla polos.

"Ishh..." Hanan tertawa sembari mengelus kepala Dhilla pelan.

"Intinya seberapa besar aku mencoba menghindari hujan itu tidak akan bisa. Hati ini akan tetap kembali padanya." Hanan menatap Dhilla penuh cinta.

Dhilla tersenyum senang. Semenjak saat itu dia benar benar suka hujan dan sekarang dia tahu kenapa selama ini dia selalu menjadi hujan untuk Hanan dan bukanlah pelangi.

"Hanan..."

"Iyah?"

"Aku boleh minta sesuatu?"

"Mhhh..."

"Besok jemput ke sini yah, kita berangkat sekolah bareng." Pinta Dhilla.

Hanan seketika itu diam.

"Hanan, kenapa?" Tanya Dhilla mengagetkan Hanan.

"Ehh... gak apa apa kok Dhill. Ok besok aku jemput kamu ke rumah yah." Ujar Hanan setuju.

"Yes... makasih Hanan." Dhilla terlihat senang sekali.

"Dhill, kamu masuk ke dalam yah ini sudah malam." Pinta Hanan.

"Mhhh..." Dhilla mengangguk. "Tapi kamu harus janji besok jemput aku." Pinta Dhilla memastikan.

"Aku janji." Hanan mengiyakan.

"Selamat malam Hanan." Dhilla masuk ke dalam dengan tetap memandang Hanan.

"Selamat malam Dhilla." Hanan melambaykan tanganya. Dan bergegas keluar dari rumah Dhilla untuk segera pulang.

****

Pagi harinya Dhilla bangun dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya. Tanpa Dhilla cerita Ibu dan Ayahnya sudah tahu apa yang terjadi semalam dan mereka juga bahagia melihat Dhilla tersenyum seperti ini.

"Bu, kotak makan yang warna biru mana yah?" Tanya Dhilla pada Ibu yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Ada di sana sayang di lemari." Teriak Ibu.

"Iyah Bu ada." Jawab Dhilla senang.

"Kamu mau bawa bekal ke sekolah?" Tanya Ibu.

"Enggak. Ini sarapan buat Hanan Bu." Dhilla tersenyum dengan pipi memerah.

"Aduh anak Ibu ini, perhatian sekali sama pacarnya." Goda Ibu.

"Ih... kita gak pacaran kok." Dhilla mengelak, karena memang semalam mereka gak jadian.

"Masa sih?"

Tid... tid...

Suara kelakson dari luar terdengar.

"Siapa yah?" Dhilla terlihat bingung.

"Itu Hanan mungkin." Ujar Ayah menebak.

"Tapi ini kan masih pagi. Masa udah jemput sih."

"Coba kamu lihat dulu ke depan." Suruh Ibu.

Bergegas Dhilla berlari ke depan untuk melihat siapa yang datang.

Terlihat di sana Hanan melambaykan tanganya dan tersenyum pada Dhilla.

"Ehh... tunggu bentar yah." Teriak Dhilla. Bergegas Dhilla berlari mengambil tas dan kotak bekal makananya. Dan bergegas menghampiri Hanan.

"Kok pagi banget sih?" Ujar Dhilla sambil merapihkan hijabnya.

"Maaf yah aku jemput sepagi ini. Soalnya ada urusan di sekolah jadi harus berangkat pagi." Ujar Hanan berbohong.

"Oh, ya udah gak papa yuk berangkat." Ajak Dhilla semangat 45. Ini hari pertama Dhilla kembali ke sekolah dan ini hari pertama berangkat sekolah bersama Hanan tapi ini juga Hari di mana Hanan akan pergi ke Mesir. Dan Dhilla tidak tahu itu.

Di perjalanan...

"Hanan udah sarapan?" Tanya Dhilla.

"Belum." Jawab Hanan jujur.

"Ini terlalu pagi, pasti kamu gak ke buru kan buat sarapan." Ujar Dhilla. "Ini buat Hanan." Dhilla menyodorkan kotak bekal pada Hanan.

"Aku lagi nyetir Dhill." Ujar Hanan.
"Suapin ajah." Pinta Hanan.

Dhilla terdiam. Jantungnya berdetak sangat cepat Dhilla menggit bibir dalamnya berusaha untuk tidak menjerit dalam mobil.

Dengan sedikit gemetar Dhilla mengambil roti sandwich dan menyuapi Hanan.

"Enak. Ini kamu yang buat?" Tanya Hanan.

"Eh.. iyah, tapi tadi di bantuin Ibu." Jawab Dhilla masih tidak bisa menahan kebahagiaanya.

"Kamu kenapa?" Tanya Hanan yang tiba tiba menatap ke arah Dhilla.
Dhilla terlihat sangat malu.

"Jangan liatin aku. Fokus nyetir ajah." Pinta Dhilla gugup. Hanan tertawa kecil mendengar permintaan Dhilla.

"Gimana mau fokus sama jalan kalo perut aku lapar. Sini mana roti nya suapin lagi." Goda Hanan.

Itu membuat Dhilla semakin ingin menjerit jerit. "Ingin ku teriak...." pikir Dhilla dalam hati. Kemudian Dhilla kembali menyuapi Hanan.

"Kamu juga belum sarapan kan?" Tanya Hanan.

"Eh udah kok..."

"Gak usah bohong. Tadi aku jemput kamu pagi pagi banget dan kamu siapin ini buat aku. Pasti kamu sendiri belum sarapan kan?" Tanya Hanan.

"Iyah sih. Tapi gak apa apa kok, aku gak lapar." Jawab Dhilla berbohong.

"Makan ajah rotinya." Pinta Hanan.

"Gak usah aku gak apa apa. Buat kamu ajah." Tolak Dhilla.

Hanan meraih roti dari tangan Dhilla dan menyuapi Dhilla.

"Ayo makan..." pinta Hanan dengan senyum manisnya.

Dhilla tidak bisa lagi menolak dan langsung memakan roti dari suapan tangan Hanan.

Dhilla menguyahnya pelan.

"Aaaa... makan lagi." Hanan kembali menyuapi Dhilla.

"Buat kamu ajah." Tolak Dhilla.

"Yaudah..." Hanan memakan sisa rotinya.

Selang beberapa menit mereka telah sampai di depan gerbang SMA Mandala.

"Kamu turun di sini gak apa apa?" Tanya Hanan.

"Loh emang kenapa? Kamu gak masuk?" Tanya Dhilla heran.

"Oh aku harus mengantarkan obat untuk Bunda." Ujar Hanan kembali berbohong.

"Bunda sakit?" Tanya Dhilla khawatir.

"Enggak kok. Cuman lagi gak enak badan ajah."

"Oh, kalau gitu bilang ke Bunda cepet sembuh yah."

"Iyah..." Hanan turun dari mobil. Dan membukakan pintu untuk Dhilla. Dhilla turun dengan senyum yang terus mengembang.

"Aku masuk yah. Ini bekalnya nanti di habiskan yah." Dhilla memberikan kotak bekal yang masih terisi.

"Siap tuan putri." Ujar Hanan dengan senyumnya.

Pipi Dhilla memerah saat itu juga.
Dhilla hendak berjalan masuk ke dalam.

"Dhilla..." Hanan meraih tangan Dhilla.

"Kenapa?"

"Sebentar lagi saja, tetap di sini dan tetap tersenyum." Pinta Hanan.

"Ih... nanti di kelas juga ketemu. Malu tau Hanan." Dhilla menolak.

"Aku mohon. Sebentar saja, lagian di sini sepi." Goda Hanan.

Dhilla hanya diam saja menatap Hanan dengan tetap tersenyem membuat lesung pipitnya tercetak jelas.
Begitu juga Hanan terus memandangi wajah Dhilla dengan senyum yang terus membuatnya semakin tidak ingin untuk bekedip sedetikpun.

"Udah ah. Aku masuk yah." Dhilla tidak bisa bertahan lebih lama lagi dalam situasi yang membuat dadanya sesak ini.

"Aku masuk yah. Dah..." Dhilla berjalan memasuki lorong sekolah dan melambaykan tanganya. Hanan tersenyum dan membalas lambayan tangan Dhilla.

Setelah itu bergegas Hanan memacu mobilnyaa menuju Bandara SH.

*****

"Dari mana saja lama sekali?" Tanya Bunda.

"Maaf Bunda. Ustadz Yusuf ada di mana?" Tanya Hanan.

"Ustadz Yusuf menunggu di sana."
Bunda menunjuk ke arah Ustadz Yusuf yang sedang duduk.

Bergegas Hanan menghampiri Ustadz.

"Maaf Usrtadz, kita tidak terlambat kan?"

"Eh... kenapa kamu memakai seragam sekolah Hanan?" Tanya Ustadz bingung melihat Hanan yang memakai seragam putih Abu.

"Iyah Ustadz tadi saya ke Sekolah untuk mengambil beberapa arsip yang tertinggal."

"Kalau begitu cepat ganti baju, pesawat kita berangkat 10 menit lagi." Pinta Ustadz.

"Baik Ustadz." Hanan bergegas mengambil pakaian yang telah di siapkan Bunda dan segera menggantinya.

Selang beberapa menit Hanan telah selesai. Bergegas nenemui Bunda dan Ustadz Yusuf.

"Sudah siap?"

"Bismilah siap Ustadz." Hanan merapihkan bajunya.

"Ya sudah kita masuk yah. Kita tunggu di dalam." Ajak Ustadz Yusuf.

"Bunda Hanan berangkat sekarang yah. Bunda jangan lupa sarapan sebelum ke butik." Ujar Hanan penuh perhatian.

Bunda memeluk Hanan erat. "Jaga diri baik baik di sana Sayang. Sering telpon Bunda nanti."

"Iyah Bunda siap." Hanan mencium kedua pipi Bundanya.

"Hanan titip ini untuk Dhilla yah." Hanan memberikan kotak berwarna pink pada Bunda.

"Iyah sayang. Hati hati yah." Bunda mengecup kening Hanan lembut.

"Ustadz saya titip Hanan yah. Dia suka susah tidur kalau malam. Jewer ajah kupingnya." Pinta Bunda.

"Baik Bu, pasti saya jewer kalo Hanan nakal. "

"Kalau begitu kita berangkat sekarang Bun. Asalamualaikum." Hanan menyalami bundanya dan segera memberikan tiket pada penjaga dan menunggu di ruangan pemberangkatan.

Hanan duduk dengan terus menatap kotak bekal yang di berikan Dhilla.

"Apa itu makanan?" Tanya Ustadz.

"Ah iyah Ustadz mau? Ini roti." Hanan membuka kotak bekalnya.

"Wahhh ada suratnya segala. Pasti dari pacar yah?" Goda Ustadz yang melihat ada surat dalam kotak bekal itu.

"Ahh.. bukan Ustadz." Hanan terlihat sangat malu.

Tidak lama Hanan dan Ustadz Yusuf sudah berada di dalam burung besi yang siap mengantar mereka ke Mesir.

Sebelum berangkat Hanan membaca surat dari Dhilla.

Aa Saleh...
Selamat makan yah...
Jangan lupa di habiskan makanannya.

Hanan tersenyum kecil dan kembali melipat surat dari Dhilla dan menyimpanya di dalam dompetnya.

"Aku cinta kamu karena Allah Dhilla."

Ucap Hanan sebelum terlelap dalam perjalananya menuju ke Mesir.











Continue Reading

You'll Also Like

527 66 8
Seorang pria anak pemilik ponpes namun bukan seorang Gus. Sifatnya yang tenang, kalem, penuh aura positif membuat banyak orang yang mengenalnya meras...
1.6M 144K 46
[ROMANCE] Kayla Nisrina Humaira si gadis optimis yang menemukan makna cinta sesungguhnya saat takdir mempertemukannya dengan CEO muda ternama bernam...
228K 20.3K 38
#Rank 3 pendekatan (13 Juni 2020) #Rank 2 pendekatan (27 Oktober 2020) #Rank 1 Pendekatan (14 Februari 2021) #Rank 1 real story (14 Februari 2021)...
244K 35.1K 19
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...