RUMORS

By dynyiophilee

296K 36.8K 2.6K

Jeon Jungkook, siswa tampan primadona di sekolahnya. Sifat kasar dan dingin pun menjadi identitasnya. Menjadi... More

[01] The Name
[02] Because The Name
[03] Too Cold
[04] Jerk
[05] Responsibility
[06] Her Injury
[07] Not Me
[08] Mine
[09] Tragedy
[10] Not You
[11] Confused
[12] Make It Real
[13] Hard
[14] Impact
[15] Lips
[16] Warm and Cozy
[17] Our Dream
[18] She Knows All
[19] Weak
[21] Exam
[22] Miss You
[23] Talking All Night
[24] Mad
[25] Abnormal
[26] Sad Fate
[27] Flashback
[28] Heartbreak

[20] Our Life

8.3K 1.1K 96
By dynyiophilee

Ransel hitam dengan ukuran cukup besar itu menjadi pelengkap Jungkook di depan cermin panjangnya. Seragam yang hampir tak terlihat karena tertutup oleh mantel tebal dan panjang kini melekat sempurna pada tubuh tegapnya, musim dingin tak bisa dianggap remeh. Terlebih pagi ini ia harus memiliki kondisi terbaik, ujian SAT akan dilakukan dalam beberapa jam lagi dan ia harus berangkat saat ini.

Hyung! Semalam kau di rumah?” belum selesai langkah kakinya bertapak pada tangga, seruan panggilan sudah lebih dulu menyapa Namjoon yang edikit terinterupsi kegiatan membuka pintu mobilnya.

“Pergi sepagi ini?” Namjoon kembali menutup pintu mobilnya, memasukkan kedua tangannya pada saku celana, seraya berdiri menghadap Jungkook seolah menyambutnya.

“Ujian.” Sekedar jawaban Jungkook, sekedar pula respon Namjoon yang hanya mengangguk pelan seraya melambaikan tangan seolah ia hendak pergi dan mengatakan pada Jungkook untuk pergi dengan urusannya sendiri.

“Antar aku saja kalau begitu.”

“Kan ada supir Kim.”

“Beliau sedang sarapan, denganmu saja.” Jungkook sudah mengitari mobil Namjoon kini, membuka pintu mobil dan langsung duduk di kursi sebelah kemudi.

“He——“

“Kita jemput Jisoo juga.” Namjoon benar-benar dibawah kendali Jungkook jika seperti ini. Lihatlah bagaimana tingkah sang adik yang memakai sabuk pengaman dengan tenang tanpa melirik ke arahnya dengan segala penolakan yang ingin ia ajukan.

“Bersyukurlah kau ujian hari ini.” Dengan segala rasa yang menahan emosinya ia mulai melajukan mobil, keluar dari pekarangan luas mereka dan mulai menyusuri kawasan elit tempat tinggal mereka.

“Aku tahu, aku sangat bersyukur karena itu.” Lagi, Jungkook tak pernah kehilangan kalimatnya kala berhadapan dengan Namjoon, yang ada Namjoon-lah yang selalu mengukir kekalahan dengan akhir menuruti kemauan Jungkook.

“Ohya, jemput Jimin juga. Aku sudah janji pergi bersamanya.”

“Hei!!” seruan Namjoon begitu lepas kini, selepas ia menginjak rem dengan mendadak kala lampu lalu lintas memang berubah. Inilah yang menjadi salah satu Namjoon membenci Jungkook, di saat ia se-emosi ini menghadapi sang adik, Jungkook malah tersenyum jahil tanpa di hadapannya. Senyuman kemenangan seolah berhasil mempermainkan sang kakak.

“Kau kapan belajar menyetir, eo?!”

“Setelah ujian nanti.”

“Bagus sekali alasanmu!” jelas Namjoon menggerutu di sana, ia seolah tahu bahwa Jungkook berucap seperti itu karena ia hendak ujian kini. Jika Jungkook melakukan hal lain, maka alasannya pun berubah.

“Aku serius, saat sekolah aku sibuk belajar. Tak ada waktu belajar menyetir.”

Kini sedikit lirikan diberikan Namjoon pada Jungkook——tanpa sepengetahuan Jungkook——yang tengah melirik ke arah luar jendela. Namjoon tahu adiknya itu memang belajar dengan giat selama ini. Bahkan di saat ia menyuruh Jungkook untuk bermain dan biar ia saja yang mencari uang, Jungkook tetap enggan dan masih setia dengan buku-bukunya.

“Kalau kau dapat nilai jelek di ujian ini, aku akan membelikan mobil untukmu.”

“Bilang saja kau tidak mau membelikanku mobil!” Ya, Jungkook tahu bahwa Namjoon tengah meledeknya yang selalu mendapat nilai bagus saat ujian. Jika siswa lain mendapat imbalan jika nilai mereka bagus, maka Namjoon bertindak sebaliknya. Ia ingin sang adik menikmati hidupnya, bukan menghabiskan waktu dengan belajar karena tak ingin sendiri. Nyatanya, ia tak pernah belajar di rumah sendiri. Pasti ada Jimin yang menemaninya——walaupun Jimin bermain game——dan waktu saat belajar akan terasa cepat berlalu. Waktu yang cepat berlalu, itulah yang dicari Jungkook.

Tak lama perjalanan mereka pada rumah Jimin, hanya sekitar 25 menit mereka sudah memasuki kawasan elit lainnya. Ayah Jimin seorang hakim, kakak lelaki tertuanya adalah pengacara langganan para pesohor di Korea, sedangkan kakak perempuannya baru saja lulus dari sekolah kejaksaan. Beruntung Jimin anak termuda di keluarganya, ia bisa bermain sepuasnya dengan dukungan sang ibu. Sang ayah juga tak terlalu memperdulikan masa depannya, karena kedua kakaknya sudah cukup membanggakan dirinya. Jimin hanya mendapat satu pesan dalam keluarganya, ‘Jangan bertindak yang memalukan keluarga’, dan ia menjaga itu.

“Oh? Hyung! Lama tidak bertemu!” sapaan Jimin dilakukan seraya ia masuk ke kursi belakang dengan susah payah, ada dua buah tas makanan yang dibawanya.

“Ini milikmu! Kenapa kau meminta dua porsi nasi, membuat berat saja!” sesaat ia duduk dan menutup pintu mobil, salah satu tas makanan dilempar pada Jungkook yang duduk di depan.

“Kau ....” Namjoon melirik Jungkook saat itu, penuh arti dan tuntuta akan sebuah penjelasan.

“Masakan ibu Jimin yang terbaik.” Jungkook kembali menujukkan sikap jahilnya, mengangkat kedua bahu mengejek Namjoon. Jungkook yakini Namjoon sudah lama tak memakan makanan ibu Jimin——makanan kesukaan Jeon bersaudara itu sejak Jungkook bertemu Jimin.

Suasana di dalam mobil semakin riuh akibat kedatangan Jimin. Mulut pemuda bertubuh mungil itu tak habis-habis berbicara, atau lebih tepatnya bercerita satu pihak pada Namjoon. Menceritakan Jungkook selama ini, tak luput cerita Jisoo juga di sana. Hingga tanpa sadar, sampailah mereka pada tempat yang ditunjuk Jungkook sebagai tempat tinggal Jisoo.

“Hei, ia tinggal di sini? Di sini bisa ditinggali orang?” Namjoon berdecak aneh di sana, menatap tempat pendauran ulang besi itu dengan seksama. Tak ada rumah, hanya ada sepetak gubuk dengan atap yang sudah bolong-bolong di tengah-tengah itu.

Di sinilah Jungkook mulai tersadar bahwa inilah tempat tinggal kekasihnya itu. Ia mengetahui hal itu, namun selama ini ia melupakannya. Setiap Jisoo mengatakan ingin pulang, maka gadisnya akan pulang ke tempat seperti ini. Kenapa ia tidak menyadarinya? Ia lupa, Jisoo bukanlah gadis yang sama dengannya. Jisoo berasal dari sisi lain dunia ini.

“Oh? Jungkook-ie?” waktu yang cukup tepat saat Jisoo memang tampak hendak keluar, sudah siap dengan ransel dan beberapa buku yang dipegangnya.

Tersadar akan lamunannya, Jungkook langsung keluar dari mobil. Memberikan senyuman sambutan di sana, serta menjelaskan pula pasal ia datang sepagi ini ke depan rumahnya. Ya, Jungkook tidak memberitahu Jisoo bahwa mereka akan pergi bersama. Makanya Jungkook pergi dengan cepat dari rumah.

Sesaat Jisoo sudah mengerti situasinya, ia hendak masuk di kursi belakang dan Jimin sudah menggeser posisinya agar Jisoo bisa duduk. Namun, Jungkook langsung berdeham di sana, cukup kuat dan dengan lirikan laser pula ia berisyarat agar Jimin keluar. Jungkook hendak duduk di belakang bersama Jisoo, sedangkan Jimin disuruh pindah di jok depan bersama Namjoon.

“Balas dendam saja nanti.” Namjoon berucap dengan melirik Jimin, seraya melajukan mobilnya perlahan.

“Kekasih saja tak punya, mau balas dendam.” Jungkook jelas meledek di sana hingga mendapat umpatan Jimin yang berbalik menatapnya.

Selama perjalanan kali ini cukup senyap. Namjoon sibuk menyertir, Jimin sibuk dengan ponselnya seraya bersandar di jok mobil, sedangkan Jungkook sibuk menatap Jisoo yang masih enggan beralih pada buku bacaannya. Dalam diam Jungkook memperhatikan Jisoo yang serius itu. Bahkan di saat Jisoo meletakkan bukunya di atas kedua pahanya——guna mengikat rambutnya menjadi kunciran——Jungkook memeganginya agar tak jatuh dengan kondisi mobil yang berjalan. Dan, Jisoo tak menyadari akan hal itu karena kefokusannya.

Sesekali pikirannya kembali mengulang pandangan yang baru saja ia lihat tadi, tempat tinggal Jisoo. Gadisnya ini bukan hanya sekedar tak mampu, Jisoo bahkan tak tinggal di sebuah rumah. Rumah yang layaknya menjadi tempat peristirahatan terbaik kala lelah menyapa. Gubuk yang ditinggali Jisoo bahkan tak lebih besar dan bersih dari kamar mandinya, mungkinkah seseorang tinggal di sana?

Jisoo bahkan dulu tinggal berdua dengan sang nenek, di tempat sesempit itu dan ia yakini akan sangat dingin di musim dingin serta sangat panas di musim panas. Jungkook membawa maniknya itu menelisik tubuh Jisoo dari ujung kepala hingga kakinya. Helaan napas tiba-tiba saja terhembus saat melihat bagaimana kondisi sepatu gadisnya itu. Sepatu putih yang hampir berubah warna menjadi kusam, serta beberapa lubang juga di sana.

Kini Jungkook mulai menyadari bahwa hidupnya sungguh berbeda dengan Jisoo, bahkan lebih dari sekedar berbeda. Hidup Jisoo tak akan pernah bisa ia bayangkan, begitu pula sebaliknya. Hal itu pula yang menjadi salah satu dinding tertebal yang sulit mereka lewati.

To Be Continued

First, aku mau ngucapin belasungkawa atas kejadian yang cukup mengejutkan seluruh kpopers terutama shawol atas meninggalnya Jonghyun SHINee. It's really make my heart broken ... ㅠㅠ
Sampai saat ini nyeseknya masih kerasa. Semoga ketabahan bisa menghampiri kita yang ditinggal, terutama keluarga, sahabat beliau. Shawol, let me hug you ...

Ditunggu spam komennya lagii ... /plakkk/ wkwkwkwk
Jangan larut dalam kesedihan,berdoa lebih baik ^^

Sorry for typo(s)
Thank's for reading and
Keep voment~^^

Continue Reading

You'll Also Like

319K 34.8K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
765K 56.9K 52
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
705K 56.8K 61
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
77K 10.4K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...