SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)

By JasAlice

190K 15.4K 4.3K

Ada rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Teta... More

Prolog
1~Tertipu~
2~Senjata Makan Tuan~
3~Pemaksaan~
4~Kerjasama~
5~Aksi Milly~
6~Sahabat Terbaik~
7~Perasaan Tak Tersampaikan~
8~Bingung~
9~Special Day~
10~He~
11~Terluka~
12~Perasaan Bersalah~
13~Tarik Hati~
14~Akhir Hubungan Joshua~
15~Rencana Balas Dendam~
16~Tertangkap~
17~Karakter Tersembunyi~
18~Terperangah~
19~Titisan Julian~
21~Nasib~
22~Hidup atau Mati?~
23~Sebuah Awal Buruk~
24~Keinginan~
25~Sweet Moment: Degup Jantung~
26~Sweet Moment: Kiss~
27~Syarat~
28~Tamu tak diundang~
29~Aksi Duo JeJe~
30~Posisi dia di hatinya~
31~Happy Day~
32~Perdamaian Singkat~
33~(Not) Siraman Rohani~
34~Praktik: Kebun Teh Rancabali~
35~Praktik: Membuat Perhitungan~
36~Terbongkar~
37~Friendship~
38~Rahasia Yang Sebenarnya~
39~Throwback: 1~
40~Throwback: 2~
41~Cemburu?~
42~Tanpa Judul~
43~Dia?~
44~Perihal Hati~
45~Persiapan Gencatan Senjata~
46~Tanpa Judul~
47~Tanda Tanya~
48~Derana~
49~Peran~
50~Melupakan Ego~
51~Risiko OTT~
52~Perhatian Olyn~
53~Kabar~
54~Di balik Senyum Manis~
55~Pupus~
56~Terlihat Asing~
57~Ingin Menjadi Perisai~
58~She?~
59~Kita~
60~Rasa~
61~Janji Masa Lalu~
62~Gangguan~
63~Panik~
64~Pernyataan dan Sebuah Fakta~
65~Memoar Rindu~
66~Rasa Nyaman~
67~Dukun Jadi-Jadian~
68~Masalah~
69~Penyembuh Luka~
70~Pencuri Hati~
71~Modal~
72~Awal Kisah?~
73~Gue Bersama Lo~
74~Luka~
75~Semua Tentang Kita~
Epilog
NEW GENERATION

20~Merriam Else Wagner~

2.3K 195 24
By JasAlice

Milly memutar bola matanya kesal melihat Olyn mondar mandir di depannya. Ia lalu mengalihkan pandangan dari layar laptop. "Lo gak bisa duduk atau lagi bisulan?"

Gadis itu menurunkan ponsel dari telinganya, beberapa kali ia mengirimkan pesan bahkan telepon pun hanya operator yang menjawab.

"Gue lagi hubungin Julian tapi ponselnya gak aktif."

Joshua merasa terusik mendengar nama sahabatnya dibicarakan lalu mem-pause balapan mobil di PS 4 yang sedang ia lakukan bersama Mauza. Ia tidak mau melewatkan permainan ini, ia mendapat skor seri dan tidak ingin melewatkan kemenangan telak hampir di depan mata.

Joshua menggoda Olyn yang sedang duduk di sofa, "Duh, kangen ya kalo sehari aja gak ketemu dia?"

Olyn berdecak kesal melirik sekilas pada Mauza yang lebik tertarik memainkan ponselnya. "Gue Cuma mau kasih tau kalo besok harus kerja kelompok buat video." Jelasnya.

"Yakin?"

"Iya."

"Gak bohong?"

"Aish, mau lo apaan sih!" Olyn melempar bantal sofa yang dengan sempurna dihindari Joshua.

Pria itu terkekeh pelan lalu mengaktifkan kembali permainan tersebut. Kembali fokus namun mulutnya tidak tinggal diam, "Percuma lo hubungin dia, gak bakal bisa." Ucapnya menggeram pelan saat Mauza kembali menyalip mobil biru miliknya. "Dan kemungkinan pesan lo bakal dibalasnya tengah malam. Bisa juga besok harinya," Sambungnya.

"Kenapa?" Kini giliran Kania yang bertanya.

Gadis itu menaruh nampan berisi berbagai makanan dan minuman hasil masakan ia bersama Heni; Mama Joshua. Lalu mengambil duduk di samping Milly.

"Yes!"

Joshua berteriak senang karena kemenangan berada pada dirinya. Ia berdiri mendekati meja mengambil satu potong agar-agar kesukaannya. Sedangkan Mauza hanya tersenyum dan berdiri mendakati Olyn. Duduk lagi hanya membuat kakinya menjadi pegal.

"Alasannya mudah sekali, ini malam minggu dan dia juga ingin menikmatinya bersama seseorang yang spesial, misalnya."

"Dia punya pacar?" Tanya Olyn ragu.

"Maybe. Kenapa? Lo cemburu?" Belum sempat Olyn menjawab Joshua kembali berbicara, "Oh, iya, gue lupa. Elo 'kan baru jadian sama Mauza, jadi gak mungkin cemburu di saat elo udah punya pasangan." Sambungnya.

Mauza tidak tahu apa yang ia rasakan benar atau tidak. Namun, dari perkataan Joshua seolah itu adalah sebuah sindiran untuk Olyn atau dirinya?

"Gue 'kan Cuma nanya tau!" Cemberutnya duduk di sofa yang berseberangan dengan Mauza ikut di sampingnya.

Itu cowok main nempel aja sama Olyn. Gak tau apa ada orang yang bakal tersakiti melihat mereka berdua kayak gitu. Eh, tapi kalau difoto terus kirim ke Lian kayaknya lebih enak hahaha. Tapi gak usah deh, nanti dia nya terganggu.

Joshua mengangguk, "By the way, bentar lagi bakal diadakan kunjungan wisata dan study lapangan." Ucapnya. "Khusus seluruh angkatan kita aja yang akan mengikuti kegiatan ini." Lanjutnya.

Joshua menatap Milly mengacungkan tangan kanannya, "Dimana lokasinya?"

Pria itu tampak berpikir, "Menurut hasil rapat ada dua tempat yang direkomendasikan, tapi akan dilakukan voting sesama anggota dan Kepala Sekolah turut andil dalam hal ini." Jelasnya.

"Za, harinya kira-kira bertepatan gak ya sama debat kamu di Singapura nanti?" Bisik Olyn.

"Insya Allah enggak, dan menurut kabar yang beredar kegiatannya akan dilakukan beberapa minggu lagi. Aku akan ke Singapura lusa nanti."

Olyn tersenyum senang mendengar hal tersebut. Jadi ia akan selalu dekat dengan Mauza.

"Berapa hari kita di sana?" Tanya Kania

"Kurang lebih tiga hari Ka. Kalo kamu ngerasa betah di sana dan pengen lagi, nanti kita tinggal atur jadwal untuk liburan akhir semester." Joshua menggoda Kania yang membuat gadis itu merona. Sedangkan lainnya menyoraki mereka berdua, membuat keduanya tertawa.

**

Olyn mencepol rambutnya asal lalu menghidupkan krant air dan menyirami berbagai jenis tanaman di pekarangan rumahnya. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang dan ia lupa menyirami tanaman yang selalu pagi hari ia siram.

Dari pagi hari ia membeli sayur pada tukang jualan yang lewat, memasaknya dan baru selesai setengah jam lalu. Hal lumrah, jika Olyn yang memasak akan butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikannya. Walaupun yang ia masak hari ini; sop ayam, telur dadar, dan tidak ketinggalan sambal.

Ia semua memasak selagi Diana pagi tadi ke rumah sakit menjenguk salah satu tetangganya bersama yang lain.

"Hebat, dari semalam dihubungin gak aktif tiba-tiba hari ini langsung datang."

Olyn menatap tajam Julian yang datang menaiki Range Rover nya mendekati gadis itu yang telah berkacak pinggang. Pria itu hanya nyengir tidak jelas berbanding terbalik pada Olyn yang mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah tampan Julian. "Elo!"

"Weitss! Santai baby, calm down."

Olyn menghempaskan tangannya yang dipegang Julian. Ia masih tidak terima. Bayangkan saja, jika dirinya sedang memerlukan pria itu rasanya sangat sulit untuk sekadar menghubungi. Coba sekarang, di saat ia tidak membutuhkan pria itu datang bahkan tidak diundang.

"Calm, calm, gue bukan buah palem! Satu lagi jangan panggil gue baby, karena gue bukan anak elo!"

Julian tersenyum menanggapi kekesalan Olyn. Sungguh, semalam ia ingin menelepon balik gadis itu. Tapi ia urungkan karena jarum pendek menunjukkan pukul satu malam. Gila, jika ia menghubungi gadis manis di depannya selarut itu.

Lagipula ia ingin tahu ekspresi Olyn ketika bertemu dengannya. See. Bahkan hanya melihat Olyn memarahinya saja hatinya cukup senang.

Disaat seperti ini, gue merasa elo nganggap gue ada. Aneh, tapi dengan kayak gini elo bakal terus bicara sama gue, meskipun itu dalam bentuk makian dan gue gak bakal bosen ingat kalimat ini setiap kali elo kesal sama gue.

"Yaudah, gak usah marah kali, nanti manisnya hilang." Kekehnya.

Apa tadi katanya? Manis? Siapa yang manis, ha?

Olyn celingukan melihat kanan-kiri namun hanya tembok rumahnya yang ia lihat. Julian berdecak kesal menoyor kening Olyn pelan, "Gak usah kayak orang bego!" Ucapnya. "Nanti bego beneran, lo gak bisa masuk sekolah formal lagi."

Olyn menarik sudut bibir kanannya sedikit mendengar ejekan itu. Enak saja menghinanya seperti itu, "Mending elo cepetan pergi dari rumah gue kalo mau bikin keadaan hati yang makin panas,"

"Oh, ceritanya gak jadi ya buat video dan gak mau ngerjain tugas dari Ma'am? Padahal niat gue baik kok ke sini, sesuai pesan lo semalam." Ia menaik turunkan alisnya.

"Tapi elo udah buat gue kesal semalaman tau! Minta maaf gitu 'kan bisa kali... dasar cowok! Gak peka!" Marahnya berbalik meninggalkan Julian.

Dengan cepat Julian meraih lengan itu dan memegang kedua bahu Olyn. Ia menatap manik hitam itu, "Bersikap tenanglah Oli motor..." Ucapnya yang justru membuat Olyn kesal. Namun ia memilih bungkam mendapat tatapan tajam Julian.

Ia kira akan diceramahi, nyatanya Julian menarik cepolan rambutnya dan merapikan tatanan rambut yang sedikit berantakan diterpa angin. "Gak baik leher lo ter-ekspos gitu," Ucapnya pelan membuat kaki Olyn rasanya melemah.

Julian menatap Olyn dari atas sampai bawah yang hanya memakai baju kaos rumahan, celana jeans selutut dan sendal jepit. "Cepetan ganti baju, Joshua dengan senang hati bantuin jadi kameramennya."

"Tunggu Julian!"

Julian berbalik menatap Olyn bingung. Gadis itu memilin ujung kaosnya, "Gue... belum mandi," Cengirnya tanpa dosa.

"What?!"

**

Olyn mengibaskan kedua tangannya berharap rasa panas menjalar di tubuhnya menjadi dingin. Terik matahari membuatnya ingin cepat menyelesaikan pembuatan adegan video, dan untungnya tidak perlu memakan waktu lama. Karena, sebelumnya keduanya telah membuat percakapan yang harus dihafal kemudian hari ini mereka hanya perlu mengatur mimik wajah sesuai adegan.

"Ini kak, biar gak merasa terlalu panas."

Olyn mengambil es krim yang dibeli Merriam sebelum berterima kasih. Ia bahkan tidak tahu ketika Julian menjemputnya, gadis kecil itu turut ikut. Ia memerhatikan Julian yang melihat hasil rekaman keduanya di SLR milik Joshua.

Olyn terlalu malas menghampiri keduanya sedang berdiri dibawah pohon rindang, dan memilih duduk di gazebo salah satu taman kafe.

"Sekolah mu emang lagi libur ya, Mer?" Tanya Olyn menoleh ke kanan. "Bukannya bulan ini masih berlangsung kegiatan belajar mengajar?" Sambungnya.

Merriam tersenyum tipis sambil mencolek es krim nya dengan sendok, "Itu benar." Balasnya. "Aku sengaja mengerjakan seluruh tugas sekolah lebih cepat agar bisa ikut Nenek ke sini." Lanjutnya.

Olyn mengangguk mengerti sambil ikut memakanan es krim nya. "Kamu sepertinya gak bsia jauh dari Nenek," Ucapnya tersenyum.

Gadis kecil itu tersenyum malu lalu mengangguk membenarkan, "Tapi aku juga kangen sama Julian. Dua tahun gak bertemu dan hanya melalui sebatas video call."

"Kakak ngerti kok perasaan kamu Mer." Ia menepuk pelan bahu Merriam.

Julian berjalan mendekat ke gazebo di mana Merriam dan Olyn duduki. Sebelumnya ia menyuruh Joshua untuk pulang dengan alasan harus segera mengedit video tadi. Jelas saja itu hanya alibinya agar tidak ada yang mengganggu dirinya dan Olyn.

Pria itu duduk di sisi kanan Merriam, "Mer... kok dia doang yang dibeliin es krim? Terus punyaku mana?" Ucapnya cemberut.

Merriam menjulurkan lidahnya, "Beli dong!" Seketika Olyn dan Merriam tertawa bersama terlebih melihat wajah Julian yang ditekuk.

Olyn menatap lembut Merriam, "Manik mata kamu bagus Mer, warna hijau." Kagumnya.

"Daddy memiliki manik mata yang sama seperti aku Kak." Jelasnya.

"Lo suka ya dengan manik mata orang Eropa?" Tanya Julian menggoda.

"Mending nikah aja sama gue, terus manik mata anak kita akan sama kayak gue. Ya... walaupun maniknya warna cokelat." Tuturnya membuat Olyn bergidik.

"Amit, amit, deh sama elo!"

Kini giliran Merriam dan Julian tertawa melihat tingkah Olyn, "Kak Olyn sama Julian aja, lagian dia udah ngasih kode tuh. Nanti dia nya diambil orang nyesel deh," Ungkapnya mendapat kedipan nakal dari Julian.

Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus menghadapi dua makhluk yang memiliki otak sama. Sama-sama suka ngeselin bin nyebelin. Tiba-tiba suara seseorang menginterupsi mereka, "Mauza!"

Olyn beranjak dari duduknya lalu merangkul lengan Mauza. Pria itu mengacak pelan rambut Olyn. "Panas lagi..." Gumam Julian nyaris tidak terdengar dan sayangnya Merriam mendengar itu.

"Dia kah pesaing yang pernah kamu ceritakan, Julian?" Langsung mendapat anggukan lemah dari Julian. "Lumayan tampan, dan sepertinya menjadi dambaan cewek di sekolah. Benarkah?" Merriam mencoba meneliti Pria yang berdiri di depannya itu.

"Sepertinya."

"Lihatlah dirimu sepupuku... bahkan kamu tidak bisa menahan rasa cemburu itu. Siapapun orang yang berada di sekitarmu akan melihat perubahan itu." Jelasnya membuat Julian bungkam. Bahkan gadis sekecil Merriam telah berani memberinya nasehat. Menyebalkan.

Merriam mendekat ke Julian seraya tersenyum jahil, "Ada dua pilihan untukmu..." Bisiknya membuat Julian penasaran. "Pertama, kamu mau membiarkan dia di sini dengan hatimu yang terus memanas. Atau pilihan kedua," Merriam sengaja menggantungkan pilihan terakhir yang membuat Julian menggeram.

"Ayolah, jangan membuatku kesal," Ucapnya tidak tahan.

Gadis kecil itu menyeringai lebih lebar, "Akan ku buat kebersamaan mereka terusik, tanpa adanya kemesraan yang mereka buat selagi ada aku di sini,"

"Aku gak percaya."

"Baiklah kita lihat saja, akan kubuat hati sepupu kesayangan ku kembali dingin." Balasnya dengan kekehan. "Jangan panggil aku Merriam Else Wagner, jika tidak bisa memegang ucapanku sendiri." Lanjutnya dan tersirat nada tegas di sana.

Julian memeluk erat Merriam membiarkan Olyn dan Mauza menatap mereka bingung, "Ich liebe dich so sehr, meine cousine!"

**

Follow IG: jasmineeal

Continue Reading

You'll Also Like

14.9K 2.2K 37
[COMPLETED] Queena Brylee Juliana harus berurusan dengan masa lalu. Gadis yang masih menginjak bangku SMA ini harus siap menerima konsekuensi dari pe...
4.3K 1K 23
[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU ! ] > Based on True Story > Mengandung kekecewaan dan patah hati yang berkepanjangan Dengan lanc...
16.8K 1.7K 133
Tentang rumah yang katanya menjadi tempat paling aman untuk berlindung, nyatanya tak semua orang punya ruang yang sama untuk hal itu. - Teruntuk Sese...
4.8K 820 11
Tentang dia si pengagum hujan, Tapi tidak untuk HUJAN BULAN AGUSTUS.