The Wildest Dream

By RussylaAhmad

134K 6.7K 42

Impian Nabila adalah impian sederhana semua perempuan di dunia. Ia punya impian ingin menjelajahi alam liar b... More

Prolog
1. Miss Teacher
2. Sobat Lama Abangku
3. Raditya
4. The Same Old Feeling
5. Am I Dreaming
6. Janji Suci
7. Between A Dream And Reality
8. Ghost From The Past
9. Trauma
10. Impian Di Hidupku
12. Perfect Honeymoon
13. When She Comes Around Again
14. Luka Lama
15. Andai Kau Di Sini, Ibu....
16. Please Come Back Home!
16. Can't Live Without You
18. Kaulah Rumahku
19. Dia Satu-Satunya
20. Pilihan Tuhan
21. Sang Jagoan Kecil
22. Hingga Akhir Waktu
Epilog
PROMO

11. Night In Semeru

5.3K 243 7
By RussylaAhmad


Nabila menikmati pemandangan pagi hari yang indah di bawah kaki gunung Semeru. Ia memejamkan matanya menikmati hangatnya sinar mentari pagi yang menerpa wajahnya. Ia membuka matanya dan pemandangan hijau nan segar serta burung-burung yang berkicau bersahut-sahutan menambah asrinya suasana pagi itu. Sepasang lengan kekar memeluk tubuhnya dari belakang. Saat Nabila akan berbalik, sebuah suara yang dikenalnya menahannya.

"Tadi kamu udah gak ada waktu aku bangun. Padahal tadinya aku mau minta jatah pagi." Nabila memukul lengan suaminya.

"Datang-datang malah minta jatah. Gak cukup apa semalem?!" Radit tertawa.

"Kan namanya juga bulan madu, sayang. Biar pulang dari sini perut kamu udah ada isinya." ucapnya sambil mengelus perut Nabila dari belakang. Nabila membalikkan tubuhnya dan dilihatnya wajah suaminya yang baru bangun tidur, namun tetap terlihat tampan dan mempesona di matanya. Ia tersenyum dan mengelus wajah kasar suaminya karena janggut tipis yang tumbuh di sekitar wajahnya.

"Hari ini kita akan ke mana, Mas?" tanyanya.

"Nanti jam 8, kita akan berangkat untuk menjelajah Gunung Semeru. Kamu mau kan ikut?" Nabila tersenyum lebar dan mengangguk antusias. Menjelajah alam liar? Tentu saja, karena itu hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Apalagi, ia ditemani suami tercintanya.

"Mau, dong. Dari SMP aku ngerengek pengen ikut Abang mendaki gunung gak pernah dibolehin sama Ayah atau Abang karena aku masih belum kuat dan terlalu khawatir karena belum dewasa." Radit tersenyum.

"Dan sekarang waktunya kamu mewujudkan keinginanmu itu." Nabila tersenyum dan mengangguk.

"Lebih baik kita sarapan pagi dulu sekarang dan mandi, kita harus siap-siap." Nabila hanya mengangguk dan mereka berjalan meninggalkan tempat itu menuju penginapan lagi.

***

Hari ini, Nabila dan Radit juga rombongan teman-teman mereka akan berencana untuk mendaki Gunung Semeru. Nabila sudah siap dengan baju kaosnya yang dilapisi oleh jaket tebal karena udara dingin pegunungan dan celana jeans. Ia dan suaminya membawa ransel yang berisi peralatan untuk berkemah nanti. Mereka sudah berkumpul di pos Ranu Pani depan gerbang masuk untuk pendaki. Setelah bermusyawarah sebentar, akhirnya mereka memutuskan untuk memulai pendakian. Para rombongan mulai berjalan beriringan memasuki kawasan hutan belantara dengan ransel masing-masing. Nabila terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia akan berhasil dalam misi pendakian pertamanya. Mereka terus berjalan menyusuri jalan yang semakin lama semakin menanjak. Suasana hutan hijau yang segar membuat perjalanan hampir tidak terasa melelahkan. Nabila sangat senang sekali menikmati pemandangan alam itu. Untuk pertama kalinya, ia tidak hanya menikmati keindahan pegunungan dari jauh saja, tapi juga mendakinya. Impiannya semenjak ia SMP karena ia sering diajak abangnya jalan-jalan ke tempat-tempat wisata alam dan menikmati keindahannya. Dan ia punya harapan, ia ingin menjelajahi keindahan alam di muka bumi ini bersama suaminya nanti. Nafasnya sudah ngos-ngosan ketika mereka sudah mendaki setengah perjalanan.

"Mas!" panggilnya kepada suaminya di depannya. Radit menolehkan wajahnya ke belakang dan dilihatnya istrinya yang berhenti. Ia mendekati istrinya yang memilih untuk beristirahat di bawah pohon rindang.

"Istirahat bentar dulu, ya?! Capek juga ternyata." Radit hanya tersenyum. Ia lalu duduk di sebelah istrinya dan mengeluarkan botol air minum dan menyerahkannya kepada Nabila. Nabila langsung mengambilnya dan meneguknya.

"Masih mau lanjut, gak? Masih jauh, lho. Nanti, kita akan sampai di tempat yang indah yang banyak ditumbuhi oleh bunga edelweiss." Nabila langsung menatap suaminya. Ia mengangguk cepat.

"Lanjut, lah. Ini kan pendakian pertamaku..., dan aku harus berhasil." Radit tertawa pelan.

"Dit, ayo lanjut! Yang lain udah pada ke atas." seru salah seorang temannya. Radit mengangguk.

"Iya, duluan aja! Bentar lagi kita nyusul." ia lalu menatap istrinya.

"Kita lanjut sekarang, ya?!" Nabila mengangguk. Lalu, mereka memutuskan untuk segera beranjak dari sana menyusul rombongan yang sudah jauh meninggalkan mereka.

***

Tubuh Nabila serasa remuk dan pegal. Ternyata mendaki itu sangat sangat menguras tenaga. Setelah bersusah payah melawan rasa lelah mendaki, akhirnya mereka sampai di sebuah padang rumput luas yang ditumbuhi oleh bunga edelweiss. Nabila tersenyum lebar dan menatap pemandangan indah yang membentang luas dari atas. Akhirnya, ia sudah sampai di tempat yang tinggi di gunung ini.

"Ini namanya Ranu Kumbolo. Para pendaki suka berkemah di daerah ini." Nabila menolehkan wajahnya.

"Mas udah pernah ke sini berapa kali?"

"Dua kali. Waktu kuliah semester dua sama pas tingkat akhir." Nabila mengangguk.

"Aku dan Raffi adalah mahasiswa yang ikut komunitas pecinta alam di kampus sejak kami masuk kuliah. Kamu juga tahu kan kalau abangmu hobi mendaki dan berkemah?" Nabila mengangguk.

"Iya. Sejak SMA juga Abang suka berkemah dan mendaki gunung sama temen-temennya." Radit mengangguk.

"Kita ke sana, yuk?! Kita akan berkemah di sini." Nabila langsung tersenyum senang dan berbinar.

"Horeee...! Akhirnya kita akan berkemah." Radit hanya tertawa melihat keantusiasan istrinya. Sepertinya, kejutannya kali ini akan berhasil total. Mereka berjalan menuju kumpulan orang-orang di sana yang juga akan berkemah di tempat ini.

Nabila membantu suaminya memasang tenda untuk mereka berdua tak jauh dari tenda teman-teman yang lainnya. Mereka sedang mendirikan tenda doom dan merapikannya.

"Pengantin baru khusus tendanya untuk berdua. Pintunya juga rapet banget." Radit hanya tertawa.

"Kenapa? Pengen ngikut?" temannya itu hanya mendengus.

"Ogah. Yang ada, gue disuguhi adegan 18+." Nabila tersipu malu dan salah tingkah. Radit hanya tertawa.

"Lagian, lo kayak yang kode minta bareng kita aja." Nabila hanya menggelengkan kepalanya mendengar percakapan mereka.

Setelah tenda selesai dipasang, Nabila dan Radit beristirahat sejenak dan memutuskan untuk segera sholat dzuhur. Mereka mengambil wudhu di tempat yang ada air di sana. Lalu, mereka berdua memasuki tenda mereka. Radit memimpin sholat bersama istrinya yang sudah berdiri di belakangnya dengan mukenanya. Setelah sholat, mereka memutuskan untuk makan siang dengan menu seadanya terlebih dahulu. Radit mengambil dua bungkus mie instan dan mangkuk untuk mereka.

"Kita makan ini dulu, ya?! Gak apa-apa, 'kan?" Nabila mengangguk.

"Gak apa-apa. Kita makan yang ada aja dulu." Radit mengangguk dan mereka merebus mie dengan air panas di termos yang mereka bawa. Mereka mulai menikmati makan siang ala kadarnya itu dengan nikmat karena rasa lelah dan lapar yang mendera setelah perjalanan yang jauh dari bawah sampai ke tempat tinggi ini yang sangat menguras tenaga.

"Udah ini, aku mau ngajak kamu ke danau di dekat sini." Nabila yang sedang mengunyah makanannya langsung menatap suaminya.

"Jalannya jauh, gak?" Radit menggeleng.

"Gak terlalu. Namanya juga kan menjelajah." Nabila mengangguk.

Setelah selesai makan, lalu mereka memutuskan untuk keluar dari tenda. Radit mengajak Nabila untuk mengunjungi sebuah danau di sana. Mereka mulai berjalan menyusuri jalan setapak menuju danau. Akhirnya, mereka sampai di sebuah danau yang indah. Nabila menatap takjub keindahan ciptaan Tuhan itu. Berbagai jenis burung seperti belibis beterbangan di sana. Binar bahagia terpancar jelas di matanya. Ia membalikkan tubuhnya dan dilihatnya suaminya yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Ini indah banget, Mas! Aku seneng banget dengan kejutannya." Radit tersenyum lembut.

"Aku tahu kamu dari abang kamu kalau kamu sangat menyukai alam liar. Dan Raffi pernah bilang padaku, kalau kamu pernah mempunyai harapan ingin menjelajahi alam liar bersama suamimu nanti. Dan sekarang, impian kamu sudah terwujud, sayang." Nabila terkejut mendengar pengakuan suaminya.

"M-Mas...," Radit tersenyum.

"Aku selalu mencari tahu tentang kamu kepada abang kamu diam-diam sebelum aku resmi melamarmu, termasuk impian yang kamu harapkan." mata Nabila seketika berkaca-kaca. Ia begitu terharu. Ternyata, impian yang sempat ia lupakan setelah pengkhianatan itu kini terwujud dengan seseorang yang baru ia sadari adalah cinta pertamanya tanpa ia duga sebelumnya, bahkan sebelum ia kenal dengan Yoga sekali pun.

"M-Mas serius??" Radit tersenyum dan mengangguk.

"Iya. Aku sengaja mempersiapkan kejutan ini untuk istri cantikku." Nabila langsung menghambur ke pelukan suaminya dan memeluknya erat.

"Terima kasih, Mas. Aku sangat mencintaimu." Radit tersenyum dan mengecup sayang puncak kepala istrinya yang tertutup hijab.

"Aku juga. Udah ah jangan nangis! Lebih baik, sekarang kita abadikan momen-momen kita di sini." Radit mengambil kamera yang dibawanya.

"Sekarang, kamu berdiri di depan danau, aku mau ambil foto kamu." Nabila mengangguk dan mengikuti instruksi suaminya. Ia berjalan menuju danau dan berdiri di sana sambil menatap pemandangan indah dan luas di hadapannya. Radit mengambil beberapa foto istrinya dengan berbagai pose. Ia tersenyum saat melihat foto-foto istrinya. Ia berjalan menghampiri Nabila yang masih berdiri di sana.

"Sekarang kita foto berdua." Radit langsung merangkul Nabila dan menyandarkannya di bahunya. Mereka tersenyum lebar sambil fokus menatap lensa dan suara jepretan kamera yang dipegang Radit mengabadikan momen-momen kebersamaan mereka di sana.

***

Suasana petang yang indah di atas ketinggian begitu menyejukkan mata dan pikiran. Radit dan Nabila memandang matahari tenggelam dari atas bukit yang ditumbuhi oleh bunga edelweiss dan rerumputan hijau liar. Sinar jingga yang menerpa membuat semuanya terlihat seperti lebih terang dalam bayang-bayang gelap malam yang mulai muncul. Hawa dingin pegunungan mulai terasa. Nabila menyandarkan kepalanya di dada bidang Radit sambil menatap pemandangan luas dari ketinggian, langit jingga yang sudah diselimuti oleh awan malam. Suara binatang-binatang hutan menambah damainya sore di sana.

"Mas tahu gak film King Kong?" tanya Nabila. Radit menatap istrinya di bawahnya. Ia mengangguk.

"Iya. Emang kenapa?" Nabila tersenyum.

"Tahu gak pas adegan waktu si Ann-nya nikmatin matahari tenggelam dari atas bukit yang tinggi sama si King Kong-nya. Indah dan romantis banget, Mas." ucapnya sambil tersenyum menerawang. Radit tertawa.

"Jadi kita diibaratkan kayak mereka, gitu? Aku yang jadi King Kong-nya?" Nabila tergelak.

"Emangnya Mas mau gitu disamain kayak King Kong?" Radit mencebikkan bibirnya tak suka.

"Masa aku yang setampan ini disamain kayak gorilla. Emangnya kamu mau punya suami gorilla?" Nabila menggeleng.

"Ya enggak, lah! Mas kan manusia, bisa ngomong. Aku cuma teringat aja scene film itu sama kayak kita saat ini." Radit tertawa dan mengangguk. Ia mendekap erat tubuh istrinya yang jauh lebih kecil darinya ke dalam pelukan hangatnya. Nabila memejamkan matanya merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan suaminya.

"Tetap seperti ini, Mas! Jangan pernah berubah, ya?!" Radit mengangguk dan mencium kening istrinya sayang.

"Insyaallah, selama Allah masih memberikan kita nyawa, aku pasti akan menjaga janji kita selalu." Nabila tersenyum dan mengangguk. Ia menatap suaminya di atasnya.

"Mas udah bener-bener mencintai aku, 'kan?" tanyanya. Ia masih ragu, karena ia dan Radit tidak berpacaran terlebih dahulu sebelum mereka menikah. Mereka hanya bertemu beberapa kali dan langsung memutuskan untuk menikah. Radit menatap istrinya serius.

"Apa kamu lihat sebuah kebohongan di mata aku? Apa kamu masih belum yakin dengan semua yang telah aku lakukan?" Nabila menggelengkan kepalanya.

"Bukan gitu, Mas, tapi..., kita kan menikah tanpa menjalin hubungan khusus sebelumnya. Kita tak tahu perasaan masing-masing sebelumnya." Radit paham kegelisahan yang masih bersemayam di hati istrinya saat ini. Trauma masa lalunya membuatnya takut untuk melangkah dan terjatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Ia mengelus kepala istrinya.

"Kita menjalin hubungan sebelumnya tak menjamin kita akan menikah. Aku langsung menikahimu karena memang aku sudah merasa cocok lahir batin sama kamu. Jadi, buat apa aku nunda lagi, mendingan langsung halalin aja. Aku pernah bilang, cinta sejati akan kita temukan setelah kita menikah karena hubungan kita sudah sah dan diridhoi Allah. Kamu percaya, 'kan?' Nabila terdiam sejenak. Suaminya benar juga dan akhirnya ia mengangguk.

"Iya, Mas. Maaf..., aku cuma masih takut aja." Radit tersenyum paham.

"Aku tahu, tak mudah bagi kamu untuk mencoba lagi setelah kegagalan kamu. Tapi, kamu harus yakin, Allah pasti sudah menyiapkan jodoh terbaik untuk kamu, dan itu adalah aku, sayang." Nabila tersenyum. Ia mengeratkan pelukannya di tubuh suaminya.

"Semoga Allah tetap menjaga keutuhan rumah tangga kita sampai nanti, juga cinta kita." Radit tersenyum dan mengangguk.

"Amiin...." semoga ke depannya, mereka bisa menghadang berbagai bentuk ujian dan rintangan yang pasti akan menghampiri keduanya dalam perjalanan kisah mereka saat ini.

***

Malam ini terasa cerah dengan ribuan bintang yang bertabur di langit malam yang hitam kelam. Mereka sedang menikmati api unggun disertai gelak canda dan tawa juga suara gitar yang memeriahkan malam di Semeru itu.

"Eh, Dit, mau ke mana? Kita kumpul di sana, yuk?! Aku kangen ngobrol-ngobrol seru sama kamu kayak dulu." ucap seorang perempuan yang menghampiri Nabila dan Radit yang baru keluar dari tenda. Radit tersenyum.

"Maaf, Lin, nanti aku nyusul. Aku mau ajak istriku dulu berdua." Nabila melihat wajah kecewa Lintang. Ia merasa, perempuan itu menyimpan rasa pada suaminya dilihat dari sikapnya yang seolah-olah ingin menarik perhatian Radit. Sepertinya, ia harus siaga selalu di dekat suaminya. Ia tak mau kalau suaminya sampai tergoda oleh perempuan lain seperti Yoga dulu yang berselingkuh dengan sahabatnya di belakangnya.

"Udah deh, Lin...! Ganggu aja. Mereka kan pengantin baru." ucap salah seorang temannya yang lain. Lintang berdecak kesal dan berbalik lagi menghampiri teman-temannya yang sedang menikmati api unggun.

"Ayo!" Nabila berjalan mengikuti suaminya untuk menuju ke suatu tempat di mana mereka ingin menikmati waktu berdua.

"Eh, gue nanti nyusul, ya?! Gue mau ke sana dulu." terdengar sorak menggoda dari mereka.

"Dasar pengantin baru! Maunya nempel terus kayak lem, lengket banget. Jadi iri kita, guys!" Radit hanya tertawa. Nabila tersenyum malu.

"Yaudah, kami pamit dulu!" tanpa menghiraukan siulan menggoda dari mereka, Radit menarik tangan istrinya menjauh dari sana.

Mereka sampai di tempat tadi mereka menghabiskan waktu menikmati petang yang indah dari atas gunung. Nabila tersenyum memandang langit hitam yang bertabur bintang itu. Ia benar-benar merasa seperti di surga. Radit mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang.

"Aku benar-benar puas banget, Mas. Gak sia-sia kita luangin waktu untuk minta cuti buat liburan." Radit tersenyum dan mengangguk. Ia melepaskan pelukan istrinya dan mengeluarkan ponselnya. Tangannya bergerak menelusuri deretan aplikasi dan membuka sebuah aplikasi pemutar musik.

"Kita akan menari bersama malam ini. Nikmatin aja!" tak lama, suara intro musik mulai mengalun dari speaker ponsel yang ditaruh di bawah tanah di dekat mereka.

Cause you're a sky, cause you're a sky full of stars

I'm going to give you my heart

Cause you're a sky, cause yor sky's full of stars

Cause you light up the path

Radit memegang pinggul Nabila dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya lagi menggenggam erat tangan istrinya. Ia membimbing Nabila untuk mengikuti gerakan yang diciptakannya. Meski kaku, Nabila tetap mencoba untuk bergerak mengikuti gerakan suaminya. Mereka terus bergerak mengikuti irama lagu. Nabila memutar tubuhnya dengan tangan yang masih berpegangan erat dengan suaminya. Ia tertawa.

"Hahaha..., seru banget, Mas." Radit tertawa pelan.

"Kita berdansa dengan ria malam ini." lalu, mereka bergerak kembali mengikuti irama lagu yang semakin mengalun seru dan ceria di bawah langit yang penuh bintang. Tawa bahagia terdengar dari keduanya.

Because you're a sky, you're sky full of stars

Such a heavenly view

Such a heavenly view

Radit mendekatkan keningnya dengan kening istrinya dengan tangan yang masih berpegangan erat tepat saat lagu mulai berakhir. Mereka memejamkan mata merasakan indahnya rasa cinta yang tumbuh di antara mereka. Lalu, mereka bertatapan dengan dalam dan Radit mendekatkan wajahnya sambil menatap bibir istrinya. Ia menyentuhnya dan melumatnya dengan lembut. Nabila membalas ciuman suaminya tak kalah lembutnya. Menikmati keindahan alam liar bersama sang suami sambil memadu kasih adalah impian terbesar dalam hidupnya. Setelah cukup lama berciuman, mereka melepaskan pagutan bibir mereka. Manik hitam keduanya saling bertatapan.

"I love you so much, my wife." bisiknya di depan bibir istrinya. Nabila tersenyum.

"I'm too."


Continue Reading

You'll Also Like

568K 54.2K 122
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
436K 25.6K 30
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
1.1M 55.2K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
1.8M 45.5K 69
Terlahir menjadi anak pertama dari pemilik sebuah Rumah Sakit ternama membuat Mila kadang merasa tertekan. Dia harus selalu terlihat sempurna di depa...